⛔:TYPO BERTEBARAN
Velisa adalah gadis berusia 22 tahun.Setelah lulus kuliah Velisa di jodohkan oleh ayahnya dengan anak dari sahabatnya. Dengan ikhlas Veli menerima permintaan Ayahnya. Namun selama pernikahannya Veli tidak pernah di anggap oleh suaminya sendiri.
Dewanga Raharja adalah seorang CEO dengan kepribadian yang dingin, cuek dan ketus, suami dari Velisa.
*******
"Veli....!!".Suara teriakan dari Dewa yang baru pulang dari Kantornya mengema di Ruang tamu.
"Kenapa mas?" jawab Veli dengan setengah berteriak dari Dapur berjalan terburu buru menghampiri suaminya."Mas sudah pulang.Mau makan, aku siapin sekarang ya" ucap Veli dengan suara lembutnya dan senyum manis yang menghiasi wajahnya.
"Nggak perlu!" jawab Dewa dengan ketus."Nanti malam Mama sama Papa mau kesini," lanjutnya seraya berlalu menuju kamarnya dilantai atas.
"Sebegitu sulitkah kamu menerimaku dihidupmu, sudah 7 Bulan lebih kita menikah. Tapi sikapmu selalu dingin dan acuh dengan keberadaanku." Lirih ve
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfiatus.s, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Kini Veli sudah tiba di meja makan, Dan ternyata di sana sudah ada Bima yang entah kapan sampainya. Terlihat Bima hanya duduk dengan wajah datarnya, sesekali matanya melirik ke arah Dewi, yang juga nampak diam dan sibuk dengan ponselnya. Veli melihat itu pun tampak heran, apakah mereka sedang bertengkar?
"Loh, Mas Bima udah lama?" tanya Veli, sambil mendudukan dirinya di samping Dewi.
"Tidak juga...mana Dewa?" Bima menjawab dengan nada yang ramah.
"Lagi siap-siap, mungkin sebentar lagi selesai!"
"Kenapa kalau bicara dengan kak Veli terdengar ramah? giliran sama aku aja cuek banget!"gerutu Dewi dalam hati, pasalnya tadi dia bertanya dengan baik-baik kepada Bima, tapi malah di tanggapi dengan cuek oleh Bima. Seperti sebelum-sebelumya membuat Dewi tampak sedikit segan.
"Tumben banget? biasanya jam segini udah siap," tanya Bima sambil melihat jam di pergelangan tanganya, Veli hanya mengedikan bahunya, dia sendiri juga tidak tahu.
"Kamu mau kemana kok bawa-bawa map gitu?" tanya Veli kepada Dewi, saat melihat sebuah map di pangkuan Dewi.
"Aku mau ke kampus, nganterin berkas kepindahanku," jawab Dewi, sambil memasukan ponselnya kedalaman tasnya. Veli hanya ber oh ria.
"Pindah? jadi Dewi pindah kesini?" batin Bima bertanya-tanya, saat mendengar obrolan mereka.
"Mau ikut gak? sekalian cuci mata, lihat cokok-cowok tampan di kampus," ajaknya sambil tergelak.
"Cih...ngapain jauh-jauh aku juga tampan gini kok!" gerutu Bima dalam hati, dia sangat kesal mendengar ucapan Dewi. Wanita yang di sukainya itu kapan pekanya?
Bima sebenarnya sudah menyukai Dewi sejak lama, saat Dewi masik duduk di bangku SMA. Akan tetapi ia tidak mempunyai keberanian untuk memngungkapkanya. Selain karena dia minder dengan peebedaan status sosila, Bima juga berangapan bahwa Dewi tidak menyukainya, kerana sipak Dewi yang tampak tidak terlalu banya bicara saat ada dirinya. Padahal orang tua Dewa pastinya akan setuju, jika Bima memepersunting putrinya itu.
"Emang boleh?" tanya Veli antusias.
