MOHON MAAF, MASIH BANYAK TYPO BERTEBARAN, DAN TANDA BACA YANG MASIH AMBURADUL 🙏
Dulu. demi bisa mendekati lelaki yang ia cintai, Emira nekat mengubah identitas nya, jati dirinya, bahkan penampilannya, yang sungguh jauh berbeda dengan dirinya yang asli, namun lelaki yang ia suka tiba tiba menghilang, tanpa kabar, dan tanpa jejak, seperti di telan bumi.
Mereka kembali bertemu, perdebatan tak penting mewarnai hari hari mereka sebagai dokter residen.
Tapi malam reuni itu merubah segalanya, di pagi hari mereka terbangun didalam sebuah kamar hotel, tanpa apapun selain selimut yang menutupi tubuh keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
BAB 10.
Empat puluh menit berlalu, Arjuna, Rendi, Egi, Rafi, dan Atar, masih terlibat obrolan serius mengenai rencana reuni sekolah mereka, dan sesekali diselingi gurauan.
"Jadi mulai kapan kita upload undangan nya di medsos?" Tanya Rafi yang serius dengan catatan pembicaraan mereka.
"Setidaknya kita tunggu sampai tertutup biaya sewa Ballroom nya, walaupun Ballroom sudah ada yang mensponsori, setidaknya dana itu bisa kita pakai untuk goodie bag." Usul Juna.
"Oke note." Atar sang ketua panitia manggut manggut tanda setuju.
"Yang belum ada sponsor apa Gi?" Tanya Randi.
Yang dipanggil tak menyahut matanya nampak menatap terpesona ke arah berlawanan dengan meja mereka.
"Wooooiii EGI … kamu gak bu**deg kan?" Arjuna mengibaskan tangannya di depan mata Egi, namun pemuda itu malah tersenyum sendiri.
PLAK !!!!
Sebuah pukulan di punggung menyadarkan lamunan Egi.
"Eh buset, sakit b*go!!" Maki Egi pada Rafi, yang pukulannya masuk dalam kategori penganiayaan kelas menengah, karena ia jago bela diri.
"Lagian, udah tahu kita lagi di mana dan mau ngapain, kamu malah nyengir sendiri kaya manusia gak waras." Sembur Rafi.
Egi kembali tersenyum gak jelas, "aku lihat bidadari bro … baru kali ini aku lihat cewek secantik itu." Egi kembali mengarahkan tatapannya pada Emira yang masih bercengkrama akrab dengan Reza, sementara Luna sudah kelelahan dan tidur di pangkuannya.
Keempat orang yang ada di sekitarnya pun ikut menoleh ke arah tatapan mata Egi, selain Arjuna, semuanya sepakat bahwa gadis itu secantik bidadari di tambah ia kerap tertawa lepas bersama Reza, membuat aura cantik nya semakin bersinar.
"Tuh cewek cantiknya gak ada obat gaes," Gumam Rafi.
“Kalau aku punya istri secantik dia, gak akan ku biarkan dia keluar rumah, bila perlu aku kekepin dirumah, dan gak akan ku tinggal kerja.” gumam Egi.
“Masalahnya, dia mau atau nggak jadi istrimu, hahahaha …" Gurau Rendi.
“Cinta juga butuh makan bro, tu cewek mau kamu kasih makan angin doang?” sindir Atar.
"Kasian amat anak orang, lagian cantik apanya sih?" Gerutu Arjuna.
Yang langsung mendapat sorotan tajam dari ke-empat orang yang ada di sekitarnya.
“Iya … udah apal, kamu gak doyan sama yang cakep, cantik dan gemoy,” ejek Rendi.
Arjuna hanya memanyunkan bibir, mendengar ejekan teman temannya, Arjuna sungguh tak peduli, baginya, gadis cantik itu mnyebalkan dan kebanyakan gaya.
“Aneh, cewek cantik gak doyan, malah suka sama cewek culun berkacamata tebal lengkap dengan tompel besar di pipi kanannya.”
“Ah … bodo amat, suka suka kalian mau ngomong apa,” Arjuna beranjak, “udah ah … aku mau pulang,” pamit Arjuna.
“Eh mau kemana? masih siang nih? main nyelonong pulang aja” Protes Atar, seraya menahan pundak Arjuna agar ia tak bisa melarikan diri.
“Mau tidur, besok jaga dari pagi sampai malam,” jawab Arjuna apa adanya, hidupnya kini adalah belajar, kerja, belajar lagi, kerja lagi, tidur jika ada waktu luang atau hari libur, begitulah keseharian seorang dokter residen alias dokter yang sedang mengambil program spesialis.
Semenjak hari itu, semuanya di mulai, hari dimana ia berjanji akan menjadi anak baik dan mendengarkan perkataan orang tuanya.
“Yaaaa elaaa Jun, jangan terlalu kaku gitu lah, ayo main dulu, kapan lagi kita bisa ngumpul, kita kita udah gak mungkin kongkow kaya dulu, jadi ayolah keliling Mall sebelum kamu kembali kedunia nyata.” Egi merangkul Juna, kemudian membawanya pergi meninggalkan restoran tersebut.
