Karena takut dikeluarkan dari sekolah dan dicabut beasiswanya, Dara terpaksa menyembunyikan kehamilan dan melahirkan bayinya di sekolah.
Dara tidak sendirian tapi dibantu oleh ayah sang bayi dan anggota geng motornya. Bisakah mereka menyembunyikan dan membesarkan bayi itu sampai mereka semua lulus sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perundungan
Kalau keadaan normal mungkin Dara akan dengan senang hati membuka hadiah yang dia dapatkan bersama Fiona tapi masalahnya keadaan sedang tidak baik-baik saja.
Jadi, Dara harus menolaknya secara halus.
"Mungkin ini buku sejarah yang Galang pinjamkan padaku, aku kemarin memintanya untuk meminjamkan buku karena di rumah Galang ada banyak buku sejarah," ucap Dara memberi alasan.
Lagi-lagi Fiona mendengar alasan tidak masuk akal dari Dara, keluarga Bamantara bukanlah ahli sejarah, bagaimana mungkin bisa memiliki banyak buku sejarah?
Tapi, Fiona tidak akan memaksa Dara.
"Maafkan aku, Fio," batin Dara merasa bersalah sambil melihat punggung temannya itu pergi menjauh.
Buru-buru Dara menutup pintu kamarnya dan membuka hadiah dari Galang.
Gadis itu terkejut melihat banyaknya susu hamil, seharusnya Galang bertanya dulu padanya. Kalau begini Dara jadi bingung harus menyembunyikan semua susu itu.
"Apa yang kau lakukan, Gal," batin Dara semakin merasa frustasi.
Beruntung Galang juga memberikannya obat anti mual bersamaan dengan vitamin yang dia dapatkan.
Dara masih mual dan muntah di pagi hari atau jika mencium bau yang dia tidak suka tapi obat anti mual juga membantunya mengurasi rasa mualnya.
Dalam keadaan apapun, Dara harus tetap belajar dan sekolah tapi hubungannya dengan Galang yang merenggang justru menjadi gosip baru di sekolah.
Akhirnya Galang sudah sadar!
Memang Dara kan bukan seleranya!
Dara hanya bisa meremas ujung bajunya ketika kata-kata seperti itu terdengar olehnya, mereka yang menggunjing sengaja mengeraskan suaranya supaya Dara mendengar.
Padahal tanpa mereka mengeraskan suara, Dara sudah sadar diri sejak awal.
Namun, gunjingan seperti itu tidak bertahan lama karena dari belakang Galang berusaha menepati janjinya untuk melindungi kekasihnya.
Pemuda itu memenuhi sosial medianya dengan foto Dara supaya tidak ada yang berpikir mereka putus.
"Apa ini tidak salah?" kesal Inge yang melihat beberapa foto Dara yang diupload oleh Galang.
Padahal Galang tidak pernah upload pacarnya seperti itu, artinya Dara memang spesial.
"Itu pasti Dara yang memintanya atau akun Galang dipegang olehnya," salah satu teman Inge mengompori.
Akhirnya kelompok cheerleaders itu sengaja mengikuti Dara saat gadis itu pergi ke toilet. Mereka mengunci pintu supaya tidak ada yang masuk lagi.
Saat Dara selesai muntah, gadis itu terkejut ketika keluar dari bilik toilet.
"Apa mereka mendengar aku muntah?" batin Dara takut.
Namun, sepertinya mereka tidak peduli dengan itu karena tujuan Inge dan gengnya adalah merebut ponsel Dara.
"Cepat pegang dia!" perintah Inge.
Teman-teman Inge langsung mencekal tangan dan tubuh Dara yang membuat gadis itu berontak.
"Lepaskan aku!" Dara berusaha melepaskan diri.
Inge mendekat dan mencoba mencari ponsel Dara, dia ingin melihat apa isi dari ponsel itu. Apa benar akun Galang yang menggunakan adalah Dara?
Tentu saja Dara panik karena tidak mau privasinya dibaca oleh Inge apalagi ada beberapa pembahasan tentang kehamilan di ponsel itu.
BUG!
Dara menendang tangan Inge yang membuat ponselnya jatuh dan mati. Itu lebih baik daripada rahasianya terbongkar.
"Auw!" Inge merasa kesakitan karena tangannya yang ditendang oleh Dara. Dia tidak tinggal diam tapi membalas perbuatan gadis itu.
Inge menjambak rambut Dara kemudian menampar gadis itu diikuti oleh teman-temannya.
"Ampun!" Dara memegangi perutnya karena takut janinnya terancam.
Setelah puas melakukan perundungan, Inge dan teman-temannya pergi. Mereka berusaha menghilangkan jejak dengan meninggalkan Dara yang terjatuh di lantai toilet.