Scandal Hubungan Masa Lalu

Restaurant.

Happy birthday to you happy birthday to you happy birthday happy birthday happy birthday to you.

Di salah satu meja yang sudah dipesan Aruna sebelumnya, Aruna, Mila, Rain, Gibran kakak Aruna dan Thalia kakak iparnya bersama kedua anak mereka Michi yang berusia 6 tahun dan juga Loli yang masih berusia 1 tahun.

Mereka tampak senang merayakan ulang tahun Mila yang ke 50 tahun. Di meja panjang bertaplak putih dengan kombinasi merah itu di penuhi dengan makanan yang sangat menggiurkan.

Yeeeeeee!!!!!!!!!

Mereka semua bersorak dengan bertepuk tangan yang gembira dengan senyum lebar.

"Ayo Nenek tiup lilinnya!" ucap Michi.

"Rain ikut meniup," sahut Rain yang tidak mau ketinggalan.

"Michi juga mau ikut," Michi juga yang takut ketinggalan langsung mendekati Mila.

"Kamu apa-apaan sih aku duluan," Rain menggeser Michi yang tidak mau kalah.

Kedua cucu yang sering bertengkar itu kembali berdebat berebut untuk dekat-dekatan dengan Mila agar bisa meniup lilin bersama.

"Aduh Rain, Michi jangan bertengkar seperti itu, nanti kuenya jatuh!" tegas Aruna kesal dan rasanya ingin menggeplak satu-satu kepala anak dan keponakannya itu.

"Michi yang ganggu Rain sejak tadi," sahut Rain yang pasti tidak mau disalahkan.

"Tidak Tante! Rain yang pelit dan mau menang sendiri," sahut Michi.

"Kalian berdua memang tidak ada habis-habisnya kalau disatukan, bertengkar terus tidak ada yang mau kalah," sahut Gibran.

"Sudah-sudah jangan ribut. Nenek tidak akan tiup lilin kalau kalian ribut terus seperti ini. Lihat lilinya sudah hampir meleleh!" tegas Mila.

Rain dan Michi serentak terdiam. Namun wajah mereka sama-sama cemberut yang tidak ada yang mau mengalah sama sekali.

"Nenek akan tiup lilin bersama tiga cucu nenek, Loli duduk di pangkuan Nenek," ucap Mila memutuskan yang mengambil Loli dari tangan Thalia dan memangkunya yang tepat berhadapan dengan lilin.

"Michi dan Rain di sebelah sini!" Mila juga mengatur Michi dan Rain yang duduk di kiri dan kanan.

"Kita tiup sama-sama," ucap Mila.

Barulah dua anak itu menganggukan kepala dengan tersenyum dan mereka kembali happy yang akhirnya meniup lilin setelah mendapatkan arahan hitungan 1 sampai 3 dari Aruna Gibran dan juga Thalia.

"Horeeee!" mereka juga bertepuk tangan.

"Sekarang Nenek harus memotong kuenya," sahut Michi.

Mila mengganggukan kepala dan Thalia kembali mengambil putrinya agar Mila bisa memotong kue tersebut. Agar adil Mila memberikan potongan kue pertama untuk Loli dan baru setelah itu Rain dan Michi. Jika tidak seperti itu Rain dan Michi akan kembali bertengkar salin berebutan.

"Alhamdulillah Nenek ternyata sampai juga umur 50 tahun," ucap Mila yang tersenyum dengan mata berkaca-kaca sedikit terharu dengan suasana yang Alhamdulillah masih bisa dirayakan mereka bersama-sama.

"Mama jangan mengatakan seperti, 51 52 dan sampai 100 tahun Mama akan tetap diberikan umur panjang dan kita semua akan berada di sini yang terus merayakan ulang tahun Mama," sahut Gibran.

"Makasih Aruna, Gibran untuk kalian berdua yang tidak pernah lupa untuk ulang tahun mama. Dari dulu kita selalu merayakan ulang tahun bersama-sama, saat Papa kalian masih hidup dan kita bertiga kembali merayakan ulang tahun dan kita juga merayakan berempat bersama dengan Rain dan juga ditambah lagi dengan kehadiran Thalia di keluarga baru kita dan di tambah lagi dengan kehadiran Michi yang bawel ini dan sekarang juga dirayakan bersama Loli yang sangat lucu ini," ucap Mila yang memang menikmati semua proses yang tidak pernah berubah itu.