*
*
*
Sementara itu Emira masih juga belum menyelesaikan obrolannya bersama Reza, tiba tiba dikejutkan dengan hadirnya sosok wanita cantik, masih tetap mungil dengan kilat jenaka di kedua bola matanya, dialah nyonya Haris Aditya, alias maminya Reza Aditya.
“Aaahh akhirny ketemu juga, sejak tadi mami berkeliling nyariin kamu, tahunya lagi nongkrong di sini.” sapa mami Elena.
Reza yang tak lagi terkejut melihat tingkah jahil maminya hanya menatap malas, “mami ngapain masih juga ngikutin aku kesini sih, memang mami gak kangen sama suami mami yang super bucin itu?”
“Ya jelas kangen banget dong, tapi mami juga kangen sama kamu, gimana dong?” mami Elena beralasan, dia pun memalingkan wajah dan kini menatap gadis cantik, yang sejak lama mendiami hati putra sulungnya. “hai sayang, tante tidak mengganggu kalian kan?”
“Sama sekali tidak tante?” jawab Emira.
Mami Elena pun duduk di sisi Reza, kemudian menyeruput jus Strawbery milik Reza, “sayang mami lapar, pesenin makan dong.” pinta mami Elena, yang sejak beberpa saat lalu tak putus memandang wajah cantik Emira. “om Alex pasti sangat menyayangimu,”
Emira tersenyum lebar mendengarnya, “begitulah tante, walaupun aku sering bikin daddy kesal,”
"Apa anak tante juga suka bikin kamu kesal?"
"Sedikit …"
"Sedikit apa?"
"Sedikit mengesalkan."
"Oh iya? Contohnya?"
"Dia sesuka hati datang ke apartemen saya dan pulangnya nunggu di usir." Jawab Emira santai, begitulah jika berbicara dengan mami Elena tak perlu bersikap terlalu formal, justru jika terlalu formal beliaunya malah tidak suka, katanya masih menolak tua.
Mami Elena tertawa lepas mendengar penuturan Emira, senangnya menemukan anak muda yang satu server dengannya, santai dan suka bercanda.
Tak lama Reza datang dengan nampan penuh makanan untuk sang mami yang hobi makan.
"Terimakasih sayang …" mami Elena mengusap pipi putra sulungnya.
"Papi bisa memarahi ku jika tahu aku membelikan junk food buat mami." Gerutu Reza.
"Kalau begitu kamu bisa bilang jika mami yang memaksa, papi tak akan marah." Balas mami Elena.
"Terserah mami lah …"
Mami Elena tersenyum menatap putra sulungnya.
"Kenapa senyum senyum?" Tanya Reza heran menatap maminya yang tersenyum menatap wajahnya yang tengah cemberut.
"Ternyata mami punya anak lelaki yang yang tampan."
"Jangan lebay deh mami punya dua anak laki laki, jadi cita cita papi tercapai, pengen menjadikan mami ratu tercantik di rumah." Gerutu Reza, tapi lebih terdengar bahwa ia sedang protes pada papi Haris, yang terlalu bucin pada mami Elena sang istri.
#yang kepo pengen tahu siapa papi Haris dan siapa mami Elena, silahkan menyambangi lapak sebelah yah. @menanti cinta elena.
"Emira harap maklum yah, anak mami cemburu nya gede, apalagi kalo papinya sedang over protektif sama mami hihihi …" mami Elena terkikik sendiri.
Emira jadi mengingat, bahwa di rumah nya pun demikian, penuh dengan pasangan bucin yang kadang tak tahu tempat dan situasi, mau mommy dan daddy, atau kevin dan Gadisya, atau Andre dan Bella, ketiga pasangan itu sukses membuat Emira Gegana (gelisah, galau, merana) karena hingga kini belum memiliki pasangan.
"Gak papa tante, sebenarnya aku juga satu satunya jomblo di rumah." Jawab Emira kemudian memanyunkan bibirnya.
"Eh jangan panggil tante dong," pinta mami Elena memelas.
Emira jelas kebingungan. "Lalu panggil apa dong tant?" Emira kini menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Panggil maaa miiiii, oke?"
"Heh … oh iii iiya tant beres," Emira hanya iya iya saja ketika mami Elena memintanya memanngi dengan sebutan 'mami'.
Mendengar Emira menyetujui permintaan mami Elena, Reza jadi semakin ge er … ia justru berharap lebih pada hubungannya dengan Emira, yang sejak dulu kala yak pernah mengalami peningkatan.
"Ya Tuhan … tolong kabulakan keinginan hambamu yang tampan ini, amin." Reza berdoa dalam hati, sekaligus mengaminkan nya seorang diri.
Begitulah keinginan sederhana si tampan Reza Sebastian Aditya, yang sejak lama menantikan hati Emira, sahabatnya sejak mereka sama sama kuliah di Singapura.