NovelToon NovelToon
Penjara Hati Ceo

Penjara Hati Ceo

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Roman-Angst Mafia / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Psikopat itu cintaku
Popularitas:87k
Nilai: 5
Nama Author: Sept

Lusiana harus mengorbankan dirinya sendiri, gadis 19 tahun itu harus menjadi penebus hutang bagi kakaknya yang terlilit investasi bodong. Virgo Domanik, seorang CEO yang terobsesi dengan wajah Lusiana yang mirip dengan almarhum istrinya.
Obsesi yang berlebihan, membuat Virgo menciptakan neraka bagi gadis bernama Lusiana. Apa itu benar-benar cinta atau hanya sekedar obsesi gila sang CEO?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Capek Hidup Miskin

Beberapa karyawan memperhatikan aksi Virgo yang menimbulkan perhatian. Tiba-tiba lelaki itu keluar dari lift begitu saja, bukan jalan biasa tapi lari mengejar sesuatu. Virgo menarik lengan salah satu petugas kebersihan di gedung tersebut. Tahu di sana adalah kantor, pasti banyak mata yang melihat mereka, Virgo langsung membawa Lusi ke tangga darurat.

Lelaki itu menjauh dari pandangan semua orang. Karena pasti akan jadi pusat perhatian. Mengingat dia juga adalah salah satu pimpinan di perusahaan tersebut. Virgo tak mau ada image buruk tentangnya. Sebab selama ini dia memang terkenal profesional dan tanpa skandal.

Di dalam tangga darurat, Virgo langsung menatap Lusi. Ya, itu Lusi yang sama. Lusi yang sempat tidak ia temui lumayan lama.

"Kau ... Kenapa kau muncul di depanku?" tanya Virgo. Ia bertanya secara tegas, karena merasa shok, ada Lusi di kantornya.

Pria itu juga terkejut melihat Lusi saat ini. Sangat jauh berbeda saat pertama bertemu dulu. Tambah jelek, kulit kusam, kurus kering dan bau keringat. Lusi yang dulu bak kembang desa, kini kelihatan tidak terawat sama sekali. Sepertinya malah gak pernah pakai skincare. Pori-pori di wajahnya saja kelihatan jelas. Sempat-sempatnya Virgo menilai penampilan wanita itu.

Sedangkan Lusi, ditanya seperti itu. Ia pun menjawab dengan terbata-bata. Tak menyangka Virgo akan menarik dirinya ke tangga darurat.

"Saya ... Sa-ya bekerja di sini." Lusi menjawab, tapi tak berani menatap sepasang mata di depannya itu.

Sedangkan Virgo, setelah mendengar jawaban Lusi, Virgo mengerutkan keningnya. Kenapa harus di perusahan nya. Masih banyak tempat kerja lain di luar sana. Virgo curiga, Lusi pasti mengejarnya.

"Ya, kau memang cocok jadi pelayan," gumam Virgo kemudian mundur. Ia lalu melihat seragam kerja Lusi. Berbanding terbalik dengan jas rapi yang dikenakannya. Mereka bagai bumi dan langit, tidak seharunya Virgo berbicara empat mata dengan wanita itu.

Ia baru tersadar, kenapa begitu antusias pada sosok Lusi. Hanya perempuan miskin, tak layak untuk mendapatkan perhatiannya. Bukan kelasnya dan Lusi tak pantas mendapat perhatian meskipun perhatian kecil darinya.

Sementara Lusi, dia ingin mengatakan sesuatu. Tapi Virgo keburu keluar dari tanggal darurat dan langsung pergi begitu saja. Di sana Lusi ditinggalkan sendiri. Padahal, Lusi benar-benar ingin bicara. Ingin jujur, untuk pertama dan yang terakhir. Namun, saat berhadapan dengan Virgo, lidahnya tiba-tiba keluh.

"Aku terlalu bermimpi ..." gumam Lusi. Perlahan pipinya basah. Ia mengusap langsung mata dan pipinya. Percuma, air matanya itu tidak berharga, dan tidak bisa merubah apapun.