Hanya tempat perayaannya yang sudah berubah. Jika dulu pasti lebih sederhana dan sekarang Aruna dan Gibran sudah memiliki pekerjaan yang baik dan mereka bisa menyisihkan uang untuk merayakan ulang tahun sedikit mewah dari tahun ke tahun. Walau Mila tidak pernah menginginkan hal itu. Tetapi, mereka tetap ingin memberikan yang terbaik untuk wanita yang memberikan kebahagiaan untuk mereka berdua.

"Sudah-sudah jangan sedih sedih seperti ini, sekarang kita sebaiknya makan-makan saja dan semua ini makanan yang paling enak di Restaurant ini," sahut Thalia yang mengalihkan suasana yang sedikit haru itu dan bahkan membuat Aruna dan Gibran hampir saja ingin menangis.

"Makasih Tahlia kamu selalu ada untuk keluarga ini," ucap Mila.

"Iya Mah itu sudah pasti. Ayo kita makan!" sahut Thalia.

"Ayo makan. Rain lapar!" sahut Rain.

Mereka tersenyum yang mulai mengambil makanan dan pasti Aruna terlebih dahulu harus memisahkan Rain dan Michi yang sudah hampir saja menimbulkan pertengkaran.

Mereka menikmati makan malam mereka bersama di meja yang sudah mereka pesan itu. Mereka makan begitu lahap sembari mengobrol dan juga sembari ada perdebatan antara dua cucu yang saling tidak mau mengalah

Di tempat yang sama yang ternyata Karina dan Melvin yang sedang berhadapan dengan pelayan wanita. Karina yang terlihat marah-marah pada wanita yang sejak tadi menunduk itu dengan tubuh bergetar yang tampak sangat takut.

"Mah sudahlah kita cari tempat lain saja," ucap Melvin yang terlihat tidak mau ribut.

"Ini adalah bentuk pertanggungjawaban dari pihak Restaurant ini. Saya sudah pesan meja yang saya inginkan dua hari sebelumnya dan kamu malah memberikan meja itu kepada orang yang baru memesan 4 jam yang lalu!" tegas Karina yang menunjuk tampak tidak terima dengan apa yang dilakukan pelayan itu.

"Maaf nyonya. Tapi nyonya juga mengatakan mejanya dipakai untuk besok sore dan saya memberikan kepada pemesan yang lain karena memang kosong," pelayan itu sejak tadi berusaha untuk membela diri.

"Tapi saya sudah memajukan jadwalnya dan saya sudah mengabari orang-orang penting yang akan bertemu dengan saya di jadwal yang saya tentukan kepada kamu!" tegas Karina yang tidak mau kalah.

"Tapi Nyonya memberikan jadwal berubah setelah nona itu memesan terlebih dahulu dan mereka juga sudah melakukan acaranya dan saya tidak mungkin membatalkan tiba-tiba," ucap pelayan itu dengan suara bergetar.

"Apapun alasannya saya tidak mau tahu. Kamu harus bertanggung jawab. 1 jam lagi tamu saya akan datang dan kamu harus selesaikan semua sesuai dengan keinginan saya!" tegas Karina yang tidak mau kalah dan menurutnya uang bisa mengatur segalanya dan semua harus menuruti apa yang dia mau.

"Mah! ini jelas-jelas bukan kesalahan pihak Restaurant dan Mama yang tiba-tiba mengubah jadwal dan mereka tidak mungkin mengosongkan meja dari awal, Mama pesan sampai akhir Mama pesan. Itu sangat tidak masuk. Jadi kita cari tempat saja!" tegas Melvin.

"Bagaimana mungkin kita bisa mencari tempat lain, tamu-tamu kita sangat penting, produser dari luar Negeri yang ingin bertemu dengan kamu dan ini merupakan kesempatan besar untuk kamu bisa bermain di Hollywood!" tegas Karina.

"Tapi sudah ada orang di sana dan tidak mungkin semua sesuai dengan keinginan mama!" tegas Melvin yang benar-benar sangat lelah menghadapi Karina yang keras kepala.

"Ini adalah kesempatan penting dan Mama tidak akan membuat tamu Mama kecewa. Maka dari itu saya yang akan bergerak sendiri!" tegas Karina.

"Mama mau melakukan apa?" tanya Melvin.

"Menyuruh tamu yang memesan itu cepat-cepat pergi. Karena Mama tidak punya waktu lagi!" jawab Karina yang langsung berjalan meninggalkan Melvin dan pelayan itu.

"Mah itu tidak mungkin!" Melvin yang langsung mengejar Karina.

Bersambung