NovelToon NovelToon
Satu Hati Yang Kuberi Cinta

Satu Hati Yang Kuberi Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta pada Pandangan Pertama / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa / Slice of Life
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Queen Dee

Magika dan Azzrafiq tak sengaja bertemu di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya.
Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka melakukan hal-hal gila yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, mereka melakukannya atas dasar kesenangan belaka.
Keduanya berpikir tak akan pernah berjumpa lagi dan hanya malam ini saja mereka bertemu untuk yang pertama sekaligus yang terakhir.
Namun takdir berkata lain, Magika dan Azzrafiq dipertemukan lagi, karena mereka diterima di kampus yang sama dan lebih tak disangka lagi mereka satu jurusan, tapi keduanya tidak saling mengenali karena saat pertemuan malam itu, mereka dalam pengaruh alkohol yang membuat keduanya tak ingat apa yang telah terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tak Mungkin Ini Tetap Bertahan

Hari menjelang maghrib, matahari sudah akan berpamitan. Mahasiswa Angkatan 2012 bersiap-siap pergi ke tempat di mana ospek akan dilaksanakan, setelah seharian beraktivitas di Kampus, ternyata hanya sebagian kecil dari acara ospek yang diselenggarakan, Magika yang sudah letih, membawa barang-barang cukup banyak untuk kebutuhan kelompok.

Azzrafiq yang melihat Magika kerepotan, membantunya dengan mengambil langsung dari tangan wanita itu.

"Terima kasih ya, udah bikin kaget." Ucap Magika.

Azzrafiq tertawa kecil. "Aku kira mau bilang terima kasih karena dibawain barang-barangnya."

"Ya termasuk itu juga, cuma kasih aba-aba dulu gitu kalo mau bantu."

"Ok, aku bantu bawain ya pacar."

Magika tertawa kecil. "Pacar yang berguna."

Magika dan Azzrafiq berjalan menuju truk Polisi yang akan membawa mereka semua menuju tempat ospek yang berada di daerah Banjaran Kabupaten Bandung.

Sampainya di tempat ospek, hari sudah gelap, benar-benar gelap, mereka dibawa ke suatu tempat yang jauh dari keramaian.

Semuanya telah berkumpul dalam satu ruangan besar yang terlihat seperti Aula.

Kali ini, tak ada lagi meja dan kursi seperti di Aula Fakultas. Seluruh peserta ospek duduk di lantai tanpa alas.

"Kayaknya ospek baru dimulai." Bisik Acha.

"Setelah seharian tadi ternyata bukan apa-apa dong." Sahut Magika yang semangatnya mulai redup.

"Seharian tadi tuh dianggap pembukaan doang?" Tanya Daphnie tak percaya.

"Tetap semangat Guy's, kita pasti bisa melewati hari ini dengan baik." Seru Maulana menggelorakan api semangat anggota kelompoknya.

Sesi makan malam dimulai, Magika melihat jam tangannya menunjukkan pukul sembilan malam.

Dan yang mengisi sesi makan malam adalah KOMDIS, kalo di antara peserta ospek ada yang makan tidak sesuai adab akan dijatuhi hukuman.

Panitia menghidangkan nasi di atas daun pisang yang berjajar panjang, dengan menu makanan yang tidak menarik, membuat Magika dan kawan-kawannya tak berselera untuk menyantapnya, lagi pula jam makan malam sudah lewat, ditambah melihat makanan yang sama sekali tidak mengunggah selera.

Bagaimana caranya menikmati makanan ini tanpa muntah?

Dan entah mengapa sikap KOMDIS di sini menjadi lebih gila dan tak karuan, membuat para peserta muak dibuatnya.

Magika yang sudah tak kuat lagi untuk melahap makanannya, dicaci maki para KOMDIS.

"Makanan itu harus habis, jangan manja! Mubadzir makanan dibuang-buang, makan lagi!" Bentak salah satu KOMDIS.

"Interupsi, haruskah ada perpeloncoan seperti ini? Apa manfaatnya untuk kita semua? Tradisi konyol seperti ini tak ada faedahnya, gimana kita semua mau maju jika hal seperti ini masih di nomalisasikan dan turun menurun?" Tegas Azzrafiq.

"Benar apa yang teman kita ucapkan, ini semua pembodohan!" Tutur Maulana.

Para KOMDIS menertawakan ucapan Azzrafiq, dan Maulana.

"Mau jadi pahlawan kesiangan? Apa kalian semua membenarkan jika makanan dibuang-buang?" Bentak Mochtar sang ketua KOMDIS.

