NovelToon NovelToon
Tawanan Hati Sang Presdir

Tawanan Hati Sang Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Wanita Karir / Office Romance
Popularitas:15.5k
Nilai: 5
Nama Author: Marthin Liem

Cindy, seorang karyawan yang tiga kali membuat kesalahan fatal di mata Jason, bosnya, sampai ia dipecat secara tidak hormat. Namun, malam itu, nasib buruk menghampiri ketika ia dijebak oleh saudara sepupunya sendiri di sebuah club dan dijual kepada seorang mucikari. Beruntung, Jason muncul tepat waktu untuk menyelamatkan. Namun, itu hanya awal dari petualangan yang lebih menegangkan.
Cindy kini menjadi tawanan pria yang telah membayarnya dengan harga yang sangat tinggi, tanpa ia tahu siapa sosok di balik image seorang pengusaha sukes dan terkenal itu.
Jason memiliki sisi gelap yang membuat semua orang tunduk padanya, siapa ia sebenarnya?
Bagaimana nasib Cindy saat berada di tangan Jason?
penasaran?
ikuti kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marthin Liem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Vampir

Tatapan mereka semakin intens, seperti ada suatu dorongan di antara keduanya. Tangan kiri Jason menopang sekitar punggung Cindy, sementara tangan kanannya masih berpegangan erat. Gadis itu memejamkan kedua mata terbawa irama dan suasana.

Jason semakin mendekatkan bibirnya ke tepi bibir Cindy. Mereka bisa merasakan hembusan nafas satu sama lain yang begitu hangat, semakin lama semakin berdebar. Jason memiringkan sedikit kepalanya, hingga bibir mereka benar-benar menyatu. Semakin lama, Jason memperdalam ciumannya, dan Cindy terhanyut dalam momen mendebarkan itu.

Ruas jari mereka saling meremas, hingga sentuhan itu turun. Kini kedua tangan Jason melingkar di pinggang Cindy yang melemaskan tubuhnya, sehingga jika ia terjatuh, Jason siap untuk menahannya.

Tanpa rasa jijik, Jason dengan rakus menghisap liur Cindy. "Ough, ini sangat manis sekali," batinnya.

Cindy, meski sedikit malu, juga merasa heran atas keagresifan mantan bosnya tersebut. Ternyata, Jason begitu pandai, tak seperti yang ia duga selama ini.

Semakin lama, gadis itu kewalahan menangani ciuman gila yang dilakukan oleh Jason. Sesaat, ia teringat akan Alvian. Dengan cepat, Cindy berupaya menghentikan aktivitas tersebut dengan cara menginjak punggung kaki Jason menggunakan heelsnya.

"Argh!" Jason berteriak kesakitan. Ia merasakan sakit yang menusuk.

"Ups, maaf Pak Jason," ucap Cindy, tertunduk dengan penuh penyesalan.

Jason berupaya menetralkan rasa sakit di kakinya, menyadari bahwa ia sudah melampaui batas.

"Tidak apa-apa, saya yang harusnya minta maaf. Maafkan saya, Cindy," balas Jason. Keduanya menjadi canggung, tersendat-sendat dalam keheningan yang tercipta setelah insiden itu.

Jason membimbing Cindy menuju ruang lain, ruangan yang lebih santai, dan mereka duduk di sofa saling berdekatan. Meski terasa canggung, Cindy mencoba memulai obrolan.

"Pak, kenapa Bapak tidak berniat mencari pacar betulan saja?" tanya Cindy, sedikit gugup, takut jika pertanyaan itu menyinggung.

Jason tersenyum miring, tampaknya merasa tidak penting membahas soal cinta. "Untuk apa?" tanyanya, tanpa ekspresi yang menunjukkan ketertarikan pada pembahasan tersebut.

"Agar hidup Bapak tidak kesepian. Setelah berpacaran, jika kalian saling cocok, bisa melanjutkan ke jenjang berikutnya," cerocos Cindy, mencoba membangkitkan minat Jason.

Namun, Jason tampaknya tidak menyimak perkataannya itu. "Hmm... Sepertinya saya sudah mengantuk. Kamu juga mengantuk kan?" Jason berpura-pura menguap di hadapan gadis tersebut, mencoba mengalihkan topik.

