NovelToon NovelToon
Dia Milikku!

Dia Milikku!

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Pelakor / Mata-mata/Agen
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Anis

Karena pekerjaannya, Alin terpaksa menghilang, meninggalkan sebentar pria yang dicintai.

Anjar, cukup stres memikirkan kemana perginya sang pujaan hati, ditambah seorang wanita terus mengejarnya akibat rencana perjodohan keluarga.

Apakah keduanya bisa bersatu kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu Gadis Asing Kemarin

"Bu, teh hangat satu ya, gula setengah sendok." Rezan duduk di samping seorang gadis yang juga baru saja memesan teh hangat.

"Om yang kemarin kan?" tanya gadis itu tampak santai dengan kadatangan Rezan. "Kenapa tadi ngintip di depan pintu kamar inap kakek ku?" kata gadis itu menatap Rezan dengan penuh tanya tanya.

"Loh kamu tau ya?" Rezan tidak menyangka jika kegiatannya tadi diketahui oleh gadis ini, bernama Biru. "Maaf tadi aku hanya penasaran saja, seperti mengenali suara dari dalam ruangan itu dan ternayta benar, itu kamu." kata Rezan mencoba menjelaskan.

"Siapa yang sakit?" tanya Biru sambil menerima pesanan mereka berdua dengan ramah.

"Atasanku yang sakit, lalu kamu?" tanya Rezan kembali.

"Kan om duah tahu jika yang sakit kakekku. Jangan kebanyakan basa basi om, tidak cocok." ujar Biru sambil tersenyum.

Rezan menggaruk kepala, Biru benar, dia basa basi saja. "Kamu butuh biaya untuk kakekmu? Maksudku, aku bisa membantumu, anggap saja karena malam itu kamu sudah menghibuku saat di danau."

Biru menatap Rezan sejenak. "Aku tidak punya jaminan apapun untuk di gadai. Ijazah sekolah ku saja belum semat aku ambil, Om."

"Apa wajah ku cocok sebagai orang penerima gadaian?" tanya Rezan namun dijawab gelengan kepala oleh Biru. "Aku akan memberimu pekerjaan, tidak perlu ada yang perlu kamu jadikan jaminan."

"Benarkah? Pekerjaan apa itu?" tanya Biru mulai tertarik.

"Aku butuh asisten rumah tangga dirumah. Jika kamu mau besok sudah mulai bisa bekerja dan biaya rumah sakit kakek mu kita lunasi sekarang juga." jawab Rezan santai.

"Biaya rumah sakit kakek ku sangat mahal. Belum juga obatnya. Apakah kamu sanggup?" tanya Biru mengingat tunggakan bulan sebelumnya saja belum dia bayar.

Rezan menatap Biru dengan jengkel. Padahal tampangnya mirip tuan muda kaya raya, jangan kan biaya rumah sakit dan pengobatan kakek Biru, biaya hidup mantan saja pernah dia tanggung.

"Aku bekerja sebagai asisten di sebuah perusahaan besar, mudah bagiku untuk mengurus seluruh biaya kakekmu. Daripada kamu menikah dengan pria tua yang sudah memiliki istri 4. Memang kamu mau menjadi istri ke 5?" tanya Rezan membuat Biru melotot.

"Tidak mau kan? Lebih baik jadi asisten rumah tangga dirumah ku. Gajinya besar, setelah selesai mengerjakan pekerjaan rumah kamu bisa menjaga kakekmu di rumah sakit." ujar Rezan tidak mau Biru menolak tawarannya.

"Jika kakekmu sudah sembuh, nanti kamu aku biayai kuliah. Akan aku carikan pekerjaan lebih layak lagi." kata Rezan membuat Biru menatapnya penuh tanda tanya.

"Om tidak ada niat buruk kan?" tanya Biru memperhatikan Rezan dari atas kepala sampai ujung kaki.

"Niat buruk apa? Kamu pikir aku akan melakukan apa padamu?" tanya Rezan menatap heran. Biasanya seorang perempuan akan langsung luluh mendengar tawaran yang menggiurkan. Gadis didepannya ini malah mencurigai dirinya.

"Kasus sekarang banyak orang berpura-pura baik demi kepentingan pribadi. Misalnya menjual organ tubuh manusia atau menjadikan wanita muda PSK." jelas Biru mengutarakan pemikirannya.

"Enak saja, aku tidak seperti itu. Jika kamu tidak percaya besok datang saja ke perusahaan tempat ku bekerja. Ini kartu nama ku, ada nomor telepon serta informasi lainnya. Sudah aku mau pulang, besok harus bekerja." Rezan menyodorkan kartu nama berwarna hitam pada Biru. Setelah itu dia membayar pesanan lalu pergi.

Biru menatap kartu nama ditangannya. "Rezan Adi Wijaya. Nama yang bagus." ucap Biru sambil menganggukkan kepala. "Cocok sih dipanggil om, usiaku dengan dia beda 9 tahun." tambahnya lalu memasukkan kartu nama itu ke saku celana.

**

Hari ini Rezan sudah berkutat dengan tumpukan berkas yang harus diperiksa. Beberapa pertemuan dengan klien sudah di handle oleh Kak Dinda. Wanita itu termasuk mahir dalam mengurus kerja sama. Mengingat suami Kak Dinda juga seorang pengusaha, setelah menikah Kak Dinda juga sempat menjadi sekretaris suaminya. Jadi Rezan sangat percaya wanita itu mampu menangani klien dengan baik.

"Kenapa laporan terasa aneh di mataku? Sepertinya harus aku periksa ulang nanti malam." ujar Rezan melihat laporan keuangan dari perusahaan cabang yang baru dia terima tadi lagi.

Istirahat siang juga dilakukan di ruangan sambil memeriksa berkas yang akan dia bawa ke rumah bosnya untuk ditandatangani.

Anjar sudah kembali ke rumah namun masih harus istirahat karena mual masih sering dirasakan.

Rezan melihat jam tangan, dia heran kenapa hampir jam pulang Biru belum juga menemuinya. Apakah gadis itu tidak berminat dengan tawaran yang dia berikan?

Sampai jam pulang tiba, Biru belum juga datang. Akhirnya Rezan segera melajukan mobil ke rumah bosnya.

"Aku kenapa tidak meminta nomor semalam." batin Rezan merasa kesal. "Sepertinya setelah ini aku harus ke rumah sakit untuk bertemu langsung dengan nya."

Sampai dirumah Anjar, dia langsung masuk ke ruang kerja bosnya. Hanya meletakkan tumpukan berkas yang besok akan di ambil olehnya sebelum berangkat ke kantor. Karena jika menunggu pasti akan lama. Anjar sendiri masih dikamar, kata ART rumah ini, bosnya tadi kembali mual parah.

"Rezan, maaf sepertinya Anjar baru bisa menandatangani berkas nanti malam. Saat ini baru saja tertidur." Alin baru saja turun menyapa asisten suaminya.

"Oh baik bu bos, tenang saja besok aku akan kembali kesini. Oh ya aku tidak bisa lama-lama karena ada hal lain yang harus aku selesaikan." ujar Rezan ingin segera pergi ke rumah sakit.

"Aneh sakali Rezan, biasanya dia paling betah disini. Padahal aku ingin menanyakan kelanjutan kerjasama dengan Perusahaan Atmaja. Hagia, gadis itu berani menelpon Anjar dan ingin menjenguk. Dasa pelakor." ujar Alin merasa kesal. Entah kenapa akhi-akhir ini emosi nya terasa tidka stabil.

1
Mulyana
lanjut
Ruang Rindu
lanjuttttt
Mulyana
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!