Arumi Khoerunisa, seorang wanita yatim piatu yang peristri oleh seorang pria yang selalu saja menghina dirinya saat dia melakukan kesalahan sedikit saja.
Tapi kehidupan seketika berubah setelah kehadiran tetangga baru yang rumahnya tepat disampingnya.
Seperti apakah perubahan kehidupan baru Arumi setelah bertemu tetangga baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Saat tengah malam Arumi terus mondar-mandir di dalam rumah sambil menunggu kepulangan Ibrahim yang tak kunjung datang.
"Kemana Mas Ibrahim jam segini belum pulang? Dia lagi ngapain ya?" gumam Arum dengan raut wajah cemas.
"Atau jangan-jangan suamiku ternyata piara tuyul. Terus malam ini dia ketangkap sama warga, lalu di arak keliling kamu sama mereka." pikiran Arumi kini mulai ngelantur kemana-kemana.
Arumi mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu, lalu ia meraih ponselnya yang tergeletak diatas meja.
Ia mencari nomor ponsel Ibrahim dan mencoba menghubunginya. Namun, panggilannya tak mendapat jawaban sama sekali.
Arumi terus menguap sampai beberapa kali. Matanya sudah mulai terasa berat. Namun, Arumi tak mungkin bisa tidur nyenyak sebelum Ibrahim pulang ke rumah.
Jadi, Arumi memutuskan untuk tetap terus menunggunya sambil rebahan diatas sofa ruang tamu.
Brakkkk!! Brakkkk!! Brakkkk!!
Arumi yang mendengar suara gedoran pintu seketika terbangun dari tidurnya.
Rupanya Arumi sampai ketiduran saat rebahan di atas sofa tadi.
"Sepertinya itu Mas Ibrahim." Gumam Arumi seraya menoleh ke arah jam di dinding yang ternyata sudah pukul 02:15.
Brakkk!! Brakkk!! Brakkkk!!
Arumi kembali mendengar suara gedoran pintu. Tapi, sekarang diiringi dengan suara teriakan Ibrahim.
"Arumi, cepetan bukain pintu!" teriak Ibrahim dari luar.
Arumi bergegas bangkit dari duduknya dan dengan cepat melangkah menuju pintu.
"Mas Ibrahim." ucap Arumi setelah membuka pintu.
Kini ia disunguhkan dengan penampilan Ibrahim yang berantakan. Seperti biasanya, pria itu pulang dalam keadaan oleng.
"Ayo masuk, Mas!" Ucap Arumi seraya membopong tubuh Ibrahim untuk segera masuk ke dalam rumah.
"Mas Ibrahim minum banyak kom*x lagi, ya?" tanya Arumi polos.
"Enak aja kamu! Hari ini aku minum yang mahal, tau. Aku minum minuman cap orang ompong." jawab Ibrahim dengan suara sengau khas orang mabuk.
"Cuma minum Amer aja udah songong banget. Sekali-kali beli minuman itu sekelas Wine atau Vodka dong, Mas, yang agak mahalan dikit." jawab Arumi ketus.
"Kenapa, sih, Mas Ibrahim akhir-akhir ini sering mabuk-mabukan gini? Nggak bagus tau, Mas, buat kesehatan!" lanjut Arumi.
Namun seketika Ibrahim menarik lenganya dari rangkulan Arumi.
"Itu semua buka urusan kamu!" ucap Ibrahim dengan tatapan sengit.
"Aku ini istri kamu, jadi aku punya hak buat...."
Plakkk!!
Tiba-tiba saja sebuah tamparan keras mendarat sempurna di pipi Arumi yang sedikit berjerawat.
Pria itu terkadang sampai tega berbuat kasar saat emosinya terpengaruh oleh minuman beralkohol.
"Kamu apa-apaan sih, Mas?" ucap Arumi seraya melirik tajam ke arah Ibrahim. Ia terus mengusap pipinya yang kini mulai memerah.
"Itu balasan karena kamu udah berani sok-sokan ngatur hidup aku!"
"Aku bukan mau ngatur hidup kamu, Mas. Tapi aku cuma ... "
"Berhenti!" teriak Ibrahim.
"Aku males denger ocehan istri gak berguna kaya kamu. Asal kamu tau aja, aku jadi seperti ini juga gara-gara kamu."
"Apa maksud kamu, Mas?" Arumi terlihat tak mengerti dengan ucapan Ibrahim.
"Aku ini pusing karena mikirin kamu. Pusing karena kamu yang masih belum mampu ngasih aku anak. Aku lelah terus di tanya sama orang lain, kapan kita punya anak! Aku udah bosen di remehin sama mereka! Karena kenyataannya, kamu yang nggak guna jadi seorang istri. Kamu itu gak subur Arumi!"
"Kamu bilang apa, Mas??" tanya Arumi dengan mata sudah mulai berkaca-kaca.
