ANTARA KITA

Seminggu sudah juan berada di rumah sakit, kini ia sudah di perbolehkan pulang ke rumah. Sedangkan Nara ia sudah pulang sejak dua hari yang lalu.

“Udah dibilang tunggu di rumah aja nggak usah ikut kesini yang ada lo capek”ketus juan menatap Nara yang masih dengan seragam sekolahnya sambil mengandeng tangan aiman.

“Akunya mau ikut jemput kamu, aku nggak capek sama sekali kok”ucap nara tersenyum.

“Sudah-sudah! Kalian asik berantam saja. Ayo pulang”lerai ayah tian.

Mereka pin pergi meninggalkan ruagan itu, juan sudah di nyatakan sembuh ia tinggal tunggu lukanya mengering, kakinya juga sekarang sudah bisa jalan lagi walaupun pincang.

Sementara nara, pipinya sudah tidak begitu memar lagi hanya tersisa sedikit saja, begitu juga dengan memar yang ada di tubuhnya.

Sudah seminggu ini juga ia ada kemajuan dengan kenzo, ya walaupun jawaban kenzo masih cuek dengannya setidaknya ia bisa berbicara dengan kenzo, walaupun sebatas tegur sapa. Namun, tentang perasaannya dengan kenzo, nara sama sekali belum menceritakannya pada juan, dia benar-benar menyimpannya sendiri.

...----------------...

Nara membantu juan masuk ke dalam rumah, nara membawa juan ke ruang tamu agar juan bisa duduk di sofa, setelah itu ia pergi ke dapur mengambil makanan untuk juan, karena juan sama sekali belum makan siang.

“Kalau aku nggak makan kamu marah! Sekarang aku juga gitu kalau kamu nggak makan aku marah!”ucap nara menyodorkan sebuah piring yang lengkap dengan nasi dan lauk pauknya.

Juan terkekeh mendengar ucapan nara, lalu ia mengambil piring yang nara berikan, dengan lahap juan memakan nasinya.

“Lo udah makan?”tanya juan di sela-sela makannya.

“Udah tadi sebelum ke rumah sakit”jawab nara.

“Beneran?”selidik juan.

“Iya, tadi aku makan mie goreng”ucap Nara sambil nyegir.

“Kebiasaan!”

“Katanya ayah kamu pulang hari ini?”juan menatap nara sambil makan.

“Iya, ayah telpon aku dia bakal sampai sore ini. Dia kaget dapat berita arthur di tangkap polisi”lirih nara

“Tapi juan, aku takut kalian dibawa-bawa oleh mereka”ucap nara menatap juan khawatir.

“Tenang aja, arthur di tangkap polisi karena kasus lain bukan karena kasus kamu, dia itu lelaki bejat tau! Dia banyak melakukan pelecehan sexual pada anak di bawah umur, jadi dia berhak di tahan. Lo tau kan arthur itu musuh kami?”Nara mengangguk antusias.

“Nah sejak saat itu, gua, kenzo, araz, leo dan naren mencari-cari bukti tentang kejahatan dia, karena emang kita ada rencana buat arthur masuk ke penjara. Jika dia nanti buka mulut tentang gua dan teman-teman gua masuk ke rumah dia dan memukul semua temannya itu makan makin berat lah masalah dia, kita punya cctv apa yang terjadi sebenarnya malam itu, nah pasti bakal mengusutnya dan jika dia terbukti salah main berat lah hukumannya”jelas juan.

“Gitu ya?”cicit nara.

“Tapi, arthur itu anak kesayangan. Pasti ayah bakal berusaha buat ngeluarin arthur dari penjara”pinta nara.

“Itu kita pikirkan lagi nanti”ucap juan.

“Udah jangan pikirkan itu, nanti biar mereka yang ngurus itu semua. Lo diam aja”ucap juan kembali memakan nasinya.

...----------------...

Sorenya, nara berada di rumahnya. Ia bermain ponselnya sambil rebahan, jujur saja nara masih terbayang-bayang akan kejadian hari itu, namun ia akan berusaha melupakan kejadian keji itu.

“Seiring berjalannya waktu pasti baka lupa”ucap nara.

