Bagi Kenzio Danierka Velert yang seumur hidupnya hanya diisi dengan belajar dan belajar, cinta itu tak nyata adanya. Ia tidak pernah percaya dengan adanya cinta, terlebih melihat bukti nyata yaitu keluarganya yang tak lagi utuh.
Dan saat ayahnya menikah kembali, hadirlah Zafanya Reskantara sebagai adik tirinya yang membuat Kenzio berubah. Zafanya dengan segala kegilaannya membuat Kenzio berhasil menyicipi seberapa panas cinta yang sahabat-sahabat gilanya sebutkan.
Dan saat itu terjadi, dirinyalah yang lebih tergila-gila dengan adik tirinya itu.
•••
"Kak, mau ciuman?"
-Zafanya Reskantara
"Mumpung Ayah Bunda lagi nggak dirumah, lo mau coba lebih jauh?"
-Kenzio Danierka Valert
...
"Hmphh, Kak, pelan-pelan, nanti Ayah Bunda denger." Zafanya membekap mulutnya rapat-rapat.
"Sshh..." erang Kenzio tak peduli.
•••
Warning⚠️
Bocil jangan mendekat🙂↕️🙂↕️
Dosa tanggung sendiri ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Polaroid Usang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 9 Cuddle in the Morning
Theyy⬇️⬇️⬇️
Jomblo hanya bisa tersenyum🙂🙂
•••
Matahari sudah mulai naik, tetapi mereka masih terlelap saking nyamannya. Barulah saat alarm handphone-nya berbunyi, Kenzio menggeliat pelan dalam tidurnya. Dengan masih terpejam, ia membalikkan handphone-nya hingga alarm itu mati otomatis. Lalu kembali mengeratkan pelukannya pada Zafanya, mengira bahwa yang ia peluk adalah bantal guling. Ia belum mengingat sedikitpun tentang kejadian semalam.
Merasakan Kenzio bergerak, Zafanya pun mengeratkan pelukannya pada leher Kenzio. Tangannya sesekali bergerak pelan mengelus rambut Kenzio. Ia sudah bangun sejak satu jam yang lalu, tetapi kembali tidur karna tak ingin melepaskan Kenzio. Dan juga karena ia tak ingin membangun Kenzio.
Sedangkan Kenzio yang merasakan elusan samar, ia menjauhkan kepalanya dari dada Zafanya, dengan berat ia membuka mata dan langsung membulat melihat yang ia peluk ternyata adalah tubuh manusia, bukan bantal guling. Terlebih saat ia mendongak dan melihat sosok itu ternyata adalah Zafanya.
Ia bergerak pelan hendak bangkit, tetapi Zafanya malah mengeratkan pelukannya, cewek itu berpura-pura tidur. Hingga mau tak mau Kenzio membiarkan cewek itu memeluknya, tak ingin membangun Zafanya.
Kenzio bergeser sedikit keatas hingga wajahnya berhadapan dengan wajah Zafanya, sangat tak nyaman dengan posisi tadi. Takut pikiran kotor kembali bersarang di otaknya.
Dan Zafanya pun memindahkan lengannya pada pinggang Kenzio, dan mencari posisi nyaman dalam dada cowok itu. Membuat Kenzio mematung sejenak sebelum memindahkan posisi Zafanya menjadi di bagian dalam sofa, dan ia yang di bagian pinggir sofa. Lalu tangannya menelusup dileher Zafanya untuk cewek itu jadikan bantal. Tangan satunya ia gunakan untuk mengelus lembut rambut Zafanya.
Matanya terpejam menikmati posisi mereka saat ini. Merasakan tubuh kecil Zafanya yang sangat pas didalam pelukannya. Membuat perasaan bersalah kembali hadir dalam lubuk hatinya. Bagaimana bisa dia menyakiti tubuh rapuh ini malam itu? Kenzio kembali mengutuk dirinya sendiri. Dan kembali bertanya-tanya, apakah boleh kakak adik melakukan hal seperti ini? Pelukan intens seperti saat ini?
