TRANSMIGRASI
Yah.. Mungkin itu nama yang cocok untuk situasi Carra saat ini yang tiba-tiba saja terbangun di dunia antah berantah dengan dirinya yang memasuki raga seorang gadis cantik bermata biru pekat sepakat lautan dalam yang menghanyutkan.
Entah bagaimana dirinya bisa masuk ke dalam raga gadis yang Carra ketahui bernama Carla Ransiska Atmaja ini, nama yang hampir mirip dengan namanya.
Dibalik kejadian yang tak masuk akal ini, ada sebuah misteri yang membuat Carra mau tak mau harus mengungkap tuntas misteri itu. Agar dirinya bisa kembali ke raganya seperti semula. Itu adalah kunci satu-satunya yang akan mengantarkan Carra kembali ke raganya.
Baru belajar menulis! Maaf kalau gak sesuai ekspetasi, mohon jangan terlalu berharap!
#Cover by pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iiyn_blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 17
Carra dan Zufa keluar dari ruangan Pak Dani, berjalan beriringan di koridor kelas, tujuan mereka sama ingin ke kantin karena bel istirahat sudah berbunyi dari tadi.
"Zufa terimakasih, lo udah bantuin gue" Zufa menoleh ke samping lalu mengangguk.
"Sama-sama" Lalu hening tak ada yang bicara lagi.
"Oh iya Zuf, gue mau nanya boleh?" Carra melirik kesamping.
Zufa mengangguk. "Boleh. Mau nanya apa?"
"Waktu lo menjadi murid baru, apa lo malamnya keluar dan bertemu dengan Arka dkk?" Carra bertanya hanya ingin mengetahui saja, apakah yang diucapkan si setan itu benar atau tidak bahwa sedari awal novelnya sudah berubah dan hidupnya sudah tak terikat dengan alur novel lagi.
"Benar. Gue ketemu dengan mereka"
"Ko lo bisa ketemu dengan mereka"
Zufa menatap Carra. "Karena gue salah jalan dan tersesat" Jelas Zufa.
Carra mengangguk mengerti, ternyata yang diucapkan Arka dkk di Alfamart malam itu benar bahwa mereka bertemu dengan Zufa karena Zufa tersesat.
Jadi ucapan si setan memang benar jika sedari awal alur novel sudah tidak sama lagi.
"CARLA!" Carra dan Zufa melihat kedepan yang dimana Terra sedang berlari, dibelakang Terra juga ada Arka dkk dan juga Calvino, namun jarak antara Terra dan para cowok dibelakangnya sedikit jauh, namun walaupun begitu Carra masih bisa melihat jelas Arka dan Calvino yang memiliki luka di wajahnya.
Zufa menoleh ke Carra lalu mengucapkan sesuatu. "Jangan percaya dengan orang di sekitarmu Carla" Setelah itu Zufa pergi tanpa pamit kepada Carra yang menatap Zufa dengan penuh tanda tanya. Siapa orang yang di maksud Zufa?. Batin Carra penuh tanya.
Terra menatap Zufa yang lewat disebelahnya. "Ko lo bisa sama Zufa Car?" Tanya Terra yang sudah berada di depan Carra.
Carra menatap Terra lalu menjawab pertanyaannya. "Dia jadi saksi saat Verana gak mau ngaku bahwa dia duluan yang cari gara-gara sama gue"
"Oh gitu. Terus lo sama si nenek lampir diapain sama pak Dani?"
"Ucapan lo ambigu anj!"
Terra yang mendengar ucapan Carra menyengir. "Hehe sory sory" Terra mengangkat dua jarinya membentuk pice. "Maksud gue, lo sama si nenek lampir dikasih hukuman kagak?"
Carra mengangguk. "Iya kita di hukum. Dia bersihin toilet lantai 1, sedangkan gue disuruh ngerapihin buku-buku yang ada di perpustakaan" Terra yang mendengar itu ber 'oh' ria.
Setelah itu Calvino dan Arka dkk sampai di tempat Carra bediri. "Hei kamu gapapa?" Calvino memegang wajah Carra khawatir.
"Ada yang luka gak?" Tanya Arka yang juga khawatir.
"Gak ada. Kalian berdua kenapa?" Tanya Carra kepada Calvino dan juga Arka.
Mereka yang ditanya memegang luka yang ada di mukanya masing-masing, tidak ada niatan untuk menjawab pertanyaan dari Carra.
"Mereka berantem" Jawab Black. Arka dan Calvino yang mendengar ucapan Black mendelik kesal, padahal mereka tak ingin Carra tau, malah dikasih tahu.
Carra yang mendengar jawaban Black menatap Arka dan Calvino meminta penjelasan. "Kenapa berantem?" Lagi-lagi mereka tak ada niatan untuk menjawab ucapan Carra.
"Mereka berantem karena lo Car" Celetuk Bailen. Arka dan Calvino menatap nyalang Bailen yang memberitahu Carra, lalu mereka berdua berbisik ke telinga Bailen.
"Lo mau mati Len?" Bisik Arka di telinga sebelah kiri Bailen.
"Awas lo!" Bisik Calvino penuh penekanan di telinga kanan Bailen.
Bailen yang dibisikin dua orang sekaligus tubuhnya mulai gemetar, lalu Bailen memundurkan tubuhnya bersembunyi di belakang Valo. Hais sialan, dua orang itu menakutkan sekali!. Batin Bailen ngeri.
