NovelToon NovelToon
WARS OF SYSTEMS

WARS OF SYSTEMS

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Epik Petualangan
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: 05 BAGAS LINTANG NUGRAHA

Ketika kampus memasang sistem di tubuh setiap mahasiswanya untuk mengontrol fokus mereka dalam berkuliah dan mencegah adanya gagal lulus. Mahasiswa yang berhasil luput dari pemasangan sistem itu, berjuang untuk melawan sistem yang telah memperbudak dan membunuh perasaan para mahasiswa yang kini bagaikan robot akademik. Apakah para mahasiswa itu berhasil mengalahkan kampus dan sistemnya ? Atau justru kampus akan semakin berkuasa untuk mengontrol para mahasiswa nya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 05 BAGAS LINTANG NUGRAHA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

NASIHAT

Banyak kekacauan yang dialami Ray selama satu minggu pertamanya berkuliah. Jo yang masih dingin dan tak mau berinteraksi dengannya, teman-teman kelasnya yang juga bersikap sama, dan kegiatan yang monoton. Hari-harinya terasa begitu membosankan. Ia jadi tidak bersemangat untuk berkuliah, apalagi mengikuti pelajaran. Seringkali ia tidur, atau cuma sekadar absen kemudian izin ke toilet dan pergi dari kelas. Yeah, kuliah tak lebih menjadi alasan untuknya bernaung daripada kembali pada ayahnya.

Jean, dosennya, memperhatikan dengan jelas bagaimana dia yang berulang kali bolos dari kelas. Sebagai dosen, ia merasa Ray harus diberi tahu tentang tindakannya. Selain karena ia adalah guru, ia juga tergerak karena Ray dan tentunya mahasiswa lain seringkali tidak memiliki figur seperti orang tua di kampus

Sebab ketika di kampus, mereka tidak tinggal dengan orang tua. Mereka tinggal sendiri, padahal mereka masih membutuhkan figur orang tua. Maka dari itu, Jean memutuskan untuk meluangkan waktunya, dan menunggu di depan kelas Hukum Nasional, dimana Ray sudah bersiap untuk bolos.

Ketika Ray keluar dari kelas, Jean yang tahu bahwa dia akan bolos, memanggilnya dari balik koran yang sedang dipegangnya. “ Kau mau kemana, Ray ? “

Ray terkejut. Ia tak mengira namanya akan dipanggil. Tapi, ia tak berani menoleh ke belakang. Jadi, ia memutuskan untuk lari dan kabur dari orang yang memanggilnya. Ia masih belum tahu bahwa orang itu adalah Jean, dosennya sendiri.

“ Sial ! “ Jean mengumpat, meletakkan koran di bangku itu, dan berlari mengejar Ray yang pergi keluar dari lorong utama fakultas. “ Ray ! Berhenti ! “ Semakin ia berteriak, semakin kencang pula laju lari Ray, yang saking ketakutannya benar benar tak mau melihat ke belakang. Dia bergerak menerobos segala orang-orang yang ada dihadapannya.

Jean, yang tahu tidak akan mendapatkannya dengan cara seperti ini, memutuskan untuk mengambil cara lain. Ia akan mengambil jalan pintas, menduga Ray akan berlari ke Gerbang Depan Fakultas Hukum. Dugaannya ternyata tepat, dari arah berlawanan, ia melihat Ray yang berlari menuju gerbang itu. Jean cepat-cepat berlari juga, dan memutuskan untuk menghentikannya saat Ray tiba tepat di gerbang itu.

Ray tiba di gerbang itu lebih dulu. Nafasnya terengah-engah, dan ia langsung memegangi kedua lututnya yang pegal setengah mati. Di saat itu, ia tak mendengar suara langkah yang mengejarnya, ia pun memberanikan diri untuk melihat ke belakang. Kosong, tak ada orang. “ Syukurlah, “ katanya sambil merebahkan diri ke tanah.

Tapi, tiba-tiba ada suara yang membuatnya terkejut. " Kau mau kemana, Ray ? “

Pandangan Ray langsung beralih ke depan, kepada Jean yang berdiri di depannya. Ray cepat-cepat bangkit, namun lututnya terlalu lemah. Jean pun segera memegangi tangan kanannya agar dia tak kabur lagi. “ Berhenti disini, Ray ! “

“ Huh.. “ Ray menyerah. “ Saya tak bisa lari lagi. Terserah anda mau melakukan apa ! “ Ia mengangkat tangannya, namun Jean berkata, “ Aku ingin makan siang denganmu, Ray. Berdirilah ! Aku tahu kantin paling enak di kampus ini. “

Ray melongo mendengarnya. Sejenak ia berpikir, ia akan menghadapi kesulitan. Tetapi, ajakan Jean itu membuatnya terkejut bukan main. “ Apa anda serius ? “

“ Serius. Ayo, bangun ! “ Jean memberi tangannya agar menjadi pegangan bagi Ray untuknya bangkit. Ray menerima uluran tangan itu dan tak lama kemudian ia sudah berdiri, bersama-sama dengan Jean. “ Kita ke kantin, makan siang bersama. Ada beberapa hal yang ingin ku bicarakan denganmu. “

“ Hal ? Mengenai apa ? “ tanya Ray tanpa basa-basi. Ia penasaran dengan sikap Jean. Ia ingin tahu sebabnya sekarang juga, tapi Jean menyuruhnya untuk bersabar dan akan membicarakan segalanya di kantin. Dan ternyata kantin yang dipilih oleh Jean adalah kantin Bond-band. Ray jelas terkejut apalagi saat ia melihat Ayu yang menyambut Jean dengan sangat ramah.

