NovelToon NovelToon
Ijabah Cinta

Ijabah Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Reza Ramadhan

[ OST. NADZIRA SAFA - ARAH BERSAMAMU ]

Kejadian menyedihkan di alami seorang Adiyaksa yang harus kehilangan istrinya, meninggalkan sebuah kesedihan mendalam.

Hari - hari yang kelam membuat Adiyaksa terjerumus dalam kesedihan & Keputusasaan

Dengan bantuan orang tua sekaligus mertua dari Adiyaksa, Adiyaksa pun dibawa ke pondok pesantren untuk mengobati luka batinnya.

Dan di sana dia bertemu dengan Safa, anak pemilik pondok pesantren. Rasa kagum dan bahagia pun turut menyertai hati Adiyaksa.

Bagaimanakah lika - liku perjalanan hidup Adiyaksa hingga menemukan cinta sejatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reza Ramadhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10

"Ayah"

Dengan langkah kaki memburu, Damar segera membuka pintu dan masuk ke dalam kamar. Lelaki kecil itu tampak senang karena untuk pertama kali setelah sakit bertemu dengan ayah dan juga Ibunya.

Lelaki kecil itu menghampiri Adiyaksa yang memunggunginya, memanggil ayahnya hingga Damar duduk di sisi Adiyaksa.

Ada yang tak biasa dari raut wajah Adiyaksa saat berdekatan dengan Damar. Raut wajah lelaki itu tampak biasa saja dan tak ada ekspresi gembira saat melihat putranya sudah sembuh.

Damar yang merasa heran dengan sikap ayahnya lantas semakin mendekati namun Damar begitu terkejut dengan apa yang di lakukan oleh ayahnya. Adiyaksa bergegas berdiri dan berjalan menjauh dari Damar.

"Ayah... "

Suara panggilan itu tak diindahkan sama sekali oleh Adiyaksa. Raut wajah Damar yang semula gembira bisa bertemu dengan ayahnya kini berubah sendu saat melihat sikap Adiyaksa yang kini acuh padanya.

Merasa tak di indahkan, Damar segera berlari kecil. Pak Sapto yang merasa heran dengan sikap cucunya tersebut lantas menanyakannya.

"Kemana kau akan pergi, nak? Jangan berlari seperti itu, kau baru saja sembuh." Tutur Pak Sapto dengan sorot khawatir melihat cucunya berjalan terlalu cepat

"Aku mau cari ibu, eyang?"

Seketika tubuh Adiyaksa menegang ketika mendengar jawaban itu. Lelaki yang kini berdiri di balkon kamar seketika menjawab dan membuat Pak Sapto dan juga Ibu Dewi terlihat panik.

"Ibu kamu tidak ada di sini!!"

Damar lantas menatap Adiyaksa dengan sorot kebingungan."Lalu ibu kemana, Ayah?"

Adiyaksa terlihat menghembuskan nafasnya, lelaki itu berfikir anak kecilnya itu harus tahu yang sebenarnya sebelum Damar terus - terusan memanggil dan mencari ibunya itu.

Adiyaksa menghampiri dan memegang kedua bahu Damar. "Kau harus satu hal bahwa ibu kamu sudah meninggal." Ucap lelaki itu dengan suara gemetar.

Pak Sapto yang mendengarnya pun buru - buru mendorong kasar Adiyaksa. Emosi kini di perlihatkan oleh lelaki itu dengan menatap Adiyaksa dengan kedua mata melotot.

Terdengar isakan tangis dari Damar yang membuat Ibu Dewi menghampiri Damar yang sudah berlumuran air mata dan terisak, menggendongnya dan keluar dari kamar.

Kini ada dua orang lelaki yang bersitegang di dalam kamar Adiyaksa. Terlihat Adiyaksa bangkit berdiri dengan sebelah tangan memegang pundaknya terasa sakit akibat di dorong oleh sang ayah.

"Kenapa kau mendorongku, Ayah." Teriak Adiyaksa dengan nafas yang menggebu. "Memang benar kalau Ibunya sudah meninggal lalu apa salahnya aku mengatakan hal itu pada anakku."

"Anakmu itu baru saja pulang dari rumah sakit sehabis koma, bukannya kau menyambutnya dengan senang malah kau menambah masalah." Ucap Pak Sapto lantang.

"Aku mengatakan hal itu supaya dia tidak terus - terusan memanggil dan menyebut ibunya yang sudah meninggal dan dia harus tahu itu." Ucap Adiyaksa. Satu jarinya menuding pintu dengan sorot emosi.

"Plakkkkk.... "

Sebuah tamparan keras di layangkan Pak Sapto pada Adiyaksa. Lelaki itu tak percaya anak menantunya bisa berbicara seperti itu.

"Aku kecewa padamu, Adiyaksa. Menyesal aku menikahkan Yulianti padamu." Setelah mengatakan hal itu, Pak Sapto segera berlalu meninggalkan Adiyaksa seorang diri di kamar.

🕌🕌🕌

Damar tak henti - hentinya menangis. Lelaki kecil itu kini tengah duduk di pinggir kasur sambil mengusap wajah yang basah berurai air mata.

Lelaki kecil itu tak percaya bahwa ayahnya sendiri berteriak padanya dan ia juga tak menyangka bahwa perempuan yang baru akan menjadi ibunya kini sudah pergi meninggalkannya.

Ibu Dewi yang kini sudah duduk di samping lelaki kecil itu berusaha menenangkannya namun saat akan memegang pundak Damar. Damar justru mengisahkan tangan perempuan itu.

