Pernikahan Rocky dan Brigita rupanya menjadi awal munculnya banyak konflik di hidup mereka. Brigita adalah bawahan Rocky di tempat kerja. Mereka harus menikah karena satu alasan tertentu.
Statusnya sebagai seorang janda yang mendapatkan suami perjaka kaya raya membuat gunjingan banyak orang.
"Aku harus bisa mempertahankan rumah tanggaku kali ini,"
Apa dia berhasil mempertahankan rumah tangganya atau justru lebih baik berpisah untuk kedua kalinya?
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 - Mendekatkan Mereka
Tok!
Tok!
"Permisi, Pak. Saya mau mengantarkan undangan dari rekan Bapak. Katanya beliau mengadakan acara anniversary 10 tahun bar nya." ucap Zoel seraya meletakkan undangan di meja Rocky.
Kemudian Zoel kembali turun ke lantai dasar.
Rocky menatap undangan itu, dia berpikir keras harus datang bersama dengan istrinya—Brigita. Jemarinya mengetuk meja dengan alunan, memikirkan sesuatu tentang pesta tersebut.
Matanya membulat sempurna ketika otaknya meluncurkan ide brilian. Ia segera menelepon Zoel untuk naik kembali ke ruangan nya.
"Zoel!" sapanya dengan nada ceria. "Begini, saya rasa kurang cocok apabila saya menikmati pesta tersebut sendirian. Bagaimana kalau mengajak beberapa perwakilan agar mereka bisa melihat juga seperti apa tempat lain beroperasional?"
"Siapa saja yang akan terpilih mewakili tempat kita, Pak?"
"Saya, kamu, Brigita, Lena, Sera dan Titi. Kalian semua pejabatku, tak ada salahnya kan? Segera sampaikan pada mereka,"
Zoel turun kembali dengan membawa pesan berupa perintah tersebut.
.
"Duh, Pak. Maaf! Tapi malam ini aku sudah punya janji," tolak Lena halus.
Berbeda dengan Sera yang menjawab. "Aku oke asal ada uangnya."
Sedangkan Titi yang duduk sambil menyilangkan satu kakinya tidak merespon apapun.
"Len, mana bisa sih ajakan Bapak di tolak. Kalau janjimu perkara dengan Arga coba batalkan,"
Akhirnya dengan berat hati Lena harus membatalkan janji nya dengan Arga. Mau tidak mau dia tetap ikut ke acara yang telah di tentukan Rocky.
.
Brigita melipat tangan di depan dada, menahan kekesalan. “Kenapa sih harus mengajak mereka? Bukannya ini bisa jadi momen kita berdua?”
Rocky hanya tersenyum tipis, seolah tak mau memperdebatkan. “Aku butuh mereka melihat-lihat operasional bar lain. Ini juga demi bisnis. Lagipula, kamu kan tetap bersamaku malam ini.”
Brigita diam. Tak ada pilihan lain selain ikut.
Malam pun tiba. Sebuah mobil van disewa untuk membawa mereka bersama-sama. Rocky duduk di depan bersama sopir. Di belakang, Brigita duduk di samping Lena, sementara Zoel, Sera, dan Titi duduk berjajar.
Sepanjang perjalanan, Brigita hanya diam sambil menatap keluar jendela. Ada sesuatu yang mengganjal hatinya, yautu kecemburuan. Waktu nya bersama Rocky untuk berduaan sangat sulit.
Mereka tiba di sebuah bar besar dengan lampu-lampu neon yang menyala mencolok. Musik berdentum dari dalam.
Rocky turun pertama, lalu membantu Brigita turun, tapi tangan pria itu cepat beralih mengatur semua stafnya.
“Have fun,” kata Rocky, separuh berteriak mengimbangi suara musik. “Tapi tetap observasi. Siapa tahu kita bisa ambil ide-ide baru.”
Zoel dan Sera langsung menuju bar untuk memesan minuman. Titi menyusul dengan tenang sedangkan Lena ragu-ragu, tapi akhirnya ikut setelah didesak Sera.
Rocky diam-diam menyuruh Sera untuk mencampur alkohol lebih kuat di minuman Brigita, Lena, dan Zoel.
Upah yang di berikan Rocky dengan mudah membuat Sera menuruti keinginan nya. Hanya minuman Sera dan Titi yang tidak disentuh.
Tak butuh waktu lama, suasana berubah.
Zoel tertawa keras-keras di sudut ruangan, sudah setengah mabuk. Lena mulai tersenyum-senyum sendiri, pipinya memerah. Brigita, yang biasanya tenang, kini gelisah dan kehilangan fokus.
Rocky memperhatikan Lena.
Wanita muda itu begitu polos saat mabuk—wajahnya merah, matanya berbinar-binar tanpa sadar, bibirnya sedikit terbuka.
