Sarena Almaira adalah seorang wanita muda cantik yang hidup dalam penderitaan. Sejak usia 5 tahun, ia mengalami broken home setelah ayahnya menghilang entah ke mana. Kehidupannya pun menjadi sangat sulit dan penuh kesedihan. Setelah lulus SMA, Sarena memutuskan untuk bekerja sebagai pelayan restoran demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun, hidupnya berubah drastis ketika sebuah kejadian tak terduga membuatnya terikat dalam pernikahan rahasia dengan seorang pengusaha muda yang kaya dan tampan.
Apakah Sarena akan menemukan kebahagiaan setelah bertemu dengan pria itu?
Baca yu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meywh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab13
Aldevaro hanya pasrah dan mengikuti Sarena. Kemudian, Sarena segera memesan baksonya.
"Sarena, sebaiknya baksonya bungkus saja dan kita bawa pulang. Ini sudah malam," ujar Aldevaro.
"Ah, baiklah," jawab Sarena dengan nada sedikit kecewa.
"Iya."
Beberapa saat kemudian, pesanan pun selesai. Sarena dan Aldevaro segera kembali ke rumah.
Sesampainya di rumah, Aldevaro berkata, "Sarena, kau makan sendiri ya. Aku mau kembali ke kamar, ada beberapa tugas yang harus aku kerjakan."
"Baiklah."
Sarena pun menikmati bakso yang dibelinya bersama Aldevaro hingga habis.
'Aku bersyukur dia menyayangi anaknya. Aku tidak berharap dia mencintaiku, aku hanya berharap dia menyayangi anaknya saja,' gumam Sarena.
---
Pagi hari di kediaman Aldevaro dan Sarena.
Aldevaro bangun pagi dan bersiap-siap untuk berangkat kerja, sementara Sarena yang masih tertidur mendengar suara pintu kamar Aldevaro terbuka. Ia tiba-tiba langsung keluar.
"Mas," ujar Sarena.
"Ada apa?" tanya Aldevaro.
"Kau mau berangkat kerja?" tanya Sarena.
"Iya," jawab Aldevaro.
"Kamu mau nggak elus perut aku? Anak kamu yang minta, tolong ya," pinta Sarena.
"Baiklah," ucap Aldevaro.
Aldevaro pun mengelus lembut perut Sarena.
'Jadilah anak baik, Nak,' gumam Aldevaro.
"Terima kasih," ucap Sarena.
"Sama-sama."
Setelah itu, Aldevaro berangkat kerja, dan Sarena kembali ke kamarnya.
"Sekarang kau tenang, Nak. Papamu sudah mengelusmu. Dia sangat menyayangimu, apa pun yang kamu mau, dia pasti turuti," ujar Sarena sambil mengelus lembut perutnya.
'Sekarang kandunganku sudah besar,' gumam Sarena.
Sementara itu, Aldevaro sudah sampai di kantornya.
'Haruskah aku memberitahu Mama dan Papa soal ini?' gumam Aldevaro.
'Kurasa tidak baik menyembunyikan hal ini dari mereka. Tapi, ini bukan hal yang mudah mereka terima, apalagi aku belum tahu detail identitas Sarena,' gumam Aldevaro lagi.
"Dafa," panggil Aldevaro.
"Ya, Tuan?" jawab Dafa.
"Bawakan data tentang Sarena," perintah Aldevaro.
"Baik, Tuan."
Dafa segera mengambil data yang diminta tuannya.
"Ini, Tuan," ucap Dafa, menyerahkan dokumen tersebut.
Aldevaro pun melihat isi data itu.
---
Isi Data:
Nama: Sarena Almaira
Umur: 19 tahun
Tanggal Lahir: 15 April 2002
Nama Ibu: Nia Almaira
Nama Ayah: Ahmad Husein
Sarena adalah cucu dari Lia Almaira, seorang pengusaha wanita. Namun, karena ayah Sarena tidak jelas asal usulnya, neneknya tidak pernah menganggap Sarena sebagai cucunya dan selalu memperlakukannya dengan buruk.
---
'Keluarga Almaira ternyata hidup tanpa bantuan suami. Latar belakang Sarena sebenarnya tidak buruk, tapi dia adalah cucu yang tidak diakui, dan itu sempat menjadi gosip saat itu,' gumam Aldevaro.
"Dafa, apa tidak ada informasi mengenai ayah kandung Sarena?" tanya Aldevaro.
"Belum ada, Tuan," jawab Dafa.
'Sulit sekali menggali informasi tentang ayah Sarena. Apa mungkin dia masih hidup dan menyembunyikan dirinya?' gumam Aldevaro.
"Coba kau gali lebih dalam lagi informasi tentang ayah Sarena," perintah Aldevaro.
"Baik, Tuan."
'Untuk apa Tuan menggali informasi tentang ayah kandung Ibu Sarena? Bukankah dia tidak peduli soal itu?' gumam Dafa.
---
Tiba-tiba ponsel Aldevaro berbunyi.
Mamah
Mamah: "Varo, apa kau sudah tidak menganggap kami keluargamu lagi, hah?"
Aldevaro: "Ada apa, Mah?"
Mamah: "Kemana saja kau? Berbulan-bulan tidak pulang! Kau sudah tidak menganggap kami lagi?"
Aldevaro: "Maaf, Mah, saya sibuk. Nanti setelah pulang kerja saya akan mampir."
Mamah: "Baiklah."
Tutt... tutt... tutt...
yunita mematikan telpon begitu saja