Lusi sepertinya memiliki harapan, atau angan-jangan alam bawah sadarnya, sengaja mencari Virgo karena tahu Virgo orang kaya, jangan-jangan dia ingin menemui Virgo karena ingin lelaki itu membiayai hidupnya, karena sudah membesarkan dah mengandung anak pria tersebut. Lusi mengusap matanya, bibirnya tersenyum miris.

"Jangan berharap banyak Lusi, kau dengar, apa yang dia katakan tadi?" tanya Lusi pada dirinya sendiri. Ia tersenyum getir. Senyuman pahit, sama seperti garis hidupnya selama ini.

Beberapa saat kemudian, dia keluar. Lusi kembali membersikan area yang harus dibersihkan. Menjalankan tugasnya sebagai petugas kebersihan. Rasanya sangat tidak tahu diri, jika dia berharap lebih pada Virgo.

"Benar katanya, aku memang cocok jadi pelayan," ucap Lusi saat mengusap dinding kaca. Pantulan wajahnya terlihat kusam. Entah berapa lama dia tak merawat diri. Jangankan merawat diri? Bisa bertahan hidup saja dia sudah bersyukur.

Sementara di ruang kerjanya, Virgo menunda agenda meeting jadi besok hari. Pikirannya sudah kalut. Sampai dia memanggil Roy ke ruangannya.

"Kenapa kau tidak bilang dia kerja di sini?" Virgo memarahi Roy. Ini salah, Roy. Bisa-bisanya tidak melaporkan kalau ada Lusi di perusahaan mereka.

"Siapa, Pak?" Roy malah bertanya. Entah tidak tahu atau malah pura-pura.

"Kau tak perlu bertanya lagi!" cetus Virgo galak.

Roy pun menjawab, "Maaf, Pak. Saya juga baru tahu."

"Harusnya kau lebih tahu!" celetuk Virgo tak mau kalah. Dia baik salah atau benar, selalu darah tinggi kalau tak sesuai dengan isi hatinya. Sekarang terpaksa Roy yang kena getahnya.

"Baik, Pak." Roy hanya bisa merendah, percuma membela diri. Dia akan tetap salah dan siap salah.

"Sekarang kau cari informasi tentang dia!"

Roy tertegun, kemudian bertanya.

"Sekarang, Pak?" tanya Roy.

Sudah tahu sang atasan sedang emosi, tapi Roy terus saja memancing kemarahan Virgo, alhasil lelaki itu kena marah-marah Virgo.

***

Menjelang jam makan siang, Roy harus mengumpulkan banyak data mengenai Lusi. Meksipun hanya sedikit data yang didapat. Setidaknya dia sudah mengantongi alamat Lusi sekarang.

"Ini, Pak. Semuanya sudah ada di sini," kata Roy sambil menyerahkan map berdua kertas tentang Lusi.

"Letakkan di sana!" titah Virgo. Masih dingin, mungkin masih kesal.

"Baik."

"Sekarang kau boleh pergi." Virgo mengusir sekretarisnya itu.

"Baik, Pak."

Begitu Roy menutup pintu, Virgo langsung membuka map yang berisi informasi tentang Lusi. Statusnya pada data pelamar masih single, entah mengapa Virgo malah merasa lega. Kemudian dia memotret alamat yang ada di kertas. Sepertinya dia akan ke sana diam-diam tanpa sepengatahuan Roy.

Benar saja, seperti yang direncanakan oleh Virgo. Sore itu saat semua karyawan pulang, Virgo juga pulang. Kali ini bukan pulang ke apartemen Roy.

"Kamu naik taksi! Mobilnya aku bawa!" Virgo langsung bergegas, sementara Roy dibuat bengong. Terpaksa Roy mengalah, dia yang baik taksi karena mobilnya dibawa oleh Virgo.

***

Pukul 6 sore.

Virgo masih mencari alamat, jarang menyetir sendiri, dia kurang paham jalanan. Apalagi saat masuk jalan kecil. Sudah sempit, susah kalau berpapasan. Berkali-kali dia mengumpat kesal karena berpapasan dengan kendaraan di depannya.

