My Angel

"DIA TAU KAMU ANAK BAJINGAN ITU!" Mama Khalid mulai histeris setelah melemparkan apa saja pada Khalid yang hanya berdiri tak bergerak.

BUG

BUG

"Kita harus segera pindah dari sini. Jangan sampai dia menemukan kita." Mamanya mulai mondar mandir. Mulutnya terus saja komat kamit seperti sedang membaca mantra.

Khalid berjongkok mengambil semua barang lemparan mamanya sambil menahan nyeri.

"Mama akan mencari sekolah baru untuk kamu."

"Ma, aku sudah betah di sekolah ini," tolak Khalid pelan.

Mamanya mendelikkan matanya.

"Kamu membantah mama?"

"Bukan begitu, mam. Sebentar lagi Khalid lulus. Tanggung mam." Alasan sebenarnya mungkin Ziza.

Soal lulus atau engga, sudah lama ngga dipikirkan Khalid. Sejak mama membawanya pergi kemudian mengalami depresi, Khalid sudah ngga terlalu memikirkan masa depannya.

Dia hanya ingin berada di dekat mamanya. Tapi sikap lembut Ziza sedikit merubah pandangan hidupnya.

Memang dia masih jadi siswa terbaik di kelasnya. Tapi dia sudah ngga punya tujuan atau pun cita cita. Tapi bertemu Ziza membuat dia mulai berpikir lagi tentang arah hidupnya.

Gangguan dari Quin walaupun menyebalkan, tapi cukup menghiburnya.

Di sekolah ini baru Quin yang frontal mendekatinya. Teman teman sekelasnya rata cuek dan sibuk memperjuangkan beasiswa agar tetap bertahan di sekolah yang punya gengsi selangit ini.

Juga ada Gilang, batinnya mengoreksi.

"Jangan khawatir, kamu ngga akan ngulang tahun depan," ucap mamanya masih berjalan mondar mandir.

Khalid tau mamanya sudah extra panik. Bentar lagi. Ya, bentar lagi mamanya akan histeris.

Sementara itu di luar, sebuah mobil mewah terparkir.

Seorang laki laki paruh baya yang ketampanannya masih terlihat jelas melihat ke arah supir dan pengawalnya.

"Kalian yakin ini rumah istri dan putraku?" tanyanya ngga yakin. Rumah itu amat sangat sederhana.

"Benar tuan," sahut pengawalnya sangat yakin.

Laki laki itu yang ternyata Anggoro Musri menghembuskan nafas kasar dan berat.

Ngga dia sangka kalo keduanya hidup semenderita ini.

Maafkan, papa, Khalid, batinnya kelu dan getir.

"Tuan mau menemui tuan muda dan nyonya sebentar?" tanya pengawalnya yang sudah siap membuka pintu mobil.

Anggoro mengangguk.

Nggak lama kemudian pengawalnya membukakan pintu mobil untuk tuan besarnya.

Dengan langkah perlahan Anggoro Musri membuka pintu gerbang dan menuju ke dalam rumah itu.

Tapi kemudian langkahnya di percepat ketika sudah mencapai teras. Dia mendengar suara tangis menyayat hati dari dalam rumah.

Anggoro termangu menatap Khalid.yang sedang berusaha menenangkan mamanya yang sedang menangis sambil terus memukul Khalid.

"Elisha.....," ucap Anggoro Musri perlahan dengan bibir bergetar.

Suaranya membuat Khalid dan mamanya menoleh.

Sepasang mata mamanya membesar. Ada bara api yang menyala di dalam sepasang matanya.

BUG

Mama Khalid mendorong kasar tubuh putranya dan mulai berdiri menantang suaminya.

"KAU!!" serunya penuh amarah. Tangannya menunjuk ke dada suami pengkhianatnya.

"Elisha. Maafkan aku," ucap Anggoro Musri berusaha menenangkan istrinya.

Khalid yang tadinya jatuh terjengkang mulai bangkit berdiri, berusaha mendekati mamanya.

Khalid tau mamanya siap untuk meledak.

"PERGI!" seru mamanya mulai histeris

"Ma....." Khalid memeluk mamanya agar tenang.

"Papa, pergilah," usir Khalid yang masih belum hilang rasa kagetnya. Kemunculan papanya bisa membuat depresi mamanya akan semakin parah dan tak terkendali.