"Ya boleh lah...lagian aku juga nggak lama cuman daftar doang. Habis itu kita jalan-jalan, gimana?"
Dewi bukanlah tipe cewek yang betah berdiam diri di rumah. Jika dirinya tidak boleh keluar ruamah, maka dia akan mengajak kakak iparnya itu, pasti kakanya yang menyebalkan itu akan mengijinkanya jika dia keluar bersama Veli.
"Yaudah...nanti aku minta izin sama Mas Dewa dulu," ujarnya sambil tersenyum senang.
"Mau kemana sayang?" tanya Dewa tiba-tiga, dengan suara datarnya. Sambil duduk di kursi ujung meja makan, berdekatan dengan Veli.
uhhk uhhk uhhk
Mendengar Dewa memangil Veli dengan pangilan keramat, seketika membuat Bima tersedak saat meminun kopi.
"Apakah Dunia akan kiamat? kenapa aku merasa merinding denger kamu pangil Veli sayang, Wa?" celetuk Bima sambil bergidik ngeri, sejak kapan Dewa memangil Veli dengan sebutan sayang, apakah dirinya ketinggalan berita terbaru?
"Iya, kak Dewa nggak lagi kesurupankan?" timpal Dewi.
"Apasih... kalian berdua, memangnya salah akau mangil istriku sendiri sayang!"ketisnya, apa salahnya memanggil sayang sama istri sendiri? lebay banget mereka.
Rupanya Dewa sedang Amnesia dengan perlakuanya dulu teehadap istrinya itu, jadi wajarlah mereka terkejut-kejut. Sedangkan Veli hanya diam sambil menunduk malu.
"Kamu belum jawab pertanyaanku, kamu mau kemana?" tanyanya lagi kepada Veli.
"Aku mau ikut Dewi ke kampus, boleh ya?" Pintanya sambil memandang Dewa penuh harap.
"Nggak boleh! mau ngapain? mending ikut aku ke kantor!" jawanya dengan tegas.
"Ogah! pokonya aku mau ikut Dewi ke kampus, titik!" ujarnya tak mau kalah.
"Kenapa kamu ngeyel banget mau ikut?" tanya Dewa dengan nada curiga.
"Udahlah kak, orang perginya sama aku juga. Izinnin ajalah!" timpal Dewi, membantu kakak iparnya itu.
Dewa menghelai nafasnya berat, setelah terdiam sesaat. Akhirnya dengan berat hati, Dewa mengijinkan iastrinya itu.
Akhirnya mereka berempat pun, dengan diwarnai sikap manja-manja Dewa, yang meminta di suapan istrinya. Dan sukses membuat Biaya dan Dewi terheran-heran, fix otw suami bucin, pikir mereka berdua.
"Dewi kamu tunggu disini, aku siap-siap dulu...!" Veli langsung berlari menuju kamarnya.
Kini tingalah Dewi, yang tengah duduk di meja makan. Bersama Dewa dan Bima yang juga belum beranjak dari duduknya.
Dewi hanya bisa menelan salivanya dengan susah, pasalnya kakaknya itu kini menatapnya dengan dingin dan tajam.
"Pasti kamu kan yang mengajak istriku, awas aja kalu kamu mengajaknya macam-macam!" Dewa berkata seperti itu bukan karena ia tidak suka jika Veli pergi bersama Dewi. Hanya saja dewa sudah paham bagaimana tingkah adiknya itu, dia takut Dewi akan mengajak istrinya yang masih polos itu macam-macam.
"Come-on kak... kita tuh cuma pergi ke kampus, bukan pergi degem, kenapa harus ngancam segala!" ujar Dewi, sambil menatap sinis Dewa.
Dewa berfikir pasti di kampus nantinya banyak yang akan melihat istrinya itu, sebenarnya dia ingin membawa Veli kekantor. Apalagi penampilan Veli yang sekarang sangatlah cantik dan sexy.
selang beberapa saat, seorang wanita cantik terlihat sedang menuruni tangga dengan sedikit tergesa.
