Trauma masih saja datang menghampirinya, bahkan ini sudah 7 tahun yang lalu Sihyun masih belum bisa melupakan kejadian mengerikan yang terjadi pada dirinya saat itu.
Sesekali dia ingin melakukan cara untuk balas dendam namun tak tahu cara memulainya. ketika suatu hari dia mengetahui bahwa bos di perusahaannya adalah suami temannya. Terlintas dalam pikiran Sihyun untuk melakukan balas dendam lewat suami temannya.
Bagaimana kisahnya....?
Simak saja langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurmaMuezzaKhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Trauma
Pada malam hari. Sihyun sedang tertidur, namun seperti biasa dirinya selalu gelisah setiap kali memejamkan matanya.
"Tidak.. Hentikan!!" Pekiknya masih memejamkan matanya.
Sihyun gelisah dalam tidurnya, dia selalu di hantui kenangan buruk dalam mimpinya. Kenangan buruk itu dimana dia merasakan sakit yang luar biasa karena siksaan seseorang.
Wuusssh.
Dalam mimpinya, Sihyun sedang menjerit kesakitan kulitnya melepuh dan di penuhi banyak darah.
"Hiks.. Jiyun, kumohon hentikan. Sakit!!" Pekiknya meringis.
"Astaga, aku belum selesai mengukir namaku di tubuhmu, aku ingin kau mengingat namaku selamanya, Sihyun.." Terkekeh melihat Sihyun.
Kedua teman Jiyun merekam kejadian itu, bahkan keadaan Sihyun yang hampir telanjang ini membuat mereka senang dan tertawa melihatnya.
"Jiyun, sepertinya ini sudah terlalu lama. Bagaimana kalau Taejun mencarimu?" Tanya Sora sambil menepuk bahu Jiyun.
Sihyun menatap sayu pada mereka bertiga, dirinya kini yang sudah lemas dan tak berdaya lagi. 'Apa aku akan mati? Ya, lebih baik aku mati saja, aku benar-benar lelah, tuhan.'
"Benar juga. Yasudah, kita tinggalkan saja dia disini, kau buka saja ikatannya. Aku pergi duluan." Melangkahkan kakinya.
"Jiyun.. Bukankah dulu kita teman?" Celetuk Sihyun dengan tubuh lemasnya.
Deg.
Dengan cepat Jiyun berhenti dan menoleh saat mendengar ucapan Sihyun. "Teman? Sejak kapan kita jadi teman? Ah, apa kau teringat saat dulu masih kecil? Aku bukannya mau menjadi temanmu, hanya saja aku kasihan melihat kau bermain sendiri--
"Hentikan!! Bukannya kau yang dulu sangat kasihan, hah?! Kau bermain sendirian di taman tanpa ada satu orang pun yang menghampirimu. Dan aku... Akulah yang mencoba mendekatimu karena kau terlihat kasihan!!" Teriak Sihyun dengan rahangnya yang mengeras.
Mendengar semua itu, Jiyun semakin emosi dan tak segan mendekati Sihyun kembali. "Apa kau bilang? Aku kasihan?? Beraninya kau jalangg!!" Meremat wajah Sihyun.
"Aku membencimu Sihyun, sialan! Kau dari dulu selalu mengambil sesuatu yang kusuka, dan sekarang... Sekarang kau berani mendekati Taejun kekasihku?! Harusnya kau ngaca hah!!"
Cuih!
Sihyun langsung mengalihkan pandangannya saat Jiyun meluudahi wajahnya. Sihyun memejamkan matanya dengan air mata yang terus mengalir."
"Kalian, tinggalkan saja si jalangg ini. Ayo kita pergi!" Ucap Jiyun langsung pergi duluan. Tak lama kemudian kedua temannya mengikuti dari belakang.
"Hiks.."
Tangis Sihyun semakin pecah, saat ini dia lebih menginginkan mati daripada disiksa begini. Ini lebih menyakitkan baginya. Ketiga nama orang yang menyiksanya akan terus dia ingat sampai mati, bahkan nama Taejun pun menjadi trauma terbesarnya karena ini di sebabkan olehnya.
"Hiks.. Taejun, andai aku tidak ikut denganmu..." Lirihnya.
Tap.. Tap.. Tap..
Tiba-tiba.. Ada suara langkah kaki seseorang yang mendekat ke arah Sihyun.
"Hei.. Kau gak papa?!" Pekiknya terkejut.
Sihyun melihat samar-samar menatap seorang pria yang mendekat ke arahnya. Dia tak kuat untuk berbicara, saat ini tubuhnya lemas dengan penuh luka.
"Astaga, kau terluka parah!! Ayo, aku akan mengantarmu ke rumah sakit." Paniknya sambil menutupi tubuh Sihyun dengan jaket miliknya.
Karena tak punya tenaga lagi, Sihyun pun langsung tak sadarkan diri.
Blam!!
"Hosh.. Hosh.. Mimpi itu lagi." Terbangun dari tidurnya.
Sihyun langsung meremat selimutnya dan mencoba untuk menenangkan dirinya. "Andai Baek Jiho tidak menolongku saat itu, mungkin aku akan ma--
Drrrrrtt.. Drrrrttt..
Ponsel Sihyun berdering, itu menandakan ada telepon masuk pada ponselnya. Dia pun terkejut dan langsung mengambil ponselnya.
'Astaga, baru saja aku membicarakannya..' Batin Sihyun saat menatap seseorang yang meneleponnya.
"Ya, Baek Jiho??" Mengangkat teleponnya.
[....]
"H-haaa? Kau serius? Astaga kau meneleponku di jam 3 pagi hanya untuk mengatakan itu?" Pekiknya sambil melihat jam dinding.
[....]
"Oke, aku yang akan menyambut kedatanganmu di bandara nanti. Sekarang aku mau lanjut tidur, bye." Ucapnya dan langsung mematikan telepon.
Tuk!
Sihyun menyimpan kembali ponselnya di nakas, dan entah kenapa gak ada angin gak ada hujan, dia malah teringat kejadian dimana bibirnya tak sengaja bertabrakan dengan bibir Taejun.
"Yakkk, kenapa aku malah mengingatnya sih!! Bagaimana jika besok kami berpapasan, astaga memalukan!!" Pekiknya kesal.
"Ah, tapi ini ada bagusnya juga sih, meskipun tidak di rencanakan, sepertinya aku memang harus fokus untuk membuat Jiyun hancur lewat Taejun." Gumamnya.
"Tinggal beberapa langkah lagi, aku akan melihat penderitaanmu, Jiyun." Menyeringai.
To be continue.