"JANGAN PANGGIL DIA PAPA! DIA MENGKHIANATI KITA!"

BUG

Khalid ngga bisa menyembunyikan ringisannnya saat mamanya mendorong kasar lagi dirinya. Bahkan lebih parah lagi tubuhnya membentur keras sudut lemari.

Mamanya tampak berlari ke arah kamarnya. Ngga lama kemudian dia pun keluar dan yang sangat mengejutkan mamanya menodongkan pistol pada papanya.

"MA!" seru Khalif kaget ketika melihat mamanya sud!h menatik pelatuk pi$tolnya.

"KAMU HARJS MATIIII!" teriak mamanya histeris, penuh kemarahan.

BLUP! Ternyata pistol itu berperedam.

Anggoro Musri bergeming ngga percaya hingga hanya bisa pasrah saat istrinya sudah menarik pelatuknya.

BUG

"KHALID!" seru mamanya terkejut ketika pistol mengenai dada putranya.

Anggoro Musri terpaku melihat putranya sudah bersimbah darah.

"Khalid...." Bibir Anggoro Musri bergetar hebat. Kali ini langkah kakinya sangat ringan berlari ke arah putranya yang sudah terkapar di lantai sambil memegang dadanya. Matanya terlihat sayu.

Dia seperti terbang saat mendorong tubuh papanya tadi.

Tapi sesuatu yang sangat tajam dan menyakitkan menusuk jauh ke dalam dadanya.

Saat tangannya memegang dadanya, keterkejutan melandanya. Telapak tangannya penuh demgan darah merah segar.

Tapi nggak lama kemudian pupil matanya membesar dan tubuhnua sedikit terangkat saat melihat mamanya terkulai.

"ELISHA!" Anggoro berteriak histeris. Dia terlambat. Istrinya bergerak dengan sangat cepat. Wanita depresi itu sudah menemb@kkan pistol itu di kepalanya sendiri.

"Mama....." Khalid merasa sangat shock. Mamanya meninggal.di depan matanya.

Ini terlalu berat!

Khalid merasakan dadanya semakin berdenyut sakit yang tak tertahankan. Harapan hidupnya sirna.

Tapi di saat saat akhir matanya akan tertutup, senyum lembut Ziza membayang di pelupuk matanya.

"Selamat tinggal," gumamnya sangat pelan dan matanya pun tertutup rapat

"KHALID!" Papanya makin histeris dan panik. Saat ini dia sedang memangku tubuh istrinva yang sudah ngga bergerak lagi.

*

*

*

Setyawan yang terpaksa membiarKan Khalid pulang duluan, terpaku di depan rumah anak asuhnya karena sudah dipenuhi banyak orang. Bahkan ada garis polisi membentang di sana.

"Ada apa?" tanyanya pada salah seorang laki laki yang sebaya dengannya dengan jantung berdebar keras.

"Anda siapa?" tanya laki laki itu curiga.

"Saya kepala sekolahnya Khalid." Jantung Setyawan makin keras berdegup.

"Oo, iya pak. Sepertinya rumah mereka kerampokan."

"APA?" Setyawan sudah ngga bisa menahan keterkejutannya.

Ngga mungkin, batinnya.

"Nyonya Elisha dan Khalid sepertinya terluka sangat parah."

APA? Wajah Anggoro musri tampak pias.

"Tenang, pak. Ada beberapa.orang laki laki yang mengangkut mereka tadi," jelas pengawalnya cepat.

Setyawan manggut manggut. Tapi perasaannya ngga pernah tenang.

Hatinya mulai menduga hal yang membuatnya sesak.

"Syukurlah kalo begitu...." Tetap saja Setyawan merasakan ketegangan yang hebat memenuhi ruang hati dan pikirannya.

Siapa yang bawa mereka pergj? benaknya penuh tanya.

Dia pun segera menelpon Anggoro. Hatinya yakin sekali kalo Anggoro yang membawa istri dan anaknya pergi.

Setyawan memaki jengkel.karena Anggoro tidal mengangkat telponnya.

Dasar kurang ajar! makinya. Dia pun menyimpan ponselnya setelah beberapa kali menelpon tapi ngga diangkat.

Hatinya semakin cemas. Dia ngga tau kemana istrinya Elisha dan putranya Khalid dibawa pergi

.