"Asalkan nggak lebih dari ini nggak papa, kan? Kan pelukan doang, normal bagi kakak adek." Batin Kenzio mencari pembenaran.
Kenzio menggeleng kemudian, jelas ini tak benar, sebab mereka hanyalah kakak adik tiri, tak ada hubungan darah. Jika ia benar-benar merasa bersalah akan kejadian malam itu, harusnya Kenzio juga merasa bersalah memanfaatkan situasi saat ini.
Dengan pelan ia mendorong bahu Zafanya sekalian menjauhkan badannya, benar-benar berniat bangkit dari posisi itu. Tetapi matanya tak sengaja terfokus pada bibir Zafanya, dan tak lama matanya membulat saat mengingat beberapa potongan kejadian semalam.
"Fuck! We actually kissed?" Batin Kenzio tak menyangka, rekaan kejadian semalam mulai terekam jelas dalam ingatannya.
"FUCK!" ia kembali mengumpat saat ingat betapa menikmatinya ia kemarin. Bedanya kini bukan membatin, ia beneran mengumpat keras membuat Zafanya terkejut dalam tidur pura-puranya. Lalu saat Zafanya menggeliat dan membuka matanya, Kenzio malah refleks menutup matanya.
"Anjir! Ngapain gue pura-pura tidur?!" Kenzio lagi-lagi mengumpat.
"Kok Kak Ken malah pura-pura tidur?! Gantian gitu?!" Batin Zafanya mengernyitkan dahinya.
"Gue tau lo pura-pura tidur, Kak," kata Zafanya iseng, ia tertawa saat Kenzio mengintip dengan membuka sebelah matanya.
"Ck!" Kenzio berdecak, "Awas lo." Katanya mendorong pelan bahu Zafanya, segera ia mendudukkan dirinya.
Zafanya pun mau tak mau ikut mendudukkan diri, masih berakting bahwa ia baru bangun tidur dengan menguap dan mengucek matanya. Ia melirik-lirik Kenzio yang sedang mengotak-atik handphone sembari mengusap wajahnya. Menduga-duga apakah Kenzio ingat kejadian semalam.
Lalu dia terkejut saat Kenzio menoleh kearahnya, Zafanya beralih menatap sekitar. Dirinya tiba-tiba gugup untuk bertatapan secara langsung dengan Kenzio setelah kejadian semalam.
Kenzio menatapnya datar, "Ayok pulang." Katanya.
"Gue udah dirumah," balas Zafanya masih tak ingin menatap Kenzio.
"Pulang ke rumah gue, bukan disini." Ucap Kenzio sabar.
Zafanya memberanikan diri menatap Kenzio, "Kak, lo inget kejadian semalam?" Tanya Zafanya takut-takut.
"Apa?" Tanya Kenzio, "Ayok pulang!" Ajak Kenzio menarik tangan Zafanya untuk bangkit.
"Tunggu dulu! Gue tanya lo inget nggak?" Tanya Zafanya.
"Gue mabuk, kan?" Balas Kenzio.
Zafanya mengangguk cepat, "terus?" Tanyanya.
"Apa?" Tanya Kenzio datar.
"Setelah itu? Lo inget?"
Kenzio pura-pura berpikir, "Gue pingsan di depan pintu kayaknya, terus ada lo, dan nggak tau kenapa bisa ada disini," katanya menunjuk sofa.
"Nggak mungkin lo yang ngangkat, kan?" Sambungnya bertanya. Kalian sudah tau kemampuan acting Kenzio, kan? Actingnya sangat mulus, benar-benar tak terdeteksi oleh Zafanya.
"Jadi lo nggak inget kejadian setelahnya?" Tanya Zafanya lagi.
Kenzio mengernyit, "Gue ngapain emangnya setelah itu? Peluk lo? Maaf kalo gitu, Za, gue bener-bener nggak sadar." Katanya.
