Setelah mendapatkan notifikasi aneh yang menawarkannya untuk menjadi Raja Peradaban, Nova dikejutkan oleh Sistem yang terikat dengannya saat Secara misterius terbangun di pulau terpencil.
Demi bisa bertahap hidup dan memecahkan misteri kedatangannya dan teman-temannya ke pulau misterius ini, mereka pun bekerjasama untuk membangun peradaban baru demi bisa pulang ke rumah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon polacirius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuat Garam
Nova dan lainnya kembali dengan tangkapan besar. Mereka membawa enam ekor belut sawah gemuk sebagai menu makan malam.
“Woah, apakah kita akan berpesta malam ini?” Siska segera menghampiri mereka.
“Dasar babi rakus, dengan jumlah sebanyak ini kita bisa makan untuk waktu dua atau tiga hari. Mendapatkannya susah tahu, tidak semudah membelinya di pasar dan menawar harga untuk seperkilonya,” sungut Indra.
“Cih, aku kan hanya bertanya.” Siska memalingkan wajahnya dengan kedua tangan di dada. Ia lalu menghampiri kembali ke dekat perapian untuk memasak air.
Nova menyerahkan belut-belut kepada Fani untuk di potong dan di masak.
Selagi menunggu makan malam mereka siap, Nova dan lainnya menunggu dengan sabar dan mengobrol ringan.
Setelah makan malam, mereka berdelapan memutuskan untuk segera tidur bergiliran. Masing-masing empat dari mereka akan berjaga selagi yang lainnya tidur.
Pagi hari datang dengan sangat cepat. Semua orang mulai bersiap untuk membuat sarapan.
“Kau mau pergi ke mana, Nova?” tanya Indra yang saja keluar dari Shelter.
“Ah, aku mau pergi melihat perangkap ikan kita kemarin.”
“Kalau begitu aku ikut!” Siska berlari menghampiri Nova dan memegang tangannya agar segera pergi ke sungai.
Nova turun ke sungai dan memeriksa perangkap ikan yang dipasangnya kemarin sore. Ia tidak menduga akan menangkap banyak ikan dengan ukuran yang cukup besar.
[Host menyelesaikan quest profesi nelayan dan mendapatkan 500 poin]
“Owh, aku tidak tahu kalau ada misi profesi,” guman Nova.
Sistem menunjukkan panel baru yang tidak pernah Nova lihat. Di sana ia mendapatkan sebuah ikon seperti ikan dengan tulisan profesi nelayan.
“Bagaimana?” teriak Siska.
“Kita mendapatkan banyak ikan,” teriak Nova.
Nova tersenyum. “Yah, ku rasa aku akan memeriksanya saat waktu luang.”
Nova hanya mengambil delapan ekor ikan untuk sarapan mereka. Sisa ikannya ia buat bendungan kecil agar sisa ikannya tidak kabur dan mereka dapat dengan mudah mengambilnya lagi.
“Kau memasang perangkapnya lagi?” tanya Siska. Ia tidak menyangka kalau Nova akan memasang perangkap ikan lagi, padahal mereka sudah memiliki banyak ikan dan tidak takut harus kelaparan.
“Yah, untuk berjaga-jaga saja. Lagi pula tidak ada salahnya kalau kita punya persediaan makanan yang banyak. Pasti ada saatnya kita akan kesulitan untuk mencari makanan dalam cuaca buruk.”
Karena mereka terbangun di sebuah pulau yang tidak mereka ketahui, terlebih Nova juga tidak tahu apakah pulau ini hanya punya dua musim atau empat.
Mungkin akan bagus kalau mereka benar-benar masih berada di salah satu pulau yang ada di Indonesia, tetapi bagaimana kalau bukan?
Nova tahu kalau ada beberapa pulau di Indonesia yang masih belum di sentuh oleh manusia, tetapi melihat sumber daya di pulau ini masih sangat banyak dan sepertinya ada orang yang dengan sengaja menanam tanaman di pulau ini dengan alasan tertentu.
Jadi, ia merasa ragu kalau pulau ini benar-benar tidak pernah di datangi oleh manusia. Mungkin saja manusia pernah datang dan tinggal di pulau ini, dan itu sudah bertahun-tahun atau mungkin berabad-abad lamanya.
“Hei, Nova cepatlah, kalau tidak mau ku tinggal!”
Nova tersentak dari lamunannya dan segera menyusul Siska untuk pergi ke kamp.
“Woah, kemarin kita makan belut, sekarang makan ikan sungai. Sekarang aku berharap dapat makan sayur,” ujar Tasya.
