Menikah karena wasiat, itulah yang di alami Clea. ia terpaksa menikah dengan Renei Suprapto, pria tampan, mapan dan matang dan juga suami orang. Margareth istri Renei yang menginginkan pernikahan itu terjadi karena ia sedang sakit keras. Margareth tidak ingin sepeninggal dirinya Renei kesepian karena itu ia menjodohkan suaminya dengan Clea gadis berusia dua puluh tahun yang tak lain adalah petugas terapis Margareth selama sakit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 12 Temani Mandi
Clea pulang ke rumah menumpang taksi online yang di pesannya. sebenarnya Clea mendapat fasilitas mobil mewah dari Renei sebagai hadiah pernikahan mereka atas usul mendiang Margareth. tapi Clea belum bisa mengemudikan mobil jadi ia tidak pernah menyentuh mobil pemberian suaminya itu.
Clea tiba di rumah, ia disambut bibi yang terlihat cemas sembari berjalan menghampiri Clea.
"Ada apa bi?"
"Tuan sudah pulang sejak tadi nyonya, sepertinya tuan sedang marah" kata bibi.
Clea terdiam sejenak ini pasti karena keributan di toko tadi siang mood Renei jadi jelek. mood nya baik saja ia selalu ketus apa lagi jika moodnya sedang buruk pasti lebih parah. Clea menghela napas bersiap menerima amarah Renei seperti biasa. Clea melangkah menuju ruang tengah di sana Renei terlihat duduk memainkan poselnya.
"Mas..." Clea memberanikan diri menyapa Renei. pria itu hanya terdiam masih sibuk dengan ponselnya. ia tidak menggubris kedatangan Clea.
Clea berdiri mematung di hadapan Renei menunggu jikalau suaminya itu ingin mengajaknya bicara.
"Mas lusa saya ikut pameran barang-barang hasil kerajinan tangan, mungkin mas Rey mau menyempatkan untuk datang?" Clea menyerahkan undangan pada Renei.
Renei mendongak menatap Clea sekilas ia lalu meraih undangan itu dan meletakkannya di meja tanpa membacanya. Renei berdiri dari duduknya, ia melepas dasinya dengan kasar.
"Siapa yang mengantar mu pulang?" tanyanya sembari memasukan kedua tangannya ke saku celana. persis orang tua yang sedang menginterogasi anak remajanya.
"Pulang sendiri mas naik taksi" jawab Clea.
"Kenapa mas Her-mu itu tidak mengantar mu pulang?" tanya Renei sinis.
"Mas jangan begitu, saya dan mas ..maksud saya dokter Hermawan tidak ada kedekatan apapun"
"Aku tidak percaya padamu, lagi pula jika kalian dekat aku juga tidak peduli karena aku tidak pernah menganggap mu ada!" kata Renei tajam, ia sebenarnya hanya menutupi gengsinya saja. didalam lubuk hatinya ia mulai mempedulikan Clea dan kesal setengah mati Hermawan caper pada Clea.
"Siapkan air hangat aku ingin mandi"
"Iya mas"
Clea patuh ia berjalan menuju kamar Renei untuk mengisi bathup, Clea memastikan suhu air sudah sesuai dengan keinginan Renei yaitu hangat kuku seperti air mandi bayi. Saat Clea hampir selesai Renei tiba-tiba masuk ke kamar mandi sudah mengenakan kimono berwarna putih.
"Kenapa kau selalu terkejut dan takut saat melihat ku? tapi melihat Hermawan kau selalu ramah dan senang?"
Dasar Renei bagaimana Clea tidak takut, dia selalu saja ketus dan pemarah. wanita mana yang tidak segan. sementara dokter Hermawan selalu bersikap baik dan ramah pada Clea.
"Air sudah siap mas" kata Clea mengalihkan pembicaraan sembari melangkah hampir keluar dari kamar mandi.
Renei meraih lengan Clea dengan kasar, Clea menghentikan langkahnya.
"Duh sakit mas" Clea mencoba memelas pada Renei.
"Aku ingin kau menggosok punggungku"
"Apa?!" wajah Clea memerah membayangkan ia melihat Renei bertelanjang di bathup.
"Kenapa? kau malu atau mau? jangan munafik kau pasti juga ingin melihat tubuhku bukan?"
Clea memalingkan wajahnya tidak menjawab pertanyaan gila Renei. pria itu melepas kimononya dan dengan santai berjalan memasuki bathtub. jantung Clea berdegup kencang, ia tidak berani memandang ke arah Renei sebelum suaminya itu menenggelamkan separuh tubuhnya di dalam bathup.
"Cepat lakukan!" kata Renei.
Clea mendekati Renei ia duduk di belakang bathup sembari mulai menyentuh bahu Renei. entah kenapa Clea seperti orang tersetrum ketika kulitnya menjamah kulit Renei. untuk pertama kalinya ia melihat pemandangan yang tidak senonoh dan menggosok punggung seorang pria. meski pria itu adalah suaminya sendiri tapi selama ini mereka asing satu sama lain jadi menimbulkan sensasi aneh yang tidak Clea pahami.
"Lakukan dengan baik" kata Renei . ia memejamkan matanya sembari menikmati pijatan di bahunya. Renei merasa rileks dan senang. ia tidak menyangka ternyata kontak fisik dengan Clea bisa membuat suasana hatinya yang tadinya buruk menjadi membaik.