Perkataan itu sebenarnya sudah sering di ucapkan oleh Ibrahim. Dan ucapan itu selalu berhasil mengorek luka di hati Arumi yang sudah mulai kering.
"Kata siapa aku gak subur, Mas? Mungkin emang Tuhan belum percaya aja sama kita buat jaga anak-anak. Kita cuma bisa sabar, Mas. Aku gak mau Mas Ibrahim nyerah kaya gini." ucap Arumi lirih.
"Sabar kamu bilang!!" jawab Ibrahim yang masih diselimuti emosi.
"Aku harus sabar kapan, Arumi! Aku sebenarnya udah cape sama kekurangan kamu. Aku udah cape sama keadaan kamu yang gak bisa punya anak!"
"Udah, Mas!!" Arumi yang mulai tersulut emosi tanpa sengaja membentak Ibrahim.
"Mas Ibrahim jangan pernah lagi bilang kaya gitu sama aku! Aku wanita normal, Mas! Dokter gak pernah bilang kalau aku gak bisa punya keturunan kaya yang Mas Ibrahim tuduhkan sama aku."
"Persetan sama semua bantahan kamu! Karena kenyataannya sampai sekarang kamu masih belum bisa hamil. Karena kamu gak bisa ngasih aku anak!"
"Bisa aja kan kalau ternyata Mas Ibrahim yang gak subur!" Jawab Arumi enteng.
Entah mendapat keberanian dari mana ia sampai berani berkata seperti itu dihadapan Ibrahim.
"Kamu bilang apa, hahh!" Jelas Ibrahim langsung naik pitam setelah mendengar ucapan Arumi.
Plakkk!!
Tamparan yang lebih keras kembali mendarat di pipi Arumi. Sebuah Tamparan yang membuat tubuh Arumi seketika limbung dan akhirnya terduduk di lantai.
Prang!!
Sebuah vas bunga yang berada di meja tanpa sengaja terjatuh saat tubuh Arumi limbung tadi.
"Aaawww!" Arumi meringis kesakitan saat kakinya tanpa sengaja terkena pecahan vas bunga itu.
Namun, Ibrahim sama sekali tak peduli akan hal itu. Amarahnya masih tetap saja bertahan.
"Sekarang kamu udah mulai berani, ya, ngatain aku kaya gitu!" Ibrahim kembali mencecar Arumi seraya mengayunkan kakinya ke arah tubuh Arumi.
Duukkkkk!!!
Terdengar suara kaki yang membentur keras. Tapi, anehnya Arumi sama sekali tak merasakan apa pun.
"Kenapa, nggak berasa, ya?" batin Arumi dalam hati.
"Apa sebenarnya, diam-diam aku punya ilmu kebal" lagi Arumi membatin.
"Aaawwwwcchhhh!" Ibrahim berteriak seraya memegangi kakinya.
"Kamu kenapa, Mas?" tanya Arumi panik.
"Berengsek! Bisa-bisa aku malah nendang kaki meja." umpat Ibrahim.
Hampir saja Arumi tertawa terbahak setelah mendengar jawaban Ibrahim. Tapi, sekuat tenaga ia berusaha menahan tawannya agar tak meledak.
Namun, sialnya Ibrahim berhasil mengetahui raut wajah Arumi yang tengah menahan tawa. Dan tentu saja hal itu membuat Ibrahim semakin naik pitam.
Membuatnya kembali melayangkan kakinya ke arah tubuh Arumi. Tapi yang kali ini tepat mengenai sasaran. Ia terus melakukan itu sampai berulang kali tanpa belas kasihan sedikit pun.
"Udah cukup, Mas!" Arumi meringis kesakitan sambil terus memohon.
Namun, na'as pengaruh minuman beralkohol itu membuat Ibrahim seolah kehilangan akal sehatnya.
Pria itu terus saja menghantam tubuh Arumi tanpa ampun, ia sama sekali tak perduli kalau itu sudah melukai tubuh Arumi.
Tapi, hantaman itu seseketika terhenti saar mereka mendengar suara benturan keras dari arah halaman rumah.
"Suara apa itu??" ucap Ibrahim seraya menghentikan aktivitas kejamnya. Kaki yang sebelumnya menghantam tubuh Arumi kini melangkah arah pintu.
Ibrahim bergegas membuka pintu dan melihat apa terjadi di luar sana.
Arumi yang awalnya memeluk lututnya di lantai, menggeliat pelan dan seketika merasakan tubuhnya yang remuk redam akibat ulah Ibrahim tadi.
Arumi yang juga merasa penasaran dengan apa yang terjadi diluar berusaha sekuat mungkin untuk bangun dari duduknya.
Sedikit merapihkan daster lusuhnya yang cukup berantakan lalu Arumi berjalan dengan sedikit tertatih ke arah pintu.