"Makanan memang tak seharusnya dibuang, tapi makanan seperti sampah ini apa layak kami makan?" Seru yang lainnya.

"Jangan mau diperlakukan semena-mena sama mereka, ayo kita lawan!" Seru Maulana.

Malam ini berakhir dengan rusuh, panitia ospek segera menertibkan peserta ospek dan KOMDIS yang mulai tak kondusif.

......................

Esok harinya di siang hari, hujan turun dengan lebatnya, terlihat raut wajah peserta ospek yang menahan kantuk, karena sesi saat ini adalah, kuliah yang berisi materi motivasi berorganisasi, suara pemateri bertabrakan dengan suara hujan yang jatuh di atap, semakin membuat para peserta tidak fokus.

Sudah kurang tidur karena dikerjai KOMDIS semalaman, kini turun hujan, ditambah untuk tetap konsentrasi mendengarkan materi yang disampaikan, karena KOMDIS mengancam akan bertanya kembali apa yang di sampaikan pemateri, bila tak bisa menjawab para peserta akan diberi hukuman.

"Sebenernya ya aku gak tahu apa yang pemateri bicarain." Kata Magika pada Azzrafiq yang duduk di sampingnya seraya menatap ke depan agar tak dicurigai KOMDIS sedang mengobrol.

"Lah sama, kayaknya setelah ospek selesai kita bakalan jago acting, pura-pura ngedengerin padahal gak tau apa yang disampaikan."

"Lebih tepatnya sih kita kayak penipu hihihi."

"Dari awal sih aku udah tahu kalo kamu penipu." Ucap Azzrafiq sambil melirik Magika.

Magika menoleh ke Azzrafiq. "Seriusan nih kamu bilang aku penipu?"

"Iya kamu nipu semuanya yang ada di sini, ngakunya Mahasiswi tapi nyatanya kamu bidadari." Celetuk Azzrafiq mencoba memecahkan kejenuhan ini.

Magika tertawa sambil memukul paha Azzrafiq, namun dia langsung membekap mulutnya sendiri agar tak terdengar orang-orang.

"Parah nih gombalnya gak ketebak." Seru Magika seraya menghadap lagi ke depan.

"Oh ya, yang aku lihat dari pemateri di depan, dalam benak mereka pasti ada ide, solusi dan alasan. Dalam benak para peserta ospek, pasti ingin orientasi ini segera berakhir, pulang, dan tidur. Di dalam benakku, hanya ada kamu." Lanjut Magika membalas gombalan Azzrafiq.

Azzrafiq sedikit terkejut mendengar gombalan Magika, dia tak percaya wanita itu ternyata jago gombal juga. "Brilliant!! Kok bisa sampe kepikiran ngegombal sepanjang itu? Gak ketebak sama sekali."

"Mau perang gombal lagi?" Tantang Magika.

"Cukup deh, kamu tuh gak pantes digombalin, pantesnya diseriusin." Balas Azzrafiq.

"Kalo yang itu sih udah mainstream gombalannya." Kata Magika sambil menguap, mencoba tetap bertahan agar tidak tertidur.

Kini pikiran Magika mulai melayang-layang, pemandangan di depannya mulai terasa kabur, agar tidak larut dalam kantuknya, seketika dia teringat dengan Edward, dalam benaknya bertanya, saat ini dimanakah Edward berada?

Diam-diam Azzrafiq memperhatikan Magika, matanya tak lepas sedikitpun memandangi wanita yang sedang menahan kantuknya itu, Azzrafiq bahkan menghitung Magika sudah menguap lebih dari enam kali dalam waktu dua menit ini.

Sambil terus memperhatikan wanita pujaannya itu, Azzrafiq bersenandung lagu lobo yang berjudul How Can I Tell Her, lagu lawas barat pada tahun tujuh puluhan.

Magika yang mendengar Azzrafiq bersenandung lagu yang dikenalnya turut menyanyikannya.

"Girl please tell me what to do." Magika melanjutkan lagu yang dinyanyikan Azzrafiq.

Lagi-lagi Azzrafiq dibuat terperangah olehnya, lagu lawas yang dinyanyikannya ternyata dikenali Magika, dia kira anak muda yang tahu lagu itu hanya dirinya.

"Kamu tahu juga lagu itu?" Tanya Azzrafiq tak percaya.

"Aku tahu lagu lawas barat, soalnya Papi seneng banget muterin lagu-lagu lawas, jadinya secara gak langsung aku bisa hafal itu lagu apa aja." Kata Magika curcol.

"Keren berarti papi kamu."

