"Aku mau kita bercerai mas!." ucap Gania kepada Desta dengan sangat lantang.
"Aku dan adikmu tidak mempunyai hubungan apa-apa Gania?." Desta mencoba ingin menjelaskan namun Gania menolak.
"Tidak ada apa-apa? tidur bersama tanpa sehelai kain apapun kamu bilang tidak ada hubungan apa-apa, apa kamu gila?."
"Bagaimana kita akan bercerai, kamu sedang hamil?."
"Aku akan menggugurkan anak ini!." Gania yang pergi begitu saja dari hadapan Desta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"Aku bilang ke luar dari rungan ku sekarang mas!." bentak Gania lagi di depan Desta dengan raut wajah yang memerah.
"Gania.. jangan egois menentukan diri mu sendiri, kita harus menentukan calon anak kita juga."
"Untuk apa kamu masih memikirkan anak yang ada di dalam kandunganku, kamu tidak perlu memikirkannya."
"Jangan pernah kamu ada pemikiran untuk menggugurkannya, Gania."
"Apa urusan mu, aku yang mengandungnya, dan aku yang berhak merawatnya atau tidak."
"Tapi bayi itu tidak salah, Gania.. aku yang salah..."
"Kalau kamu tahu kamu salah seharusnya kamu sadar dan tidak mengganggu ku lagi, dan fokus lah pada perceraian kita." bentak Gania.
"Tapi aku tidak mau bercerai."
Vita yang berada di depan rungan kini sudah memanggil dua security untuk mengusir Desta dari ruangan direktur. Saat Gania dan Desta sedang berdebat kini dua security sudah masuk begitu saja ke dalam ruangan.
"Selamat pagi buk.. maaf kita lancang masuk ke dalam rungan, atas perintah ibu Vita, kita harus membawa pak Desta keluar dari ruangan ini, karena mengganggu ke nyaman perusahaan." ucap salah satu security.
"Iya pak.. silahkan bawa laki-laki ini keluar dari kantor saya... karena saya sudah tidak mau melihatnya." Gania yang mempersilahkan dua security membawa Desta.
"Mari pak." dua security yang membawa Desta secara paksa.
"Lepaskan.." Desta yang terus memberontak namun dua security lebih kuat darinya. "Gania.. ini terlalu keteraluan untukku, aku ini suami mu." teriak Desta yang sudah di ambang pintu.
"Maaf kan saya buk jika saya terlalu lancang membawa dua security ke rungan ibu, tanpa seizin ibu." Vita yang masih berdiri di depan Gania.
"Tidak.. justru aku sangat berterimakasih kepada mu Vit, karena kamu telah membantuku." ucap Gania.
"Saya akan mengambilkan minum terlebih dahulu buk." Vita yang melihat bosnya berkeringat dan terlihat sangat kacau.
Gania yang mendengar ucapan Vita hanya mengangguk lalu kembali menjatuhkan tubuhnya di kursi kebesarannya.
Di lantai satu, Desta terus di paksa keluar dari dalam kantor. Dengan beberapa karyawan kantor menatap ke arah Desta.
"Lepaskan saya.. apa kalian tidak tahu, saya ini suami dari pemilik perusahaan ini, berani-beraninya kalian memperlakukan saya tidak hormat seperti ini." teriak Desta.
"Maaf pak, karena bapak sudah melanggar peraturan di kantor ini, bapak harus di usir secara paksa." ucap salah satu security.
Sesampainya di depan kantor, Desta langsung di lempar oleh dua security begitu saja. Banyak orang yang melihat ke arahnya. Hingga Desta merasa benar-benar sangat malu, secara banyak yang mengenalnya di kantor tersebut.
"Sialan.. kurang ajar sekali mereka memperlakukan ku seperti sampah." gerutu Desta sambil merapikan kemeja nya yang sudah berantakan.
Desta yang sudah di usir dari kantor Gania seketika berjalan menuju ke mobilnya. Sesampainya di mobil, tiba-tiba ponsel di saku celananya berdering. Desta yang mendengar ponselnya berdering seketika meraihnya.
"Bapak.. ngapain bapak meneleponku?." Desta yang menatap ke layar ponsel.
"Assalamualaikum pak?." Desta yang sudah mengangkat telfon.
Tanpa menjawab salam dari Desta, tiba-tiba pak Sholeh. "Di mana kamu anak bodoh!." teriak pak Sholeh, hingga Desta terkejut, dan telinga nya terasa sakit.