"Kenapa lo Len? Tanya Abino, namun ucapannya di barengi dengan seringaian jahilnya.
"Mampus lo Len!" Ejek Valo. Adrisna yang melihat teman-temannya mengejek Bailen menggelengkan kepalanya.
Bailen yang melihat kedua temannya mengejeknya,
melototkan matanya kesal. Dua temannya ini suka sekali melihat temannya sengsara heran.
"Kenapa karena gue?" Tanya Carra kepada mereka semua.
Terra yang mendengar pertanyaan Carra segera menarik tangan Carra pergi ke kantin. "Ayo Car! nanti gue jelasin" Carra yang mendengar ucapan Terra mengikuti langkah Terra yang membawanya ke arah kantin.
Triiing..
Bel pulang sekolah berbunyi, para murid DHS semua langsung berhamburan untuk pulang ke rumah mereka masing-masing.
"Car, gue duluan ya!" Carra melambaikan tangannya kearah mobil Terra yang sudah pergi.
Tadi di kantin Terra menceritakan jika Terra tak sengaja melihat dan mendengar Arka dan juga Calvino berantem, dan yang membuat Arka dan Calvino berantem karena Calvino yang tak terima Arka dekat dengan Carra, jadi Calvino langsung menghajar Arka saat itu juga, bukan hanya itu Calvino menghajar Arka karena saat Calvino menyuruh Arka untuk menjauhi Carra, Arka tak mau, jadi lah mereka adu jotos, dan perkelahian mereka seri tak ada yang menang, tak ada juga yang kalah. Untung saja tidak ada yang melaporkan perkelahian mereka ke guru.
"Ayo pulang"
"Iya" Calvino meraih tangan Carra lalu mereka segera masuk kedalam mobil dan pergi dari area sekolah.
Di tengah perjalanan tiba-tiba saja Calvino bertanya kepada Carra. "Apa hukuman yang diberikan guru BK itu kepada kamu?" Carra menoleh kearah Calvino.
"Cuman di hukum buat beresin buku di perpustakaan" Jawab Carra santai.
"Dia sudah membuat kamu dihukum guru, apa kamu masih gak mau kalau kakak membalas perbuatan yang telah dia lakukan kepadamu honey?" Tanya Calvino penuh penekanan.
Carra yang mendengar itu berfikir keras cara menolak Calvino agar tak sampai turun tangan membalas Verana.
"Gak perlu kak! kamu liat sendiri bukan, aku juga bisa membalasnya"
"Ini yang terakhir! jika kakak melihat dia berbuat jahat kepadamu lagi, kakak tidak akan tinggal diam!. Dan kakak tidak menerima penolakan, kamu ngerti honey!?" Ucap Calvino penuh penekanan agar Carra tak menolak bantuannya lagi untuk membalas teman kelasnya itu.
Carra yang mendengar itu mengiyakan, namun Carra sedikit khawatir dengan nasib Veran nanti yang sudah dipastikan tidak akan baik-baik saja, Carra sangat yakin pasti Verana tak akan berhenti untuk menganggunya. Huft! Carra menghela nafas lelah.
Kini mobil yang dikendarai Calvino sudah sampai di pelataran mansion Atmaja. Calvino turun dari mobil lalu membukakkan pintu untuk Carra.
Mereka berdua masuk kedalam mansion dan segera pergi ke kamar masing-masing.
Carra pergi ke kamar mandi, membersihkan badannya, setelah selesai dengan ritual mandinya Carra masuk ke dalam walk in closet untuk mencari pakaian yang ingin di kenakannya. Carra memilih memakai kaos polos warna hitam dan juga celana putih selutut warna putih. Setelah selesai memakai bajunya Carra merebahkan badannya di kasur empuknya itu.
"Hihi.." Carra melirik si setan, dia sudah terbiasa dengan kemunculan si setan yang tiba-tiba itu.
"Muncul ada perlu apa lo Tan?" Tanya Carra sambil tangannya memainkan handphonenya.
"Gimana? lo sekarang udah tau sifat orang tua lo itu?" Carra meletakkan handphonenya lalu duduk menatap ke arah si setan.
"Gue gak nyangka ternyata sifat mereka busuk juga Tan"
"Jadi apa yang akan lo lakukan kepada mereka berdua?"
"Tentu saja membongkar niat licik mereka dan juga mencari tahu rahasia keluarga Atmaja ini"
"Baguslah"
"Gue perhatiin lo belum punya pacar di dunia ini Car?" Tanya si setan.
Carra yang mendengar itu memutar bola matanya malas lalu menjawab pertanyaan si setan. "Udah gak minat gue"
Si setan yang mendengar itu terkikik. "Hihi.."
"Yakin udah gak minat, banyak loh cowok ganteng di dunia ini, gak mau icip-icip apa?"
Carra mendengus. "Gak!"
"Jadi Carra si penakluk para cowo itu udah gak ada nih?" Goda si setan.
"Nyatanya gak gue goda pun, banyak yang ngejar-ngejar gue kali tan" Ucap Carra. "Gue kan cantik" Carra mengibaskan rambut silvernya ke belakang.
Si setan yang mendengar kenarsisan Carra mendengus lalu si setan langsung menghilang begitu saja. Sedangkan Carra memilih untuk merebahkan tubuhnya kembali.