Nancy tak menyukai kala sang papa menjalin hubungan dengan Dania yang dikenalkan sebagai calon istrinya. Nancy mencari tahu latar belakang Dania hingga akhirnya ia mengetahui kalau Dania masih berstatus sebagai istri orang! Ketika kebusukannya terbongkar Dania berkilah akan segera bercerai dengan suaminya yang sekarang, Putra Wardhana namun Nancy tak memercayai itu hingga akhirnya Dania dan Putra benar-benar bercerai. Selepas bercerai, Nancy mulai mendekati Putra untuk misi membuat Dania cemburu karena sang mantan suami kini dekat dengannya. Akankah misi Nancy akan berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Rencana
Izaz wajahnya nampak terkejut dan tegang saat Nancy mengatakan hal tersebut namun sebisa mungkin ia mengubah kembali raut wajahnya seperti biasa namun Nancy tentu saja bisa dengan jelas melihat perubahan ekspresi Izaz barusan.
"Saya nggak paham apa yang Bu Nancy maksud barusan."
"Kamu pikir saya ini bodoh, Izaz? Saya punya banyak mata dan telinga untuk memberikan informasi."
Raut wajah Izaz kembali tegang saat mendengar ucapan Nancy barusan namun kemudian Nancy mengatakan terima kasih pada Izaz karena sudah membuatnya tahu kalau Bagas adalah adiknya.
"Untuk yang satu itu, saya tentu saja harus berterima kasih pada kamu karena sudah membuat semua terang benderang. Itu saja yang mau saya katakan pada kamu, silakan keluar karena saya masih ada pekerjaan."
Nancy sudah berdiri dari tempat duduknya dan bersiap untuk kembali ke kursi kebesarannya namun Izaz tiba-tiba saja memohon dan berlutut pada Nancy untuk memberikannya kesempatan untuk membuktikan loyalitasnya pada perusahaan dan keluarga ini.
"Saya mohon Bu, berikan satu kesempatan untuk saya maka saya janji nggak akan membuat Ibu kecewa."
"Kamu yakin?" tanya Nancy berbalik badan dan menatap Izaz.
"Saya yakin, Bu. Apa pun akan saya lakukan asal bisa membuktikan kalau saya layak menggantikan posisi mendiang pak Hermanto sebagai pengacara perusahaan dan keluarga Atmadji."
"Baiklah, saya berikan kamu satu kesempatan, berikan saya bukti bahwa Dania dan mamanya memiliki kasus hukum dan bawa mereka ke pengadilan lalu penjarakan mereka. Apakah kamu bisa melakukan itu?"
"Saya bisa melakukannya, Bu. Bu Nancy gak perlu khawatir karena saya bisa mengurus semua itu."
"Saya mau dalam waktu 2x24 jam kasus mereka sudah ada dan mereka diproses hukum."
"Beres, Bu. Saya akan melakukannya."
"Baguslah, silakan kamu pergi."
Izaz dengan semangat pergi dari ruangan kerja Nancy sementara Putra nampak agak tak memercayai apa yang Nancy lakukan barusan.
"Kamu yakin mau percaya sama dia?"
"Aku tahu apa yang aku lakukan, Mas. Orang tamak bertemu orang tamak maka mereka akan saling menggigit satu sama lain. Kita lihat saja nanti bagaimana akhir dari mereka."
****
Bagas bertemu dengan Nancy dan Putra di sebuah cafe yang letaknya tak jauh dari kantor, saat Nancy dan Putra baru tiba di sana, Bagas sudah menunggu di salah satu meja. Tanpa banyak buang waktu, Nancy dan Putra langsung menghampiri meja Bagas dan duduk di kursi yang berhadapan dengan pria itu.
"Kamu sudah pesan minum?" tanya Nancy.
"Sudah."
Putra kemudian memanggil pelayan datang ke meja mereka dan mengatakan pesanan ia dan Nancy setelah itu pelayan pergi meninggalkan meja mereka.
"Saya nggak mau basa-basi sama kamu, saya sudah mendapatkan informasi soal pekerjaan kamu di Salatiga dan saya pikir akan lebih baik kamu bergabung di Artha Property Indo Group."
"Tapi ..."
"Saya sudah membicarakan ini dengan papa dan papa setuju dengan ide saya. Saya lihat selama kamu bekerja di perusahaan lama kamu pun kamu merupakan pegawai berprestasi dan nggak sulit untuk mau beradaptasi di perusahaan."
"Tapi ... kalau saya masuk lewat orang dalam rasanya nggak enak," ujar Bagas.
"Kamu anaknya papaku, wajar kan lewat jalur ekspres?"