"Ke_ kenapa pak? Desta sedang kerja." jawab Desta berbohong.
"Pulang kamu ke bandung sekarang, bapak ingin bicara kepadamu!."
"Kenapa Desta harus pulang pak? Desta masih kerja."
"Bapak bilang pulang ke bandung sekarang juga.. jika kamu tidak pulang, akan bapak penggal kepalamu!." teriak pak Sholeh lagi.
"I-iya pak.. Desta akan pulang ke bandung." ucap Desta dan sambungan telfon sudah terputus begitu saja.
Desta seketika kembali memasukan ponsel ke saku celananya. Desta merasa tidak ada yang beres dengan ayahnya. Desta juga tidak pernah mendengar ayahnya semarah ini kepada nya.
"Apa bapak juga tahu, kalau aku selingkuh dengan Vania? hancurlah riwayatmu Desta." ucap Desta pelan lalu masuk ke dalam mobil.
Kini mobil sudah melaju untuk menuju ke bandung, yaitu tempat di mana Desta di lahirkan dan di besarkan di sana. Setelah perjalanan cukup panjang, sekitar dua jam, akhirnya mobil pun sudah memasuki pedesaan yang masih asri dan alami. Mobil seketika sudah masuk ke dalam halaman rumah yang cukup besar. Dari dalam mobil Desta sudah melihat ayahnya berdiri di depan pintu sambil membawa golok.
Desta yang melihat tatapan mata ayahnya begitu tajam seketika menjadi ragu untuk turun dari mobil. Desta melihat ayahnya begitu tampak marah kepadanya. Seakan-akan seperti serigala yang ingin memakan anaknya.
Desta seketika memberanikan diri turun dari dalam mobil, dan berjalan mendekat ke arah ayahnya.
"Assalamualaikum pak." ucap Desta.
Lagi-lagi sebelum pak Sholeh menjawab salam dari Desta, seketika pak Sholeh langsung menarik kerah Desta begitu saja.
"Sini kamu masuk!." pak Sholeh yang menarik Desta begitu saja.
"Ada apa pak? bapak ini kenapa?." tanya Desta.
"Bughh.. Bughh.." Pak Sholih yang sudah memukul wajah Desta begitu saja hingga Desta tersungkur ke lantai.
"Pak.."ibu Mira yang tidak tega melihat putra sulungnya di pukul oleh ayah nya sendiri. "Lepaskan Desta, mas?." ucap Ibu Mira.
"Ibu diam, anak seperti ini harus di beri pelajaran agar jera, tidak mengulangi kesalahan nya."
"Memang Desta salah apa pak?." Desta yang sudah sempoyongan.
"Kamu ini anak tidak tahu diri, bagaimana kamu bisa berselingkuh dengan adik tiri istrimu? apakah kamu masih kurang dengan satu istri? haa.." teriak pak Sholeh dan seketika ingin menendang tubuh anaknya namun di cegah oleh istrinya.
"Pak sudah pak istighfar." ibu Mira yang menarik tubuh suaminya.
"Bapak sangat bingung dengan jalan pikiran mu, Desta. Kamu ini sudah mendapatkan istri cantik, anak orang kaya, bahkan seorang direktur, tapi masih saja bermain wanita, masih mending wanita lain, lha itu, adik ipar mu sendiri, apa kamu bodoh!." bentak pak Sholeh.
"Maafkan Desta, pak.. itu semua hanya sebuah kesalahan." Desta yang menunduk tidak berani menatap wajah ayahnya.
"Kesalahan pala mu itu! kamu itu sadar atau tidak, jika kamu tidak menikah dengan Gania, kamu tidak akan seperti sekarang?." ucap pak Sholeh. "Kamu itu anak orang tak punya, seharusnya kamu bersyukur bisa menikahi wanita yang derajadnya beda denganmu, bukan malah membuat ulah, dengan cara berselingkuh, selingkuh dengan Vania lagi, kamu tidak akan mendapatkan apa-apa jika menikah dengan Vania." lanjut pak Sholeh.
"Iya pak.. Desta khilaf.. maafkan Desta.."
"Apakah dengan kata maaf pernikahan mu akan kembali? lihat.. Gania sudah menggugat cerai kamu, bagaimana kamu akan mempertahankan pernikahanmu?."
"Desta akan berjuang agar Gania tidak menceraikan Desta pak.. apa lagi Gania sedang hamil anak Desta."
"Jadi.. benar.. kalau Gania sedang hamil?." tanya ibu Mira.
"Iya buk.." jawab Desta.