"Hahaha, lebih keren anaknya kali." Celetuk Magika.

"Kalo itu sih gak usah ditanya ya, aku setuju banget."

Magika melihat keadaan teman-temannya yang sudah tidak konsentrasi mendengarkan pemateri, terutama Acha dan Selvi yang pikirannya entah berada di mana.

"Padahal ya daripada maksa dengerin pemateri mendingan ganti sama sesi games, percuma juga apa yang pemateri sampaikan gak nyangkut di kepala." Kata Magika.

"Bener, suara hujan lebih enak didenger untuk saat ini, kalo ditanya sama KOMDIS, jawabnya nanti tik-tik-tik."

"Ya karena suara hujan yang kita dengar, lagi pula hujan tuh sponsor utamanya tidur, pas banget deh." Kata Magika sambil menutup matanya.

Magika sudah tak bisa lagi menahan kantuk yang luar biasa ini, suara hujan menina bobokannya, hingga akhirnya dia tertunduk dan pandangannya menjadi gelap.

"Magika, Gee." Panggil Azzrafiq seraya mengusap lengan Magika.

Azzrafiq terus mencoba membangunkannya, namun tak ada respons dari wanita itu, sebenarnya dia merasa tak tega melihat Magika yang sudah terlelap dan kepalanya tertunduk tanpa penyangga, dia khawatir dengan Magika ketika bangun akan merasakan sakit dilehernya, akhirnya Azzrafiq bergeser lebih dekat dengan Magika dan menyandarkan kepala wanita itu pada bahunya, dia membelai rambut Magika dengan lembut.

"Emang udah paling bener tuh tidur ya." Ucap Azzrafiq yang sama mengantuk juga, namun dia berusaha tetap terjaga.

Lima belas menit berlalu, salah satu KOMDIS melihat Magika dan Azzrafiq yang tengah tertidur, KOMDIS itu menghampiri mereka berdua, tapi kali ini KOMDIS membangunkan mereka dengan lembut. Tidak bar-bar seperti pagi buta tadi, Magika dan Azzrafiq terbangun dan mulai panik.

"Mesra amat ya tidur berdua saling sandar, dikira lagi piknik, kalian berdua ikut saya." Tegur KOMDIS 2.

Magika dan Azzrafiq beranjak dari duduknya, mereka tampak pasrah dan mengikuti KOMDIS 2 dari belakang, keduanya merasa canggung dan yang pasti malu ketahuan tidur, beruntungnya KOMDIS 2 ini tidak terlalu kasar.

"Kenapa kamu gak bangunin aku sih Azz?" Bisik Magika.

"Udah aku bangunin tadi, tapi kamunya udah pules, aku biarin aja sebentar, eh malah ikut ketiduran juga." Jelas Azzrafiq tanpa dosa.

"Gak usah saling nyalahin, yang lain sibuk dengerin pemateri, kalian malah enak-enakan tidur." Ujar KOMDIS 2.

Mereka berjalan keluar Aula dan berpapasan dengan Randy yang sedang mengunyah permen loli ketika keluar dari Aula.

"Mau pada kemana ini rame-rame?" Tanya Randy.

"Ini, mereka malah tidur, saya suruh ke kamar mandi aja." Jawab KOMDIS 2 ketus.

"Yaudah biar saya aja, kamu awasi yang di dalem pasti banyak yang ngantuk juga." Ujar Randy pada KOMDIS 2

KOMDIS 2 mengangguk, lalu masuk kembali ke dalam Aula untuk memburu peserta ospek yang tertidur.

Hujan sudah berhenti dan matahari kembali bersinar, Randy menatap Magika dan Azzrafiq yang tampak kusut raut wajah mereka karena kantuk yang dirasa.

"Kalian ketiduran?" Tanya Randy menatap Magika dan Azzrafiq bergantian.

"Ya gitu deh Kak." Jawab Magika seraya menguap.

"Bagus ya, tingkatkan guy's! Kalo Saya jadi kalian juga bakalan tidur." Tukas Randy yang turut kesal pada KOMDIS karena saran darinya untuk mengganti sesi materi motivasi dengan sesi games tak digubris.

"Tahu deh, supaya kita banyak yang dihukum ini tuh karena ketiduran." Gerutu Magika.

"Ya udah, kalian ikuti saya!" Tutur Randy.

Magika dan Azzrafiq mengikutinya dari belakang dengan malas, Randy mengantar Mereka ke kamar mandi yang keberadaannya cukup jauh dari Aula, aroma tanah yang basah tercium sangat enak dihidung Magika, dia sangat menyukainya.