"Saya merasa curang walau pun saya memang anak pak Hanggono tapi kalau lewat jalur seperti itu rasanya saya nggak enak."
"Kamu mau menjadi Direktur apa? Keuangan, Marketing, SDM, Perencanaan Pembangunan dan Tata Ruang, atau menjadi Presdir menggantikan saya? Semua posisi bisa kita bicarakan."
****
Semua penwaran yang diberikan oleh Nancy barusan memang terdengar sangat menggiurkan untuk Bagas. Bagaimana tidak karena seperti mudah saja baginya sebagai anak Hanggono memegang salah satu jabatan di perusahaan sebesar Artha Property Indo Group namun Bagas bukanlah orang yang seperti itu, walau dia anak Hanggono namun ia tak mau langsung ditunjuk mendapatkan jabatan tertentu tanpa pengalaman terlebih dahulu.
"Kalau memang saya diizinkan bergabung di perusahaan maka tolong saya ditempatkan sebagai staf biasa dulu, saya ingin belajar dari bawah supaya kelak tidak salah dalam mengambil segala keputusan yang mungkin saja akan merugikan perusahaan."
Nancy nampak menganggukan kepalanya mendengar jawaban Bagas barusan, tentu saja Nancy barusan hanya mengetes Bagas apakah adiknya ini gila jabatan atau dia mau berproses dari bawah dan rupanya adiknya ini memang mau berproses dari bawah.
"Tatap mata saya kalau memang itu keinginan kamu. Saya mau lihat kesungguhan di mata kamu."
Bagas menatap Nancy dengan tatapan yang bersungguh-sungguh hingga Nancy pun akhirnya bisa yakin bahwa Bagas memang tidak berdusta ketika mengatakan itu padanya.
"Saya harap kamu nggak menyesal memilih itu karena nggak akan ada kesempatan kedua kalau kamu memang gak betah jadi staf biasa maka kamu bisa keluar dari perusahaan dan cari pekerjaan lain."
****
Marita mendapatkan telepon dari Kemal yang tak lain adalah adik iparnya dari mendiang suaminya. Sudah lama sekali mereka tak berkontak setelah pria itu menjadi wali nikah Dania dengan Hanggono. Marita sejujurnya malas sekali menjawab telepon dari adik iparnya itu namun pada akhirnya ia pun menjawabnya.
"Ada apa kamu menelpon?"
"Mbak, bagaimana kabarnya? Sehat?"
"Nggak perlu basa-basi. Cepat katakan apa yang kamu inginkan dari saya."
"Baiklah, sekarang kan Mbak sudah jadi kaya raya karena Dania sudah menikah dengan orang kaya jadi bisakah Mbak berikan kami modal untuk membangun usaha? Usaha restoran saya bangkrut beberapa bulan lalu dan hampir semua aset yang saya miliki juga ditarik oleh bank karena gak bisa melunasi utang jangka panjang. Jadi saya mohon kebaikan hati Mbak untuk kami sekeluarga, kita kan masih keluarga jadi apa salahnya tolong menolong?"
"Berapa yang kamu perlukan?"
"500 juta cukup."
"APA?! Kok segitu?!"
"Bukannya 500 juta itu uang yang sedikit untuk Mbak?"
"Kamu jangan macam-macam, ya! Jangan coba untuk memeras saya!"
"Memeras apanya? Saya nggak memeras Mbak, saya hanya minta bantuan."
"Mas sih minta bantuan sampai minta uang sebanyak itu?!"
****
Nancy menemui Ines di sebuah restoran pada sore ini, alasan ia datang menemui Ines adalah karena suami dari Ines rupanya masih saja berusaha mengganggunya di perusahaan dan tentu saja Nancy tak akan tinggal diam begitu saja.
"Halo Nancy, lama nggak bertemu. Kamu makin cantik saja."
"Tante juga makin cantik saja."
Nancy dan Ines sempat berbincang mengenai hal-hal ringan sebelum akhirnya Nancy langsung masuk pada topik obrolan yang memang ingin ia bahas dengan Ines.
"Maaf sebelumnya Tante, alasan kenapa aku mau bertemu Tante karena aku mau memberitahu Tante mengenai Om Wiratmo."
"Om kamu memangnya kenapa?"
Nancy kemudian memperlihatkan video Wiratmo sedang jalan mesra dengan seorang gadis muda bahkan gestur keduanya sangat mesra sekali di sebuah mall.
"Maaf Tante, tapi saya sebagai sesama wanita paham sekali bagaimana rasanya dihianati dan nggak rela rasanya kalau hal seperti ini harus disimpan sendiri. Saya nggak mau kalau Tante terlalu lama ditipu sama Om."