"Pak, kenapa mengabaikan obrolan saya?" tanya Cindy dengan wajah yang tertekuk dan bibir yang mengerucut, merasa diacuhkan.

"Obrolanmu sama sekali tidak berbobot! Saya lebih tertarik membahas soal bisnis daripada soal cinta dan sejenisnya. Saya paling alergi!" sentak Jason dengan nada tinggi, membuat Cindy terkejut dan sedikit terluka dengan sikapnya yang tegas.

Jason bangkit dari duduknya, diikuti oleh Cindy yang berdiri menghadap punggung pria tersebut. "Padahal umur Bapak sudah cukup loh. Coba bayangkan kalau misalnya Bapak memiliki seorang istri yang cantik, terus punya anak yang lucu-lucu pasti hidup Bapak akan lebih bahagia," kata Cindy, mencoba membangkitkan sedikit humor. "Dari pada jadi jomblo seumur hidup. Hmm... Saya rasa akan percuma hidup bergelimang harta tetapi merasa kesepian," lanjutnya.

Jason, yang sudah mulai kesal dengan pembicaraan itu, mendekat dan membungkam mulut Cindy dengan kecupan kilas, membuat kedua matanya membola secara tiba-tiba.

"Cukup ngocehnya?" tanya Jason, dengan satu alis yang terangkat. Cindy menggigit bibir bawahnya, masih merasakan sensasi itu, dan heran, tetapi jantungnya berdebar tak menentu, campur aduk antara terkejut dan terpesona oleh tindakan Jason.

Cindy mencoba menyusun kembali pikirannya yang sedang kacau karena tindakan tiba-tiba Jason.

"Ma-maafkan saya, Pak Jason," ucap Cindy, masih tergagap-gagap.

Jason merasa perlu membalas ucapan Cindy. "Memang penting sekali berpasangan? Dan mengapa kalau orang jomblo itu seperti aib yang harus disembunyikan? Separah itu asumsi kalian?" cecar Jason dengan pertanyaan, matanya memandang wajah Cindy dengan dingin.

Gadis itu tertunduk, tak berani angkat suara. Jason meraih dagu Cindy dengan telunjuk agar menatap ke arahnya. "Buktinya, kamu terlihat bodoh hanya karena cinta, dan mengejar pria yang sama sekali hanya memanfaatkan kelemahanmu saja. Apa kamu tidak sadar? Mata hatimu sudah terbutakan oleh cinta!" telunjuk Jason menyentuh atas dadanya dengan tegas.

Cindy mengangguk, merasa ucapan pria itu ada benarnya. Sesaat, ia terisak karena teringat akan Alvian yang tak kunjung mencari atau menanyakan keberadaannya. Ia merasa seperti berjuang sendirian, dan kalian tahu? Berjuang sendirian itu tentu sangat sakit dan melelahkan batin. Itulah yang Cindy rasakan kini.

Cindy tidak dapat menyembunyikan kesedihan di hadapan Jason, kristal bening itu jatuh begitu saja dari pelupuk matanya. Jason masih berdiri menghadap gadis tersebut. Jemarinya dengan lembut mengusap air mata di pipi Cindy dan membawa tubuh rapuh itu ke dalam dekapan hangatnya.

Cindy membalas pelukan yang diberikan Jason sambil terus sesegukan karena merindukan Alvian.

"Sudah, saya minta maaf sudah membuatmu menangis," kata Jason sambil menepuk pelan punggung Cindy untuk meredakan kesedihan yang bersarang di hatinya.

Gadis itu mengangguk, entah mengapa pelukan ini terasa nyaman dan merasuk kalbu. Jason merasa hangat, mengetahui bahwa Cindy membutuhkan dukungan di saat seperti ini. Ia memeluknya lebih erat, mencoba memberikan sedikit kenyamanan dalam kesedihannya.

"Saya sangat mencintainya, sungguh sangat mencintainya," isak Cindy, dengan mudah mencurahkan hatinya kepada Jason, meski tahu Jason bukanlah orang biasa, melainkan mantan bosnya yang dikenal galak, tegas, dan otoriter.

Sesaat, Jason merenggangkan pelukan. Cindy tersenyum sembari mengusap sisa air matanya. "Cukup! Saya tidak suka melihat perempuan menangis dan meratap karena cinta," kata Jason sambil mengusap kasar pucuk rambut Cindy.