Mereka bertiga berjalan disinari matahari yang tidak terlalu terik, jika siang hari seperti ini terlihat jelas hamparan luas perkebunan. Angin bertiup mengayunkan rambut Magika yang diikat seadanya.

"Hati-hati Gee jalannya becek." Ucap Azzrafiq sambil memegangi tangan Magika.

"Iya Azz, udaranya enak ya kalo abis ujan." Seru Magika.

"Jadi fresh lagi pikiran, gak suntuk kayak di dalem." Sahut Azzrafiq.

Pelangi muncul membentuk setengah lingkaran di langit, Magika yang tadinya tampak kusut kini mulai ceria, ketika menatap pemandangan yang kini jarang terlihat.

"Ada Pelangi Gee." Randy berseru antusias.

"Baru lagi aku lihat Pelangi." Kata Magika sumringah.

"Indah ya, warna-warni." Ucap Randy.

"Masih Indah pemandangan di sebelah saya Kak." Celetuk Azzrafiq.

Randy menatap Magika, lalu terkekeh."Gak usah ditanya itu mah Fiq."

Magika menoleh ke kiri dan ke kanan, mencari tahu pemandangan indah mana yang kedua lelaki ini maksud?

"Oh ya, harus sejauh ini ya ke kamar mandi? Kalo malem ada yang kebelet gimana?" Tanya Magika.

"Kalo panitia sih pake kamar mandi dalam, jadi gak perlu jauh-jauh, lagian horror juga malem-malem ke kamar mandi di luar." Jawab Randy.

Magika menghentikan langkahnya dan menatap Randy, dia menampakkan raut wajah bingung sekaligus kesal.

"Terus kalo ada di dalem, ngapain kita disuruh keluar?" Protes Magika.

"Hahaha, kamu kalo udah bingung gitu menggemaskan ya." Goda Randy.

Magika memukul bahu Randy, dia tak terima kalo harus dipermainkan seperti saat ini. "Jadi kalian semua tuh para panitia kompak ngerjain adik-adik tingkatnya ya."

"Ya, namanya lagi ospek biar seru aja." Ucap Randy tanpa dosa.

"Nyusahin tahu." Pekik Magika.

"Seneng aja sih liat peserta ospek kesusahan, jadi ingat tahun lalu, Saya juga sama kayak kalian sekarang." Ujar Randy sambil tertawa.

"Ish, psycho ya, seneng lihat orang lain kesusahan. Jadi ajang balas dendam ya kita semua, bener Kata Azzrafiq semalam tradisi turun menurun yang gak berfardah." Ujar Magika yang sedari tadi menggerutu.

Azzrafiq yang melihat perdebatan kecil mereka, mencoba menenangkan Magika dengan mengelus-elus punggungnya.

"Sabar Gee, nanti muncul kerutan di mata kalo marah-marah, cukup aku aja yang marah." Ujar Azzrafiq.

"Yang ada di mata dia tuh Pelangi Fiq, bukan kerutan." Celetuk Randy menggoda Magika.

"Nyekil teruuss." Protes Azzrafiq.

"Norak banget Kak Randy." Gerutu Magika lagi.

Tiba-tiba Randy memiliki ide untuk menculik Magika dan Azzrafiq, dia menatap kedua adik tingkatnya itu sambil berkacak pinggang.

"Mumpung kita lagi bertiga sekarang, gimana kalo kita ke sungai aja? Sekalian refreshing buat kalian, saya juga penasaran pengen lihat sungai, kata warga sini air sungainya jernih." Ujar Randy sambil menyeringai.

Magika dan Azzrafiq menatap Randy bingung, seperti anak kecil yang sedang diiming-imingi oleh penculik.

"Mau gak? Malah pada ngeliatin, mumpung saya yang mendampingi." Randy melirik Magika dan Azzrafiq bergantian dengan tatapan intimidasi.

"Ish kayak penculik mukanya." Protes Magika.

"Boleh Kak, tapi kan baru hujan apa gak bahaya?" Tanya Azzrafiq.

"Semoga enggak, kalo alirannya deras berarti kita jangan turun, cukup lihat dari kejauhan, lumayan kan bisa refreshing." Jawab Randy.

Magika menoleh pada Azzrafiq meminta jawaban, lelaki itu mengangguk sambil tersenyum, kapan lagi ada kesempatan sepeti ini?

"Ayo kita ke sungai." Ucap Magika antusias.

"Nah gitu dong ceria, jangan marah-marah terus." Tutur Randy.

1
Cevineine
luar biasa👍
rizki fadhilah
ayo thor lanjut/Sweat/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!