Ceklekkk!!
Arumi membuka pintu, ia dengan perlahan melangkah ke halaman rumah lalu ikut mematung di samping Ibrahim saat melihat sebuah mobil mewah menabrak pagar rumah dan membuatnya rusak parah.
Sepertinya suara tadi berasal dari mobil itu yang menabrak pagar rumah mereka.
Arumi dan Ibrahim sontak membelalak sempurna saat melihat siapa orang yang turun dari mobil yang ternyata orang yang tak asing bagi mereka.
Yups!! Pria itu ternyata adalah Erlan, tetangga baru mereka.
"Maaf ya, Mas! Aku nggak sengaja nabrak pagar rumah kalian." ucap Erlan seraya melangkah ke arah Arumi dan Ibrahim.
"Kamu lagi ngelindur, ya?" jawab Ibrahim ketus.
Sepertinya pria itu merasa sedikit kesal, namun ia masih berusaha menyembunyikan emosinya.
"Hehehe Iya, Mas. Aku ngantuk banget tadi di mobil." jawab Erlan tanpa rasa bersalah seraya menyeringai.
"Tapi, Mas gak usah khawatir, aku pasti tanggung jawab kok. Nanti pagi-pagi aku panggilin tukang ya buat benerin pagar rumah kalian." lanjut Ibrahim.
"Ya udah kalau gitu." jawab Ibrahim seraya melengos ke dalam rumah tanpa menghiraukan Erlan sama sekali.
Saat Arumi hendak menyusul langkah Ibrahim, namun ia tiba-tiba saja ia merasakan cekalan di lengannya.
"Mbak Arumi baik-baik aja kan?" ucap Erlan dengan raut wajah khawatir.
"Maksud Mas apa ya?" tanya Arumi seraya kembali memutar tubuhnya menghadap Erlan.
"Mas Ibrahim tadi lagi nyakitin Mbak Arumi, kan? Aku tadi sempat denger perdebatan kalian." jawaban Erlan berhasil membuat Arumi tersentak kaget.
Sontak Arumi menelan ludahnya dengan susah payah.
"Jadi, Mas Erlan emang sengaja nabrak pagar rumah saya buat menghentikan perbuatan Mas Ibrahim?" tanya Arumi ragu, tapi Erlan justru malah menganggukan kepalanya.
"Sebaiknya Mas Erlan gak usah ikut campur sama urusan keluarga saya." ucap Arumi ketus.
Ucapan yang tak seharusnya keluar dari mulut Arumi untuk membalas kebaikan Erlan. Karena sebenarnya Arumi sangat berterima kasih atas perbuatannya yang terbilang cukup konyol itu.
"Mas harus tau kalau sebenarnya tadi Mas Ibrahim gak lagi nyakitin aku. Kami cuma lagi berdebat biasa." dusta Arumi untuk menutupi aib suaminya.
Arumi hendak kembali melangkah memasuki rumah, namun ia kembali menghentikan langkahnya saat kembali mendengar suara Erlan.
"Sebentar, Mbak!" ucap Erlan seraya melangkah ke arah Arumi.
"Pakai ini, Mbak. Kaki Mbak Arumi luka." ucap Erlan seraya menunduk, menatap ke arah bawah lutut Arumi tanpa Arumi sadari mengeluarkan darah cukup banyak.
Sepertinya luka itu akibat tendangan Erlan tadi yang masih menggunakan sepatu kantor.
Arumi tersentak saat Erlan tiba-tiba meraih tangannya, ia meletakan sebuah sapu tangan ke dalam genggam tangan Arumi.
Ternyata luka di kaki Arumi yang berhasil meyakinkan Erlan kalau memang benar tadi Ibrahim tengah menyakiti Arumi.
"Aku permisi, ya, Mbak." ucap Erlan seraya melangkah pergi setelah melakukan hal yang membuat jantung Arumi berdebar tak menentu.
"Tunggu, Mas!" Kali ini giliran Arumi yang menghentikan langkah Erlan.
Pria itu dengan cepat menoleh ke arah Arumi. "Kenapa, Mbak?"
"Emmhhh Terima kasih banyak, ya, Mas." ucap Arumi pelan seraya menundukan pandangannya lalu berlari kecil kearah rumah.
**********
**********
dan jika saling sadar jika pernikahan termasuk dalam hal ibadah kpd Tuhannya, maka seharusnya Memiliki rasa Takut ketika melakukan hal diluar yg dilarang dalam suatu pernikahan itu sendiri....
walau bagaimanapun alasannya, alangkah baiknya jika diselesaikan dulu yg sekiranya sdh rusak...
Jika masih dalam suatu hubungan pernikahan itu sendiri, Jangan coba-coba melakukan hal yg berganjar: Dosa besar !!!!
bodohmu itu lho ,,