"Ceraikan suamimu dan menikahlah denganku."
Sandiwara cinta di depan layar yang Naya Andriana lakukan bersama suaminya Rayyan seorang aktor, membuat orang-orang berpikir jika rumah tangga keduanya penuh bahagia. Tanpa mereka tahu, jika rumah tangga Naya tidaklah sebahagia itu. Sering kali Rayyan berbuat kasar padanya, tanpa peduli jika dirinya sedang hamil. Kehidupan rumah tangga indah di bayangan semua orang adalah kesengsaraan baginya.
Hingga, Rayyan di penjara atas penipuan investasi yang ia lakukan. Bertepatan dengan itu, Naya terpaksa harus melahirkan sebelum waktunya. Membuat bayinya harus di rawat Di NICU. Harta di sita, dan tak ada biaya sepeserpun, Naya hampir menyerah. Sampai, pria bernama Zion Axelo datang padanya dan menawarkan sebuah bantuan.
"Karena Rayyan sangat mencintaimu, Aku ingin membalas dendamku padanya, dengan merebut cintanya." ~Zion
"Anda salah Tuan, apa yang di lihat belum tentu yang sebenarnya terjadi. Kisah cinta kami, hanya lah sandiwara." ~Naya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takut kamu kabur
Tiga bulan sudah bayi Naya berada di ruang NICU, akhirnya tepat hari ini dokter sudah mengizinkannya pulang. Betapa senangnya Naya mengetahui jika bayinya sudah dapat di perbolehkan pulang. Ia bahkan sampai datang ke rumah sakit pagi-pagi untuk menjemput bayi menggemaskannya.
"Hati-hati ...." Ucap seorang suster kala Naya mengambil bayinya dari gendongannya.
"Anak Mama ...." Naya menatap lembut bayi mungil yang tertidur di gendongannya. Walau bayi itu masih terlihat kurus, tetapi Naya merasa sedikit lega setidaknya bayinya dapat membaik keadaannya.
"Kita pulang yah sayang, pulang ke rumah." Lirih Naya. Kala mengingat tentang rumahnya yang sudah di sita, membuat Naya mengerjapkan matanya. Ia lupa jika rumahnya sudah tak ada lagi, sementara ini dia tinggal di sebuah kos yang tak jauh dari rumah sakit.
"Kita akan pulang ke rumah baru kita heum? Hanya ada Zevan dan Mama."
"Kalian akan pulang bersamaku."
Lagi-lagi Naya tersentak kaget melihat kehadiran Zion yang secara tiba-tiba. Entah kenapa pria itu selalu berada di dekatnya tanpa ada suara sedikit pun. Apa dia berjalan sambil melayang? Kenapa tidak ada suara langkahnya sama sekali? Jangankan langkah, Naya sama sekali tak merasakan kehadirannya.
"Kenapa?" Tanya Zion heran saat melihat wajah pucat Naya.
"Tidak, tidak apa-apa." Balas Naya dengan ekspresi yang tampak masih syok.
Saat Naya kan mengambil tas bayinya, tiba-tiba Zion sudah mengambilnya lebih dulu dan memberikannya pada bodyguardnya. Ia lalu menatap Naya yang lagi-lagi bingung dengan keadaan yang ada.
"Kenapa kamu berikan padanya? Berikan tasku kembali, aku ingin pulang!"
"Pulang ke rumah milik mantanmu yang hasil nipu itu huh? Memangnya masih ada?" Desis Zion yang mana membuat Naya kembali mengatupkan bibirnya.
"Kamu lupa perjanjian kita? Jika kamu membatalkannya maka ... kamu harus membayarnya sepuluh kali lipat. Aku menanti, kamu membayar denda atas pelanggaran yang kamu lakukan,"
Naya memejamkan matanya sejenak, ia tak bisa berbuat apapun saat ini dan harus menuruti kemauan Zico. Pria itu membawanya masuk ke dalam mobil, dan Naya tak berani untuk melawan lagi. Ia tak memiliki kekuatan apapun untuk melawan Zion yang bahkan saat ini di jaga oleh bodyguardnya.
Tatapan Naya jatuh pada sebuah pist0l yang ada di pintu mobil. Melihat itu, Naya meneguk kasar lud4hnya. Sebenarnya, siapa yang ada di sebelahnya? Gangster kah? Atau ... mafia? Naya bertanya-tanya dalam hatinya.
"Kita belum menikah, bukankah sebaiknya kita tinggal terpisah? Lagian, bodyguardmu kan tetap mengawasiku bukan? Mana bisa aku kabur." Cicit Naya. Dia mengkhawatiran nyawanya serta nyawa bayinya jika harus tinggal dengan Zion. Pria misterius yang aneh.
Zion melirik ke arah wanita yang duduk di sebelahnya itu, "Semua wanita itu licik, takut kamu akan kabur dengan seribu macam cara."
Naya menghela nafas sabar mendengarnya, "Kenapa dia banyak sekali membenci orang, pantas wajahnya terlihat suram."
"Bicara apa kamu?" Zion yang mendengar gumaman lirih Naya tentu saja merasa tersindir.
"Aah tidak apa-apa." Naya memilih diam kembali, khawatir Zion akan marah dan bisa-bisa pria itu menghabisinya saat ini juga.
Berselang beberapa saat, mobil terhenti di depan sebuah rumah mewah. Naya melihat kesekelilingnya, tampak halaman rumah Zion sangat luas. Bahkan, rumahnya sangat besar. Lebih besar dari rumah mertuanya apalagi rumah mantan suaminya.