"Tempat apa ini? Jalan sempit sekali!"

Virgo sampai membunyikan klakson, dan dimaki orang karena kurang sabar. Hingga langit mulai gelap, Virgo sudah ketemu jalan yang dia cari, meskipun harus bertanya pada banyak orang.

"Rumah cat biru, di sebelahnya ada pos kamling."

Virgo mengangguk saat bertanya pada warga, dia lalu masuk mobil lagi, menuju rumah yang dicari.

Usahanya tidak sia-sia, akhirnya rumah yang dicari ketemu juga. Hampir jam 7 malam, setelah muter-muter, ia ketemu juga.

"Permisi ... Permisi!" teriak Virgo. Ia melihat sekeliling. Kawasan padat penduduk. Bukan perumahan elit seperti tempat tinggalnya.

Sementara dari dalam sana, munculah sosok laki-laki. Pak Hadi mengeluarkan motornya, dia shift malam, hendak berangkat kerja. Namun, saat ke depan malah ada tamu asing.

"Ya, maaf ... Cari siapa, Pak?" tanya pak Hadi sopan, karena yang bertamu sepertinya orang kaya. Pakaian jas mahal serta bawa mobil. Tidak mungkin penjahat, pikir pak Hadi.

"Saya mencari Lusi." Virgo tanpa basa-basi, ia langsung menyebut nama orang yang dicarinya itu. Membuat pak Hadi berpikir sejenak dan mengerutkan keningnya.

Pak Hadi langsung terdiam sejenak.

"Siapa, Pak?" tanya Bu Hadi keluar sambil menggendong anak kecil.

Wanita itu penasaran kok suaminya bicara sendiri, mungkin ada tamu. Begitu keluar, dilihatnya laki-laki berpenampilan sangat rapi. Aroma parfumnya saja terasa sampai jauh. Pasti mahal harganya.

"Cari siapa?" tanya Bu Hadi pada sang suami. Mereka saling melirik.

Sedangkan Virgo, pandangan laki-laki itu justru ke arah bayi yang digendong perempuan paruh baya tersebut. Ada rasa penasaran, tapi langsung dia abaikan.

"Lusi ada?" tanya Virgo lagi.

Pak Hadi dah istrinya kembali saling menatap dan bersambung.

1
Umi Hanik
Ya Allah.....wes blendeng maneh 🤭 Jian mandi tenan mic mu mas virgo 🤣🤣🤣
Umi Hanik
kayak e Thor sep lagi Ter Damar-Damar 😁
Umi Hanik
koyo lagu honey bunny sweety 🤭
Umi Hanik
bojone Nadine ngaleh Rene 😂
Aditya HP/bunda lia
makasih tamat juga gak bertele2 dan gak banyak konflik 👍🙏
Ila Lee
Mas atau abang masa dipanggil bapak lusi2
Ila Lee
reva kamu Makin buat virgu marah sama kamu kerana sudah megangu lusi
*Septi*
aku syuka aku syuka..
terimakasih juga kak sept 😇
*Septi*
wah hamil anak ke 3
𝐙⃝🦜🍅🌹
lah tamat🥺
Bu Yudi Wahono
mbak sept kok cepat amat the end
hania putri
damar itu bojone nadine, kenapa malah nyasar dimari? 😄
Sept September: adoh salah kamar hehhehe
total 1 replies
Umine LulubagirAwi
lahh end ja. kirain bkln bnyk babnya
Diedie
nunggu up novel selnjutny kak sept 🤗
aurel chantika
GK ada kabar tau-taunya tamat aja mak
aurel chantika
lah damar lagi
aurel chantika
damar sopo mak
Sept September: maaf kak. novel sebelah hehehhe
total 1 replies
Imas Kartini
aduh ka udah tamat lagi rasanya masih kangen cerita nya pak virgo dan Lusi makasih ka sept atas semua karya nya love love sekebon🥰
Imas Atiah
yah tamat aja ,GPP tapi seneng happy ending ,turut berduka cita juga KK sept untuk bibinya semoga Husnul khotimah
Risa Amanta
cepet amat kak Sept tamatnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!