Zafanya terdiam.
"Maaf, ya?" Kata Kenzio lagi, membuat Zafanya lagi-lagi terpaksa mengangguk.
"Yaudah ayok pulang."
"Iya, iya. Sabar dong." Kata Zafanya kesal. Bisa-bisanya Kenzio tak mengingat kejadian semalam.
Sembari merapikan rambutnya ia menatap Kenzio yang berdiri didepannya, "Kak, sebenernya kemarin kita ngelakuin itu loh."
"Apa?" Tanya Kenzio jengah.
"Itu, masa nggak tau sih," kata Zafanya, "s*x." Sambungnya berbisik tanpa suara.
Kenzio berdehem kaget, kembali mengingat kejadian semalam. "Nggak cuma kissing? Kok gua nggak inget?" Batinnya.
"Bohong lo." Kata Kenzio.
"Ekhem, iya sih, bohong dikit. Kita ciuman, terus ini, terus itu, terus hampir s*x maksudnya, dikit lagi." Kata Zafanya lirih.
"Cih, bohong lo ketara banget."
"Serius, Kak, lo nggak liat gue udah ganti baju aja? Semalem baju gue bukan ini." Katanya lanjut berbohong, padahal bajunya sama saja dengan baju kemarin malam.
Kenzio termakan ucapan Zafanya, terlebih saat melihat tumpukan kain dalam keranjang didekat pintu kamar mandi. Ia memijit kepalanya, berusaha mengingat apakah setelah ciuman itu ia melakukan hal lebih. Tetapi tak bisa, ia tak ingat apapun.
"Trus lo nggak marah?" Tanya Kenzio.
"K-karna lo nggak kasar kayak malam itu," kata Zafanya.
Mendengar itu Kenzio akhirnya nekat mendekat pada Zafanya, menyingkap helaian rambut Zafanya kebelakang. Dan Zafanya langsung membulatkan matanya saat Kenzio menarik kerah bajunya kebawah.
"Nggak ada bekas apapun, bohong lo." Kata Kenzio setelah memastikan setiap inci leher Zafanya tak ada bekas apapun.
Melihat ekspresi syok Zafanya, Kenzio langsung mengutuk dirinya yang tadi seenaknya mengintip isi baju cewek itu. Tadi Kenzio benar-benar tak ada maksud apapun, itu benar-benar refleks saja. Karena ia benar-benar takut melakukan hal itu lagi pada Zafanya. Karena itu ia harus benar-benar memastikannya.
Segera ia merapikan kembali baju cewek itu, juga rambutnya, "Maaf, Za. Nggak ada maksud apapun tadi, serius!" Ucapnya cepat.
"Za, gue refleks doang tadi, sumpah!" Katanya lagi saat Zafanya hanya diam.
"Mampus aja, lah, gue." Batin Kenzio kesal dengan dirinya sendiri. Ia merasa dirinya kini bukanlah Kenzio yang biasanya.
"Lagian ini salah lo juga, ngapain bohong, hm?" Kata Kenzio menjitak kepala Zafanya hingga cewek itu mengaduh kesakitan.
"Nggak bohong, kok! Kita emang ciuman!"
"Ciuman aja, kan? S*xnya, ini itu segala macemnya bohong, kan?" Tanya Kenzio kembali memastikan.
"Hm." Balas Zafanya ogah-ogahan.
Kenzio kembali menjitak kepala Zafanya kesal.
"SAKIT!"
"Makanya jangan bohong!" Kata Kenzio berjalan keluar kamar, "Ayok pulang."
"Iyik piling." Ulang Zafanya juga kesal, tapi ia tetap mengekori Kenzio.
•••
Like, Comment and Subscribe nya gaisssssssssssss
Tolong dukung karya ini🙂↕️🙂↕️
Satu like aja berharga buat sayaa
tolong di up terus yah Thorr☺️☺️