Tanpa aba-aba, ia melingkarkan tangannya di belakang kedua lutut Cindy, kemudian mengangkat tubuh gadis tersebut dalam posisi tengkurap menghadap ke bahunya, seperti memanggul karung beras.

Gadis itu kaget dan berteriak, menggerakkan kedua kakinya berusaha melepaskan diri. Namun, Jason malah terkekeh sambil membawanya menuju lantai dua.

"Eh, turunkan saya, Pak Jason!" ringkih Cindy, ketakutan. Jason hanya terus tertawa sambil membawa Cindy dengan penuh semangat.

Sampai di lantai dua, Jason melangkah ke kamar yang ditempati Cindy, dan menurunkannya di atas tempat tidur dengan lembut dan hati-hati, lalu melepaskan sepasang heelsnya. Ia masih membungkuk, hingga tubuhnya condong dan sangat dekat posisinya.

"Tidurlah," ucap Jason sambil mengusap pucuk rambut gadis itu dengan lembut, senyumnya hangat.

Cindy mengangguk lemah, tetapi dalam hatinya, ia merasa waspada.

"Kenapa Pak Jason begitu baik dan perhatian padaku, apa arti semua ini, apakah ada maksud di baliknya?" batin Cindy penuh pertanyaan. "Apa jangan-jangan dia sebenarnya adalah vampir, dia berupaya baik padaku karena akan memangsa aku, oh tidak!" Wajah Cindy berubah tegang, dan dia menggeleng mengusir pikiran negatif tersebut.

Jason memperhatikan ketegangan di wajah gadis itu.

"Kenapa, huh?" tanya pria itu, mencoba mencari tahu apa yang terjadi.

Cindy menggeleng, tangannya menjadi kaku. "Ti-tidak apa-apa," jawabnya, mencoba menyembunyikan kegelisahan di dalam hatinya.

Cindy terlalu sering menonton film horor dan fiksi, sehingga pikirannya menjadi paranoid.

Sementara, Jason masih mengamati wajah tegang Cindy yang tak kunjung mereda. Sebaliknya, Cindy juga mengamati ciri-ciri fisik Jason.

"Kulitnya seputih porselen, tatapannya tajam dan sayu, telinganya sedikit runcing. Astaga, dia pasti vampir," batin Cindy, merasa tak tenang berada di dekat pria itu. "Aku takut ya Tuhan," lanjutnya.

Jason mencoba menetralkan situasi dengan menepuk-nepuk tangannya. "Apa yang sedang kamu pikirkan, huh?" tanyanya.

Cindy kembali menggeleng, mencoba menyembunyikan pikiran paranoidnya.

"Ah, tidak, Tuan vampir, eh... maksud saya," jawabnya, yang keceplosan mengungkapkan pikirannya.

Jason mengernyitkan kening, merasa aneh atas ucapan Cindy. "Apa kamu bilang? Vampir?" tanya Jason, mencoba memahami apa yang ada di pikiran gadis tersebut.

Jason memperlihatkan gigi taringnya yang runcing kepada Cindy, karena memang ia terlahir dengan gigi taring kecil yang tidak terlihat jelas. "Apakah seperti ini?" tanya Jason sambil tersenyum licik.

Cindy kaget dan berteriak kencang. "Kyaaa.... Vampir..." Ia bangkit dari ranjang, berupaya menghindari Jason.

Pria itu merasa terhibur dengan reaksi ketakutan Cindy.

"Mau lari kemana kamu? Hahaha... "

"Pergi! Jangan hisap darahku!" teriak Cindy histeris, sementara Jason tertawa terbahak-bahak.

"Aku mencium darah suci di tubuhmu," ucap Jason, merasa ini seperti sebuah hiburan, menikmati sensasi menakut-nakuti Cindy.

...

Bersambung...

1
Bilqies
Hay Thor aku mampir niiih...
mampir juga yaa di karya ku /Smile/
Kim Jong Unch: Makasih ya kak
total 1 replies
Arista Itaacep22
lanjut thor
Kim Jong Unch
Semangat
anita
cindy gadis lugu..percaya aja d kibuli alvian.lugu kyak saya😁😁😁😁
Arista Itaacep22
seru thor cerita ny, tapi sayang baru sedikit sudah habis aja
Kim Jong Unch: Makasih, sudah mampir kak. ☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!