“ Pak Jean.. “ Ayu tersenyum, dan sudah bersiap dibelakang etalasenya sambil memegang piring. “ Mau makan apa, Pak ? “

“ Nasi ayam saja, “ jawab Jean yang pandangannya kemudian beralih pada Ray di belakangnya. “ Kau mau makan apa ? “ Saat itu, Jean bergeser dan tampaklah Ray oleh Ayu.

“ Ah, nasi goreng kan ? “ celetuk Ayu, yang langsung disanggah oleh Ray. “ Eh.. bukan, ya.. “ Ayu agak bingung mendengarnya, dan menunggu Ray yang masih melihat-lihat menu di kantin itu. “ Aku mau nasi ikan pedas. “

“ Sudah ku duga kau memang mahasiswa yang unik. Beda dari yang lain, “ katanya yang mulai menyiapkan pesanan mereka. Sementara Ray memilih untuk diam, tak menjawab kata-kata Ayu itu. Tapi, ia menyimpan kata-kata itu dalam pikirannya. Rasanya, ia masih bingung dengan maksud Ayu tadi.

“ Kau memikirkan apa, Ray ? “ Pertanyaan dari Jean membuyarkan lamunan Ray. Ternyata saat ia melamun, hal itu benar-benar bisa dibaca dengan jelas oleh orang lain. “ Kau ada masalah ? “

“ Ehm.. “ Ia gugup, terdengar ragu. Ia sendiri tak yakin hendak membagi hal yang menjadi pikirannya dengan Jean, sekalipun Jean sepertinya tak keberatan bahkan terbuka untuk menjadi tempatnya cerita. “ Saya tak.. saya hanya kebingungan saja. “

Jean mengerutkan kening. “ Bingung ? Bingung kenapa ? Apa ada materi yang tidak kau mengerti ? “ tanyanya lebih lanjut, namun Ray menggeleng. “ Ini lebih besar dari itu, Pak Jean. “

“ Lebih besar.. ? “ Jean menyipitkan matanya. “ Ceritakan padaku, Ray.. siapa tahu aku bisa membantumu. “

Tapi, Ray tak langsung menjelaskan padanya. Ia masih diam, bahkan sampai saat Ayu membawakan pesanan mereka lengkap dengan dua gelas air putih untuk mereka. Meski saat ini sebenarnya Ray ingin meminum es teh, tapi Jean menyarankan padanya untuk meminum air putih saja. “ Air putih akan menetralkan pikiranmu yang tak jelas. Aku sudah melihat semuanya. Dosen-dosen berkata kau tak pernah konsentrasi dalam kelas. Di kelasku pun kau membolos. Aku tahu pasti ada sesuatu. Aku ingin tahu cerita dibalik itu, aku ingin tahu sebabnya, Ray. “

Setelah mendengar itu, barulah Ray membuka mulutnya. “ Apa saya mahasiswa yang aneh, Pak Jean ? “ Matanya tampak putus asa, dipenuhi kebingungan dan kehilangan arah. Seperti tak ada harapan lagi padanya.

“ Kau tidak aneh, Ray. Kenapa kau berpikir seperti itu ? “ tanya Jean yang mulai menyantap makanannya.

“ Entahlah, Pak. “ Ray mengambil sendok, dan ikut juga menyantap makanannya. “ Saya melihat teman sekamar saya yang dingin dan cuek, hanya fokus pada pelajarannya. Begitu juga dengan teman-teman kelas saya. Seperti fokus mereka cuma pada kuliah. Tidak ada kegiatan lain seperti interaksi sosial atau kegiatan diluar hal-hal akademik. Di sisi lain, saya merasa bahwa interaksi sosial itu penting dan saya berusaha melakukan itu, tapi sepertinya para mahasiswa disini tak tertarik dengan hal itu. Padahal sebelumnya, mereka biasa saja. “

Jean mengangguk. Ia mengunyah makanan lebih dulu sebelum memberi tanggapan. Itu lebih baik daripada ia menjawab sementara di dalam mulutnya masih ada makanan. Bisa-bisa muncrat. “ Aku paham. Ini tentang culture shock, kan. Ya, aku paham. “ Ia mengambil air putihnya, lalu meminumnya. “ Ray, dengarkan aku.. Kau sekarang sudah mahasiswa. Kau seharusnya tahu tanggung jawabmu. Teman-temanmu yang lain, mereka paham dengan itu. Maka dari itu, mereka memilih untuk fokus pada kuliahnya. Kau harusnya meniru hal itu, Ray. Bingung dan bolos akan membuatmu jatuh dalam jurang, Ray. “