“Len, kamu kenapa?” tanya Brigita setengah berbisik, mengkhawatirkan.
“Aku… kayaknya agak pusing,” sahut Lena polos, sambil menyandarkan tubuhnya ke bahu Brigita.
Rocky menghampiri mereka.
“Biar aku yang jagain Lena. Kamu tenang aja, Sayang.”
Brigita mengernyit. Ada sesuatu yang terasa janggal, tapi pikirannya terlalu kabur untuk memprotes.
Rocky merangkul bahu Lena seolah-olah untuk membantunya berjalan ke sofa di sudut ruangan. Lena terlalu mabuk untuk menolak.
“Santai aja, Lena,” bisik Rocky di telinga wanita cantik itu, suaranya dalam dan licin. "Aku cuma mau jaga kamu…”
Jemari Rocky bergerak perlahan, menyentuh lengan Lena dengan gerakan halus tapi terasa aneh. Lena bergidik, setengah sadar, setengah tak berdaya.
Dari kejauhan, Sera memperhatikan semua itu dengan ekspresi kosong. Dia tahu apa yang terjadi. Tapi demi uang dan posisi, dia memilih diam.
"Maafkan aku Lena," batin Sera.
Sementara itu, Titi hanya menyeringai tipis, seolah sudah tahu rencana ini dari awal.
.
Brigita mencoba berdiri dari kursinya, tapi dunia di sekitarnya berputar. Dia merasa pusing, lemas… tubuhnya tidak bisa dikendalikan. Dengan susah payah, dia berjalan ke arah Rocky dan Lena.
“Rocky…” panggilnya lirih.
Rocky pura-pura tersenyum, menahan Lena agar tidak jatuh.
“Sayang, kamu kelihatan nggak enak badan. Mungkin lebih baik pulang duluan?”
Brigita mengerjap bingung. Kenapa rasanya semua orang bersekongkol untuk menjauhkan dia dari Rocky malam ini?
Tapi tubuhnya tak mampu melawan. Akhirnya, dia menyerahkan diri pada Sera yang pura-pura membantu.
Rocky kembali duduk di sofa, Lena masih dalam pelukannya. Musik berdentum, lampu-lampu kelap-kelip. Dunia malam itu berubah jadi kabut gelap yang mengaburkan batas benar dan salah.
Dan di sanalah Rocky, tersenyum licik. Rencananya berjalan sempurna malam ini.
"Aku tetap mau di sini!!" teriak Brigita meracau. Dia mendorong kuat tubuh Sera sehingga jatuh.
Semua mata memandangnya.
Rocky mengisyaratkan untuk mendekatkan tubuh Brigita ke sampingnya. Dengan jalan yang sempoyongan dia mendekat ke arah Rocky.
"Aku mau sama kamu!" ucap Brigita menempelkan wajahnya pada wajah Rocky.
Rocky menemukan sensasi aneh lainnya, di sebelah kanan nya ada Brigita yang sudah mabuk dan terus merangsang dirinya. Sedangkan di sebelah kiri ada Lena yang sudah tidak sadarkan diri.
Rocky merangkul keduanya. Menciumi Brigita yang berada di sampingnya namun tangannya tak lepas dari pundak Lena.
"Benar-benar gil4," pekik Titi yang melihat kejadian itu. Ia melirik sinis pada Sera. "Kau kacungnya?"
"Demi uang apapun akan aku lakukan!" jawabnya ketus.
"Rupanya persahabatan kita hancur dengan mudah ya?" sindir Titi.
Terjadi percakapan sengit di antara mereka berdua. Mata mereka saling beradu penuh emosi.
"Bukankah kau yang memulai? Untuk apa melindungi Dyandra yang bersalah, dapat uang juga? Seharusnya kau hentikan dia saat tahu dia mendekati suami sahabatmu!"
"Sahabat?" jawabnya sambil menenggak sloki whisky. "Hanya kalian berempat sahabatku, Brigita anak baru yang masuk kebetulan saja menjadi dekat dengan kita!" paparnya.
Sera semakin bingung dengan sifat teman-teman nya yang selama ini ia kenal. Hanya satu yang jelas bahwa Lena adalah anak baik.
"Kalau bukan sahabatmu kenapa kamu juga selalu dekat dengannya?"
"Bukan urusanmu!" ketus Titi.
Hari semakin larut, mereka pun memutuskan kembali ke B Style untuk memesan kamar.
Sera di utus lebih dulu untuk turun dan mengambil kunci kamar.
"Jangan bertingkah gil4 hanya karena obsesi mu, Rocky!" pekik Titi.
"Jangan khawatir, aku juga tidak bodoh!"
Rocky turun membopong Lena yang sudah tidak sadar. Sedangkan istrinya yang sama tidak sadarnya masih berada di dalam mobil.
Ia memerintah security untuk membantu membawa Brigita ke kamar.