Sampai sekarang ayahnya tidak mengetahui tentang kejadian di rumah ini, bahkan satpam, pak bambang dan mbok srik menutup mulut mereka. Saat nara kembali sana rumah itu tampak seperti biasa, seperti tidak ada kejadian apa-apa disana.

“NARA!”teriak ayahnya.

Nara yang mendengarnya pun langsung bergegas keluar dari kamarnya untuk menghampiri sang ayah.

“Ada apa yah?”tanya nara begitu ia sampai di dekat ayahnya.

PLAK!

Nara memegang pipinya yang terasa panas dan nyeri. Ia menatap ibu tirinya dengan mata yang berkaca-kaca. Apa salahnya? Kenapa ibu tirinya itu menamparnya?

“A-apa salah nara? Kenapa mama menampar nara?”tanya nara dengan suara bergetar.

“APA KAMU BILANG? BAGAIMANA BISA ANAK SAYA SUDAH DI PENJARA DUA HARI YANG LALU TAPI KAMU TIDAK MEMBERITAHUKANNYA PADA KAMI?”teriak melda penuh emosi.

“N-nara memang tidak tau jika arthur di tangkap oleh polisi ma”ucap nara jujur, ia bahkan baru tau tadi di sekolah saat mendegar gosip-gosip teman sekelasnya.

“BOHONG! NGGAK MUNGKIN KAMU NGGAK TAU! KAMU SENANGKAN ARTHUR DI PENJARA? HAH?!”teriak melda tepat di depan muka nara.

“CIH! sudah ku bilang kan mas! Anak ini pembawa sial! Sejak kedatangan dia kesini kita semua kena sial! DIA EMANG ANAK PEMBAWA SIAL!”melda mendorong nara kuat untung saja ada mbok srik yang menangkap nara jika tidak mungkin nara akan jatuh.

“SEHARUSNYA SAYA TIDAK MENERIMA KAMU DISINI! BIAR SAJA KAMU JADI NGEMBEL DI JALANAN!”nara hanya bisa diam saat ibu tirinya memakinya ia tidak ada keberanian untuk menyahut ibu tirinya itu apalagi saat melihat ayahnya hanya diam duduk di sofa sambil memijat keningnya.

“Hiks bunda Nenek, mereka jahat”

“Ayo mas kita ke kantor polisi”ucap melda.

Melda pergi dari sana di ikuti oleh david dari belakang, nara berlari ke kamarnya dan menangis sejadi-jadinya. Mbok srik menatap nara dengan kasihan, ia hanya bisa berdoa semoga kebahagian ada pada nara. Sejak kepergian neneknya ia hidup penuh dengan penuh hinaan dan cacian serta kekeran dari keluarga ayahnya.

Ia juga tidak punya pilihan lain saat itu, ayahnya datang secara tiba-tiba dan mengatakan bahwa dirinya akan tinggal dengan ayahnya, dan rumah peninggalan neneknya yang berada di samping rumah juan juga di jual oleh ayahnya kepada tian.

“Bunda hiks, bunda nenek nara mau sama kalian”

“Disini nara tidak disayang nek”

“Nara mau kalian, nara benci ayah!”

“Nenek bilang ayah baik, nenek berbohong! Ayah jahat bahkan sangat jahat!”

“Bawa nara dengan kalian nek, hiks”

“Nara mohon, bawa nara dengan kalian”

“Nara lemah nek, nara enggak bisa lawan mereka”

”nara nggak punya siapa-siapa disini nek, bawa nara dengan kalian”

“Nara merindukan kalian, nara kangen di peluk sama nenek. Hiks Nara benci ayah”

Nara menangis di dalam kamarnya, mbok srik dapat mendengar suara tangisan nara. Mbok srik sangat kasihan dengan nara.

“Kasihan non Nara, andai dulu pak david tidak selingkuh, pasti buk vera non nara dan pak david hidup bahagia sampai sekarang”gumam mbok srik.

“Pak david pun terlalu percaya dengan kata-kata buk melda, bahkan ia mencampakan darah dagingnya sendiri”

“Entah bagaiman nanti jika beliau tau yang sebenarnya, pasti beliau sangat menyesal!”

...****************...

By: najwasyabrin4