Shanum mendapat kabar bahwa ayahnya sakit. Demi menuruti permintaan sang ayah, ia pun harus rela menjalani perjodohan dengan seorang pria.
Siapa sangka pria yang dijodohkan dengan dirinya adalah Arga, mantan kekasih Shanum yang pernah menggores luka mendalam di masa silam. Membuat Shanum trauma untuk menjalin cinta lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ririn Puspitasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Penampakan
Shanum menatap kucing yang ada di depannya dengan mulut yang menganga. Ia sempat terkejut, dan mengira bahwa Moza adalah wanita yang sesungguhnya, dalam arti kata bukan seekor hewan peliharaan.
"Moza, perkenalkan ini Tante Shanum," ucap Arga menggendong kucing tersebut dan memperkenalkannya pada Shanum.
"Tunggu sebentar! Apa katamu tadi? Tante?!" tanya Shanum yang benar-benar syok dibuat oleh suaminya itu.
"Iya, Tante. Umur kamu kan sudah memasuki tante-tante," celetuk Arga.
Shanum tersenyum dengan terpaksa. Dalam hatinya mengumpat pria yang ada di hadapannya saat ini juga. "Apa katanya? Aku tante-tante?" batin Shanum.
"Lantas jika kamu memperkenalkan aku dengan sebutan demikian, bagaimana denganmu? Apakah dia akan memanggilmu bapak-bapak?" tanya Shanum.
"Tentu saja tidak. Aku mengajarinya untuk memanggilku dengan sebutan 'sayang'."
"Bagus! benar-benar luar biasa," balas Shanum yang mulai merasa gerah sembari meniup anak rambutnya.
"Dari pada kamu mengoceh terus-menerus seperti itu, sebaiknya tunjukkan kamarku!"
Shanum sedikit menghentakkan kakinya. Ia tak ingin berlama-lama berhadapan dengan mantan kekasihnya itu. Bisa-bisa ia langsung terkena darah tinggi karena emosi dengan kelakuan Arga.
Arga kembali meletakkan kucingnya. Ia pun berjalan menuju ke sebelah, terdapat beberapa ruangan yang ada di sana. Arga membuka salah satu ruangan tersebut, memperlihatkan sebuah kamar dengan nuansa pink.
Shanum mengembangkan senyumnya, ia merasa kembali ke kamarnya yang lama melihat tatanan yang ada di sana. Wanita itu menarik kopernya, lalu kemudian duduk di kasur berukuran king size tersebut.
"Apakah kamu sudah menyiapkan semua ini sebelumnya?" tanya Shanum.
"Tidak, ini memang ku persiapkan untuk wanita yang menginap di sini," timpal Arga.
Shanum langsung berdecak sebal. Setidaknya Arga berbohong sedikit saja supaya Shanum merasa lebih senang, bukan blak-blakan seperti sekarang ini.
"Kenapa? Apakah kamu suka dengan kamar ini?" tanya Arga.
"Tidak. Menurutku warnanya terlalu mencolok dan ini terkesan norak," jawab Shanum berbohong.
"Lalu, bagaimana dengan kamarmu yang di rumah?" Arga menyinggung kamar Shanum yang memiliki warna persis seperti kamar ini.
Shanum menghela napasnya. Ia memilih untuk tidak menjawab pertanyaan dari suaminya itu. Wanita tersebut membawa kopernya, meletakkan koper tersebut di dekat lemari jati yang berukuran besar.
"Apakah kamu masih akan tetap di situ?" tanya Shanum menyindir Arga yang masih berdiri di ambang pintu.
"Iya," jawab Arga singkat.
"Aku ingin mandi dan beristirahat. Sebaiknya kamu keluar!"
"Tidak mau! Ini rumahku. Bagaimana kalau kita mandi bersama," ujar Arga sengaja menggoda Shanum sembari memainkan kedua alisnya.
Shanum mendelik, bola mata wanita itu bak hendak keluar dari tempatnya mendengar ucapan Arga barusan. Wanita itu pun langsung menghampiri Arga dan mendorong paksa tubuh suaminya itu keluar dari kamar tersebut. Shanum langsung menutup pintunya dengan keras. Namun, sesaat kemudian wanita itu pun berteriak menumpahkan kekesalannya.
"Arggghhhh!! Arga sialan!"
Di waktu yang bersamaan, Arga hanya bisa terkekeh geli. Ia benar-benar senang membuat Shanum merasa kesal terhadap dirinya. Tanpa ia sadari, beberapa pelayan pun tengah berdiri tak jauh darinya memperhatikan Arga dengan heran. Arga menyadari hal itu, dan langsung menghentikan tawanya.
"Kalian jangan heran dengannya. Dia adalah makhluk yang berisik. Jadi, ku harap nanti kalian akan terbiasa dengan teriakannya itu," ujar Arga pada asisten rumah tangganya itu.
Para pelayan itu pun mengangguk paham dengan ucapan majikannya. Arga pun melangkah pergi dari sana dan langsung masuk ke dalam kamar.
Pria tersebut menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Ia menatap langit-langit kamarnya. Bibirnya membentuk lengkungan senyum.
"Rumah akan berisik setelah kedatangannya, akan tetapi aku tidak merasa terusik. Justru membuatku semakin tergelitik karena tingkahnya," gumam Arga.
....
Arga terbangun dari tidurnya. Pria itu melihat ke arah jam digital yang ada di atas nakas. Waktu menunjukkan pukul 1 dini hari. Arga merasa haus, ia pun meraih gelas yang ada di sana. Namun, air di dalam gelas tersebut ternyata sudah habis.
Dengan masih setengah mengantuk, ia pun beranjak dari tempat tidurnya. Pria tersebut berjalan menuju ke dapur untuk mengambil air minum, karena tenggorokannya benar-benar kering.
Arga membuka kulkas, mengambil salah satu botol air kemasan yang ada di dalam lemari pendingin itu. Namun, saat ia hendak menutup kembali pintu kulkas tersebut, ia dikejutkan dengan sebuah penampakan dari balik pintu kulkas itu.
"Akhhhh!!!"
Maafkan aku ya gengs, karena membuat kalian menunggu sampai bertahun-tahun 😅 Terima kasih banyak buat kalian yang sudah membaca karyaku sampai selesai. Berkat dukungan dari kalian, aku bisa menamatkan kisah Arga dan Shanum. Berat sih, sangat berat namatinnya karena aku dilanda mager bgt, ngga cuma itu aja aku juga males mikir. Astaga🤦....
Sebenarnya kisah Shanum dan Arga ini diambil sedikit dari kisahku, dimana aku yang sampai saat ini masih menjadi pejuang garis dua. Semoga saja ya, Allah mempercepat karena umurku hampir kepala 3😅
Intinya aku berterima kasih sebanyak-banyaknya sama kalian, tanpa kalian aku hanyalah remahan rengginang yang berada di kaleng Khong Guan. Udah dulu ceramahnya, semoga kita berjumpa lagi di karya aku yang lainnya. Biar ngga bosen nunggu, baca aja yg tamat wkwkwk. Itu pun kalau kalian berkenan hahaha ....
Udah ya, udah sangat panjang. Ngetiknya di kolom komentar biar nanti jadi top komen wkwkwkw. Sekian dan terima kasih. Ketjup manjahhh dari othor termager ini 💋💋💋💋💋♥️♥️♥️