"Mas aku berangkat dulu ya!" seru Beli berpamitan kepada Dewa. Dewa hanya diam saja karena dia masih kesal Veli menolak ikut bersamanya ke kantor.
"Tunggu! kalian naik apa ke kampus?" tanya Dewa.
"Tentu saja denganku!" jawab Dewi, bergegas menarik tangan Veli keluar, sebelum lamanya itu berubah pikiran.
"Hati-hati...kamu bawa istriku!" teriaknya.
"Kita ke kantor sekarang!" Dewa melangkah keluar, lalu di ikuti oleh Bima.
Kini Veli dan Dewi sudah tiba, di university ternama yang ada di Jakarta.
Dewi sudah memarkirkan mobilanya di halaman kampus, menatap pada gedung kampus yang nantinya akan menjadi tempatnya menimba ilmu.
"Yoklah kita turun!" ucap Dewi sambil membuka seatbeltnya, lalu bergegas turu.
"Aku jadi seperti bernostalgia," gumam Veli, sambil melakukan hal yang sama.
Veli dan Dewi pun berjalan memasuki gedung kampus, tentu saja membuat para mahasiswa menatap dengan terpesona. Veli yang wajahnya cantik, memakai minidress berwarna silver dengan rambut yang di biarkan terurai, tampak anggun dan mempesona. Dewi juga tak kalah cantiknya, mengenakan rok mini kotak-kotak berwarna cokelat muda, dan di pasukan dengan blues croptop putih membuat dia tampak sexy. Mereka berdua menjadi pusat perhatian para mahasiswa di sana.
"Kita langsung saja nyerahin ini dulu, habis itu kita keliling liat cogan di sini!" ujar Dewi, sambil berjalan hendak menyerahkan berkasnya.
Dewi yang sudah selesai menyerahkan semua berkasnya kini, mengajak Veli berkeliling tentunya untuk ngeliatin para cogan.
Setelah puas berkeliling, kini Veli dan Dewi memutuskan untuk duduk di kantin dengan di temani minuman dan camilan yang mereka beli di kantin kampus.
Saat sedang asik berbincang, datang dua pria yang lumayan tampan.
"Boleh kah kami duduk disini?" tanya salah satu pria yang mengenakan kaos putih, dan membawa makanan di tangannya.
"Duduk aja, lagian ini kan tempat umum mahasiswa disini!" jawab Dewi santai.
"Thanks...!" jawab pria itu kemudia duduk di samping Dewi.
Sedangkan pria yang satunya mendudukan dirinya di samping Veli, karena Veli dan Dewi duduk berhadapan.
"Kalian mahasiswa baru di sini?" tanya pria yang duduk di sebelah Veli, karena menurut mereka Veli dan Dewi tampak asing disini, jadi menurutnya mereka adalah mahasiswa baru.
Veli yang di tanya bingung harus jawab apa, karena kedatangannya kesini hanya untuk mengantarkan Dewi. Sementara Dewi yang memang sudah terbiasa dengan teman pria pun, dengan santai menangapai pertanyaan mereka, seakan mereka sudah berteman lama.
Obrolan mereka pun mengalir begitu saja, bahkan Veli yang tadinya tampak canggung pun, kini mulai masuk dalam perbincangan tersebut, tak jarang dia juga tertawa mendengar candaan dua pria tampan itu.
Ketika sedang adik berbincang, tiba-tiba terdengar suara bariton yang mengintrupsi dari arah belakang Veli.
"Pulang...!!!" Suara bariton seseorang itu pun, sedikit mengagetkan para mahasiswa di dekatnya. Tanpa aba-aba seseorang tersebut menarik tangan Veli dan membawanya keluar dari katin.
**jeng jeng jeng siapa tuhhhhh
jangan lupa like comment and vote Love
TBC**.