Mereka sudah lama tidak mengkonsumsi sayuran. Jika mereka tidak akan bisa menyeimbangkan asupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Nova jadi kepikiran, apakah ia perlu masuk ke hutan lebih jauh lagi untuk mencari sayur?
“Rebus saja rumput. Sayur dan rumput apa bedanya, toh sama-sama hijau,” balasnya sambil membuang tulang ikan yang menyangkut di giginya.
“Kau pikir aku ini apa huh? Seekor sapi?” Tasya menatap tajam Ogy.
“Iya, sama-sama penghasil susu.”
“Woah, Ogy kau mulai berani membuat ulah, huh?” Tasnya menjewer telinga Ogy sampai membuatnya menjerit.
Mereka hanya tertawa melihat Ogy. Salah sendiri bergitu blak-blakan bicara dengan wanita.
“Ikannya enak, tapi sayangnya tidak ada garam.” Indra menikmati pisang keduanya. Ia sudah menghabiskan satu ekor ikan bagiannya.
“Bagaimana kalau kita membuat garam hari ini? Kita punya rebung dan jamur untuk dibuat sup, kalau ada garam rasanya tidak akan hambar,” saran Nova. Sebenarnya ia ingin masuk ke hutan lebih dalam hari ini, tetapi sebaiknya ia menyiapkan kebutuhan dapur terlebih dahulu.
“Ide bagus. Aku dan Fani akan mencari sesuatu di sekitar kamp. Kami akan mengambil jamur lagi dan mencari tanaman yang mungkin bisa dikonsumsi atau setidaknya rempah-rempah. Mungkin saja kita dapat menemukan jahe atau kunyit,” ujar Dina.
Nova tidak berniat menghentikan mereka. Mereka membagi kelompok menjadi tiga tim. Dina dan Fani akan mengambil jamur, Tasya dan Ogy menjaga kamp. Sedangkan Nova, Indra, Taki dan Siska pergi ke pantai untuk membuat garam.
Mereka membawa gerabah yang cukup besar yang akan mereka gunakan untuk memasak air asin.
“Kalau begitu sampai jumpa nanti.”
Setibanya di pantai, Nova segera mengambil sebanyak dua panci besar air laut untuk dimasak. Karena merebus air laut membutuhkan waktu lama, selagi menunggu mereka pun pergi untuk mencari persediaan lagi.
“Kita menemukan banyak kerang, apa karena ini hari keberuntungan kita?” Taki menunjukkan kerang yang mereka dapatkan.
“Kau tidak salah, tapi ini karena air laut sedang surut dan mereka terbawa oleh ombak.” Siska menjelaskan dengan percaya diri seolah-olah ia adalah siswa teladan yang mendengarkan penjelasan guru.
“Ya ya, cepat kumpulkan kerang-kerangnya jangan Cuma ngomong terus,” ketus Indra.
“Aku kan dari juga ngumpulin kerang,” balas Siska.
Nova hanya menghela napas sambil memungut kerang yang sedang berlari kembali ke laut. “Dasar mereka.”
Setelah merasa mengumpulkan banyak kerang dan kepiting mereka kembali untuk mengecek air laut yang mereka rebus.
[Host berhasil membuat garam kasar dan mendapat 300 poin]
“Ho, tidak ku sangka aku mendapatkan poin dengan membuat garam. Apakah aku akan terus mendapatkan poin kalau membuat sesuatu yang berguna di pulau terpencil ini?” pikir Nova.
Nova kepikiran ingin membuat beberapa perlengkapan dan alat yang dapat membantu mereka di pulau terpencil ini agar dapat bertahan hidup. Bagaimana pun mereka tidak tahu sampai kapan mereka akan berada di pulau ini. Ada baiknya mereka bersiap-siap.
“Owh, apa ini yang disebut garam? Ini lebih kasar dari yang ku duga,” ujar Taki.
“Kita lumayan punya banyak,” ucap Siska.
“Yap, sayangnya ini adalah garam kasar yang tidak bisa dikonsumsi karena mengandung kotoran seperti pasir dan lainnya. Kita baru bisa menggunakannya setelah memurnikannya,” jelas Nova.
Taki memegang dagunya, memikirkan cara pemurnian yang dikatakan oleh Nova. “Maksud mu dengan mencucinya?”
“Tidak. Kalian pasti tahu cara memurnikan air bukan? Caranya kurang lebih sama seperti filtrasi air.”
tapi mantep lah, soalnya ane suka cerita atau main game tema survival kek gini 😹