"Kenapa ayah bersikap itu padaku? Apa salahku dan eyang juga bohong padaku." Rajuk Damar, wajahnya menjadi cemberut sembari melipat kedua tangannya.

Ibu Dewi yang mendengarkan rajukan Damar merasa bersalah pada cucunya itu, perempuan itu segera mendekat dan duduk di samping Damar. "Maafkan eyang, eyang bukannya bohong padamu. Hanya saja, kamu masih sakit. Kakek serta nenek belum mau bicara padamu."

"Tapi eyang, aku baru saja dapat ibu baru tapi ikut meninggal juga. Apa aku tak boleh punya Ibu." Seketika Damar menangis histeris.

Ibu Dewi yang mengerti perasaan Damar segera memeluk Damar dengan erat. Perempuan itu tahu dirinya salah namun pada kesalahan itu justru melukai perasaan anak kecil itu.

🕌🕌🕌

Sore harinya, untuk mengobati rasa sedih di hati Damar, Ibu Dewi mengajak Damar untuk keluar menuju sebuah taman yang ada di dekat rumah Cokroaminoto.

Pak Sapto dan Ibu Dewi sebelumnya berniat untuk tinggal sementara di rumah Cokroaminoto untuk menemani sang menantu, Adiyaksa yang masih terkenang akan istrinya.

Damar sangat senang sekali ketika Ibu Dewi yang mengajak pergi. Setelah berdandan rapi, Damar pun segera beranjak dari kamarnya.

Berniat ingin mengajak ayahnya, Damar tertegun ketika dirinya membuka pintu kabar dan menemukan ayahnya, Adiyaksa yang sedang tertidur pulas.

Damar terkejut ketika sebuah tangan memegang pundaknya. Ia menoleh dan mendapati Ibu Wati ada di sebelahnya. "Kau sedang apa, nak?" Ibu Wati berkata dengan kedua matanya tertuju pada Adiyaksa yang berbaring.

"Aku ingin sekali mengajak ayah tapi ayah masih tidur." Ucap Damar dengan lesu.

"Kau main sama eyang saja, ya."

Damar menganggukkan kepala. Ibu Wati pun menggandeng tangannya serta berpamitan pada Pak Sapto yang kini tengah duduk di teras rumah, membaca koran serta di temani secangkir kopi di meja.

"Eyang, Damar pergi jalan - jalan ke taman dulu, ya. Eyang." Ujar Damar sembari mencium punggung tangan Pak Sapto.

"Iya, hati - hati."

Setelah berpamitan pada Pak Sapto, Ibu Dewi dan Damar segera mengayunkan langkah menuju ke sebuah taman yang tak jauh dari rumah Cokroaminoto.

Suasana di sore hari itu sangat cerah, banyak pejalan kaki yang turut serta berjalan kaki untuk sekedar berkeliling menikmati sore hari.

Terlihat pula banyak anak - anak kecil yang seumuran dengan Damar lari ke sana dan kemari. Damar yang melihat seketika takjub dan menyuruh Ibu Dewi untuk membawanya pada anak - anak yang bermain.

Damar pun segera berlari menghampiri teman sebayanya sedangkan Ibu Dewi menuju ke tempat kumpulan ibu - ibu yang duduk di pinggir taman sembari melihat anak - anaknya yang main.

Ibu - ibu itu menyambut dengan sumringah kehadiran Ibu Dewi. "Bu Dewi, ajak cucunya bermain ya bu?" Ucap salah satu ibu itu.

Ibu Dewi yang baru saja duduk di sebuah kursi panjang kini menyahut "Iya, kasihan di rumah terus setelah di rumah sakit beberapa hari, aku pun memutuskan untuk langsung ajak kemari, biar tidak bosan."

Terlihat Damar asik bermain dengan sahabatnya bermain bola dan berlari ke sana kemari hingga tanpa terasa rasa lelah pun hadir di tubuh Damar.

"Sudah mainnya, nak." Kata Ibu Dewi melihat Damar yang kelelahan dan menghampiri dirinya.

"Iya, eyang."

Ibu Dewi yang merasa kasihan melihat Damar kelelahan pun menyuruhnya untuk duduk, tiba - tiba Ibu Dewi terlupa untuk membawa minuman.

Ibu Dewi pun lantas menyuruh Damar menunggu di taman sementara Ibu Dewi bergegas pulang ke rumah. Tanpa sengaja terlihat beberapa anak yang berkumpul bersama dengan sang ibu tercinta membuat Damar terlihat cemburu.

Andai Yulianti masih hidup, mungkin dia akan sesenang anak - anak tersebut. Damar mendadak lesu dan wajahnya berubah sendu.

"Hei, nak. Dimana orang tuamu?"

...Bersambung....

1
Andi Budiman
pembuka yang menarik
Sinchan1103: terima kasih 🙏🙏
total 1 replies
LISA
Sedih bgt..baru nikah istrinya udh dipanggil Tuhan
LISA
Aq mampir Kak
Sinchan1103: terima kasih... 🙏🙏🙏
total 1 replies
Rowan
Pokoknya ini cerita wajib banget dibaca sama semua orang!❤️
Matilda
Jangan bikin penggemarmu menderita terus thor 😭
Kiritsugu Emiya
Pokoknya karya ini singkatnya kereeeeen banget! Makasih author sudah membuat karya yang luar biasa😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!