Ray terdiam mendengar itu. Ia sadar bahwa nasihat Jean itu benar. Ia tak mengikuti materi perkuliahan dengan baik, justru tenggelam dalam kebingungan dan lamunannya. “ Saya mengerti, Pak. Saya akan mengikuti perkuliahan dengan baik. “

Jean tersenyum. “ Aku senang mendengarnya. Kau bisa bicara denganku bila kau punya masalah. Disini, dosen adalah pengganti orang tua kalian. Sudah tugasku untuk melakukan ini. “

“ Anda sangat baik, Pak Jean, “ puji Ray dengan mata berbinar-binar. “ Boleh saya bertanya sesuatu dengan anda ? “

Jean mengangguk. “ Silahkan, tanyakan apapun itu. “ Sebagai dosen, ia suka saat mahasiswanya bertanya padanya. Menurutnya, dengan bertanya, segala kesulitan dapat teratasi. Sebab ada peribahasa, malu bertanya sesat dijalan.

“ Ehm, saya penasaran apa yang mahasiswa tahun kedua dan ketiga lakukan ? Apa kehidupan kuliahnya akan monoton saja ? “ Pertanyaan Ray ini terdengar menarik bagi Jean. Ia berpikir bahwa mahasiswanya ini punya maksud lain dibalik pertanyaannya ini.

“ Sebenarnya, kalau untuk tahun kedua, sama aja. Tak ada yang berbeda, hanya mata kuliahnya yang lebih diperbanyak. “ Jean mengusap-usap dagunya, berpikir sejenak. “ Kalau tahun ketiga, baru ada perbedaan. Mahasiswa tahun ketiga biasanya tidak hanya belajar di Fakultas Hukum. Ada yang namanya belajar ke fakultas lain untuk mempelajari hukum lebih lanjut di bidang tertentu. “

“ Waw.. jadi mahasiswa Hukum bisa belajar di fakultas lain ? Misalnya ke Teknik ? Begitu ? “ Dalam hati, ia ingin menepuk jidatnya ketika menyebutkan Fakultas Teknik sebagai contoh. Sebegitu susahnya kah ia bisa melupakan Jo ? Padahal Jo sampai saat ini, juga tidak peduli padanya.

“ Yaps, dan porsinya sampai delapan puluh persen. Setahuku, hanya Fakultas Kehutanan, Pertanian, Ilmu Budaya, Ekonomi, dan Fisipol yang bekerja sama untuk itu, “ ucap Jean, sementara Ray berusaha untuk menghafal nama nama fakultas itu. Ray punya rencana terkait hal ini. Saat Ayu pertama kali mengatakan bahwa dirinya aneh, ia langsung sadar bahwa ada yang tidak beres. Apalagi sikap Jean yang berusaha untuk baik-baik saja, menurutnya jelas menyimpan rahasia tentang keanehan ini. Jadi, sekarang ia berusaha untuk menjalankan permainannya.

“ Ah, begitu.. “ Ray mengangguk. Ia kemudian izin ke toilet, dan disana ia mengetik pesan kepada Svetlana. Taman Keadilan. 07.00, besok. Tak hanya mengirim pesan, ia juga mencatat segala informasi yang disampaikan oleh Jean tadi karena ia benar-benar pelupa.

~~

1
wiz khalifa
lanjut thor, nungguin nih
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
semangat ☺️
Acelinz: semangat juga kak
total 1 replies
piyo lika pelicia
hhhh 😂
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
Weh jangan 😫
piyo lika pelicia
semangat ☺️
Acelinz
tapi dia pun tak bisa keluar begitu saja karena situasinya
Acelinz
Memang pada dasarnya itu adalah sifat aslinya
Acelinz
Seperti itulah manusia, mudah tergiur akan sesuatu yang menarik tapi sebenarnya tidak jelas.
piyo lika pelicia
semangat dek ☺️
piyo lika pelicia
hah tak guna egois 😒
piyo lika pelicia
sebenar nya guru ini manfaatin mereka gak sih kok di fikir fikir gitu 🤔
Acelinz: benar, meski sebenarnya ada simpati dan harapan dari dosen tersebut kepada para mahasiswa nya
total 1 replies
piyo lika pelicia
hhhh 😂
piyo lika pelicia
ya gak usah kuliah kalau mau bebas diam aja di hutan
piyo lika pelicia
murit yang nakal
piyo lika pelicia
semangat adik ☺️
piyo lika pelicia
bukan kekanakan marah lah di tinggal gitu aja bahkan apa yang dia bilang enggak di dengerin.😒
Acelinz: lebih kepada kecewa, hanya saja dia juga butuh
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!