Terlahir dari keluarga kaya raya dan terpandang, anak bontot yang seharusnya selalu mendapat kasih sayang, namun itu tidak berlaku bagi Rangga Guitama.
Rangga Anak bungsu dari tiga bersaudara, namun tidak pernah mendapat kasih sayang dari orang tuanya, karena Rangga tidak jenius seperti kakak kakaknya, dia tak mampu menyamai akademis sang kakak, dia anggap bodoh oleh keluarganya, menurut keluarga nya Rangga hanya anak pembawa sial.
Mau tau ceritanya yukkk ikuti...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Sungguh Rangga begitu bahagia, sang istri mau menutup auratnya, walau masih memakai celana jeans, namun tidak masalah, asal bokong sang istri tertutup dengan baju tuniknya.
"Duhhh.... Cantik sekali istri kakak ini." ujar Rangga melihat penampilan baru sang istri.
"Iya dong, istri siapa dulu,,,," ujar Rania memutar tubuhnya di depan sang suami.
Rangga terkekeh melihat gaya centil sang istri, tapi dia suka Rania bersikap centil itu, tapi.... Itu hanya berlaku centil hanya di depan mata Rangga saja.
"Ya sudah, ayo. Kita belanja kebutuhan dapur sama beli hijab dan baju yang banyak buat kamu sayang" ujar Rangga merangkul pinggang sang istri.
"Waahhh.... Rania cantik sekali" puji ibu ibu yang sedang belanja sayur di depan rumah Rania.
"Makasih Ibu. Baru belajar" ujar Rania malu malu.
"Bagus itu nak, kenapa ngak dari dulu aja pakai hijab, padahal cantikan pakai hijab, tau" ujar Bu Sri.
"Cantik apaan. Cantikan juga anak saya, apaan baju kampungan gitu di bilang cantik, ngak gaul banget jadi orang!" ketus Bu Lia, bibinya Rania.
Ibu ibu di sana hanya diam dan menatap malas Bu Lia, orang yang tidak suka orang lain lebih dari keluarganya, mana ada seperti itu.
"Heh! kamu. Nia, jangan Lupa kasih pelangkahan sama anak saya, dia minta motor keluaran terbaru!" ketus sang Bibi.
Ibu ibu melongo mendengar ucapan tidak masuk akal. Bu Lia tersebut.
"Saya ngak mau Bi, apa apaan kasih pelangkahan, dia bukan kakak kandung saya!" tolak Rania tegas.
"Kecuali itu si Tita yang nikah, baru tuh kasih pelangkahan sama kak Ajeng, dasar bibi aneh" omel Rania, memang lah Rania bukan orang yang mantan saja saat di tindas, dia akan melawan orang itu, selagi dia benar, dia tidak takut.
"Pokoknya ngak mau tau, kamu harus beliin motor terbaru buat Ajeng, klau ngak mau awas saja kamu, lihat saja apa yang bakal aku lakuin" ancam Bu Lia.
"Bu. Mana ada sepupu ngasih pelangkahan buat kakak sepupunya. Ibu ini aneh deh, bilang saja klau kamu mau morotin uangnya Rania, kamu tau kan, kalau Rania sedang panen buah buah" ejek Bu Ruly yang tau banget tentang kelakuan Bu Lia.
"Heh, Bu Ruly! ngak usah selalu ikut ikutan setiap saya punya sama anak itu, ngak usah juga belain dia, apa Ibu juga punya maksud terselubung sam Rania!" pekik Bu Lia.
Bu Ruly hanya terkekeh dengan ucapan Bu Lia tersebut.
"Bu. Bu.... Kalau saya mau ya, sudah dari dulu uang Bundanya Rania saya bawa kabur, tapi saya ngak mau, justru uang bundanya Rania saya masukin bursa saham, biar untung berkali kali lipat, ngak kaya situ, yang baru melihat ponakan punya uang, lansung saja dengan segala cara berusaha merampas hak anak yatim piatu itu" ejek Bu Ruly.
Memang Bu Ruly teman akrab dengan Bundanya Rania, jadi sebelum meninggal. Bidan Rania sempat menitipkan uang 50jt, entah sudah mendapat firasat mereka akan meninggalkan putri cantik mereka itu, makanya mereka mengamatkan uang itu ke Bu Ruly dan suami, tanpa sepengetahuan Rania mau pun adik Bunda Rania, suami Bi Lia.
Bu Lia mendengar Zahra punya uang di tangan Bu Ruly lansung otak liciknya ingin merampas hak Rania.
"Jangan berfikir licik Bu Lia, kamu mempunya tanda tangan orang tua Rania dan juga rekaman vidio ke dua orang tua Rania, uang itu hany jatuh ke tangan Rania saat sudah menikah, bahkan bukan hanya uang yang meraka titip kan, banyak kejutan yang belum kalian tau, karena mereka tidak ingin harta anak mereka akan kalian rampas makanya bunda dan Ayah Rania meninggalkan wasiat untuk Rania" ujar Bu Ruly.
"Tau, orang serakah amat sama harta orang, makanya kerja, ini hoby rebahan cita cita kaya, sampai lebaran monyet juga ngak bakal tercapai" ketus Bu Sri.
Bu Lia jadi kesal, mendengar ocehan ibu ibu di sana, dari dulu ngak mempan baginya menjelek jelekkan Rania, dan tidak bisa menindas Rania, selalu di bentengi oleh Ibu ibu itu, dan Rania ponakan sialannya itu tidak pernah takut kalau di teror dan di marahi, selalu saja ada jawaban Rania, membuat Bu Lia semakin kesal
"Awas saja, saya pasti bisa merampas milik Rania bocah sialan itu, kenapa sih, dia kuat banget, padahal sudah sering saya kasih obat peluntur kandungan dulu, agar harta sialan itu bisa saya kuasai, tapi anak ini ngak mempan di gugurkan, seperti janin janin lainnya yang sempat saya gugur kan" gumam Bu Lia dengan iri hari pulang kerumah. Ingin melapor kepada sang suami.
Bersambung...