"Turun lah." Zion turun lebih dulu, dia berdiri di sisi mobil menunggu Naya yang keluar dari dalam.
"Selamat datang kembali Tuan." Naya mengerjapkan matanya melihat maid yang datang menyambut ke arah mereka.
Zion melangkah masuk, dan Naya mengikutinya. Baru kali ini Naya menginjakkan kakinya di rumah besar dan mewah seperti ini. Tampaknya, ini bukan sekedar bangunan rumah biasa, tapi sudah tampak seperti istana baginya. Yah, Naya masih tak percaya dirinya dapat memasuki rumah sebesar ini.
"Zion,"
Langkah Zion dan Naya terhenti melihat seorang wanita yang baru saja keluar dari dalam lift. Raut wajah wanita itu tanpak kaget melihat kehadiran Naya. Ia bahkan sampai melepaskan genggaman tangannya pada putrinya dan melangkah cepat mendekati kembarannya itu.
"Ikut aku!" Raisa menarik tangan Zion untuk memintanya ikut dengannya. Tapi sebelum itu, Zion meminta maid untuk mengantarkan Naya ke kamar wanita itu lebih dulu.
Setelah Zion bersama Raisa, Naya terdiam dan menebak hubungan keduanya. Dirinya pikir, Raisa adalah istri Zion. Dia jadi serba salah berada di sini, padahal Zion yang membawanya. Naya tentu tidak mau di cap sebagai pelakor.
"Kalau sudah punya istri kenapa justru membawaku kesini." Lirihnya.
Tatapannya turun menatap bocah menggemaskan yang entah kapan sudah berada di hadapannya dengan mulutnya yang tersumpal botol susu. Lekas, anak itu melepaskan botol susunya dan menatap Naya dengan kepala yang di miringkan.
"Pacal nya Om tliplek yah Onty?"
"Om tliplek?" Naya mengerjapkan matanya, dia tak mengerti arti dari omongan anak itu.
"Iyaaa, om nya Zila tadi. Pacalnya?" Naya membulatkan matanya mendengar Zira yang memanggil Zion dengan sebutan Om. Itu artinya, wanita tadi adalah bukanlah istri Zion?
"Pacal? Sebenarnya, anak ini bicara apa? Kenapa bahasanya sangat aneh?" Batin Naya dengan kebingungannya sendiri.
"Maksud Nona kecil, anda pacarnya Tuan? Maaf Nona, anak ini memang cadel." Ucap seorang wanita paruh baya yang datang menghampiri Naya dengan senyuman di bibirnya.
Naya mengerjapkan matanya dengan mulutnya yang membulat, "O-oh begitu,"
"Ayo ikut saya, akan saya tunjukkan dimana kamar anda."
Naya mengangguk, ia mengikuti maid itu membawanya pergi. Bocah tadi pun masih mengikutinya, seolah penasaran dengan apa yang Naya bawa di gendongannya. Sepanjang jalan, Naya dan maid itu sedikit mengobrol dan berkenalan. Barulah Naya tahu, jika wanita itu bernama Sari.
"Nah, ini dia kamarnya."
Naya langkah masuk ke kamar yang sudah di siapkan. Kamarnya bagus, juga tampak nyaman. Lebih nyaman dari kosan miliknya. Walaupun Zion mengatakan dirinya adalah tawanan, tapi pria itu memberikan kamar yang baik untuknya.
"Apa ada yang anda perlukan lagi Nona?"
"Tidak ada Bi, terima kasih." Ucap Naya.
"Baik, kalau begitu saya permisi dulu."
Setelah kepergian Bi Sari, Naya memilih meletakkan bayinya di atas ranjang. Tak lupa, ia membuka kain bedong agar bayinya bergerak dengan leluasa. Kegiatannya. tak lepas dari pandangan anak menggemaskan yang saat ini berdiri di sebelahnya.
"Itu apa? Kok bica gelak? Boneka Zila nda bica gelak begitu!" Protes anak itu.
"Ini bayi sayang, bukan boneka,"
"Bayi? Waaah, beli djmana? Bial nanti Om tliplek belikan buat Zila." Tanya Zira yang begitu mengingkan memilikinya. Naya merasa lucu sengan celotehan Zira, ia mencubit gemas pipi gembul anak itu.
"Zira, keluarlah." Suara berat Zion mampu mengejutkan keduanya yang asik mengobrol.
"Om tliplek ini nda celu!" Zira pergi dnegan keadaan hati yang kesal. Ia tak bisa membantah om nya itu, atau om nya akan berubah menjadi singa yang menakutkan.
Zila berjalan pergi sembari menggerutu kesal, tak sengaja dirinya berpapasan dengan asisten Zion yang akan mencari bos nya.
"Nona kecil, apa Tuan ada?"
"Nda tahu, Om calden nyali cendili cana jangan tanya Zila!" Ucapnya sebelum berlalu pergi, meninggalkan pria yang kini memasang raut wajah pasrahnya.
"Xandeeeer! Xaaan deeer, sarden dari mana sih?! Udah bagus nama bule gini, malah di bilang Sarden. Heran, tuh anak terbuat dari apa sih? Biji salak?" Xander mencoba menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.
"Cara mendapatkan wajah tampan, adalah hindari marah. Oke Xander, coba tersenyum dan lupakan kerucut gentong itu." Gumamnya.
kosa kata bayi cadelnya nambah byk ya Thor...n bikin nambah seru crtnya....☺️😁