"Ihh... Panas Mas!"
"Sebentar lagi juga dingin, nikmatin aja."
Adelia mengalami insiden yang hampir merenggut nyawanya karena kecerobohan seseorang, bukannya mendapatkan ganti rugi Adelia malah mendapatkan calon suami.
"Kamu enggak perlu khawatir, aku akan bertanggungjawab. Bapakku Penghulu kamu tenang saja."
Maksudnya apa, memangnya kenapa kalau bapaknya pria ini seorang penghulu? kan Adelia hanya butuh ganti rugi bukan calon suami.
"Kenapa, ada yang aneh ya sama saya? Kenapa ngeliatin terus?"
"Kenapa, emangnya gak boleh dilihat gitu?"
"Ck, kalau kamu ngeliatin kayak gitu 𝙩𝙚𝙧𝙪𝙨, 𝙠𝙪𝙢𝙖𝙝𝙖 𝙡𝙖𝙢𝙪𝙣 𝙪𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙖𝙠𝙞𝙣 𝙗𝙤𝙜𝙤𝙝, 𝙨𝙖𝙝𝙖 𝙣𝙪 𝙧𝙚𝙠 𝙣𝙜𝙖𝙝𝙖𝙡𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CABE Bab 31
Tiga buah mobil berwarna hitam membelah jalanan yang akan membawa mereka menuju kediaman Ayah Alkan dan Bunda Cia, berkendara dengan kecepatan tinggi tidak memperdulikan apapun yang mereka lewati.
Seakan dikejar waktu, perintah seseorang harus secepatnya diselesaikan dan kembali membawa apa yang diinginkan sang atasan.
"Laki-laki itu mengatakan kalau dia sudah menikah," Ujar salah satu dari mereka dengan bahasa asing.
Rekannya tidak menyahuti, dia sibuk berkonsentrasi agar mobil yang dikendarainya tetap dalam jalur yang aman.
"Tidak peduli, bawa dia apapun yang terjadi!" Ucap laki-laki berkacamata hitam yang kemarin memberikan perintah untuk menerobos masuk kedalam rumah Hermanto.
Sementara di tempat lain Azkha terlihat tengah mengontrol perkebunan cabai miliknya yang baru saja selesai diganti bibit, dia berjalan kaki berkeliling lahan yang luasnya berhektar- hektar. Butuh berjam-jam untuk bisa mengelilingi area itu untuk mengetahui bagaimana perkembangannya, sementara di area lain para pekerja masih sibuk memetik cabai karena Azkha sengaja tidak menyamakan waktu penanaman agar para pekerja bisa terus bekerja di tempatnya.
"Kenapa enggak ditanamin palawija aja sih Om, kenapa harus cabe semua?" Tanya seorang laki-laki muda yang hari ini sengaja berkunjung ke perkebunan, bahkan saat Azkha menikah saja dia tidak bisa datang karena tengah dihukum oleh Papanya di barak militer.
Gara-gara balapan liar!
"Memangnya kamu mau ngurusin kebun Palawijanya? kalau mau nanti Om tanam. Daripada balapan terus, inget kuliah! Lama-lama kamu bisa jadi mahasiswa abadi kalau absen terus. Lagian punya Bapak polisi enggak ada takutnya, lihat adek kamu Ga dia sampe rela masuk pesantren saking enggak mau dimasukin ke barak." Azkha terus saja mengomel. Keponakannya yang satu ini si kembar milik Galexia dan Pradivta cucunya Galaska ( Bang Galak) dan Crystal memang sedikit sulit untuk diatur, sama seperti ibunya dulu.
Alih-alih mengikuti jejak sang Papa membangun karir di kepolisian, Lingga dan Lintang justru menjadi buronan bapaknya sendiri kala arena balap liar mereka terkena razia.
Si kembar yang memiliki wajah sama persis walaupun gayanya berbeda itu terkadang membuat Pradivta ketar-ketir, apalagi saat mereka bertukar peran bapaknya sendiri saja terkadang salah tafsir.
Hanya Galexia yang sanggup membedakan keduanya walaupun Lintang dan Lingga tengah bertukar peran.
"Ogah ah, mending balapan!" Cetus laki-laki muda yang hampir berusia dua puluh tahun tersebut.
Azkha mendelik dibuatnya, cucu dari Om nya ini benar-benar sulit untuk di atur. Padahal Ayahnya hidup dengan banyak peraturan, dan anak-anaknya tidak mau hidup dengan aturan ya sama kayak ibunya.
"JURAGAN! JURAGAN! JURAGAN!"
Suara teriakan seseorang dari arah belakang membuat Azkha dan Lingga menoleh, satu alis tebal Lingga terangkat melihat seorang laki-laki dewasa berlari tunggang langgang kearah mereka. Laki-laki muda berwajah campuran itu terlihat heran, dia sontak mengalihkan pandangannya kearah lain untuk mencari sesuatu yang tengah mengejar orang itu, tapi tidak ada apapun.
Dia kenapa, kayak dikejar setan aja!
Azkha sendiri mengerutkan dahinya dalam melihat Mang Eman berlari terbirit-birit seakan mengejar sesuatu. Napasnya terengah-engah tidak karuan, tubuhnya yang kurus terlihat bergetar menahan lelah.
"Kenapa Mang, kenapa lari-lari kayak dikejar-,"
"Nyonya juragan, nyonya juragan!" Dengan napas ngos-ngosan Mang Eman berusaha untuk berbicara.
Mendengar siapa yang dimaksud oleh pekerjanya Azkha segera mendekat, dia membantu Mang Eman untuk berdiri tegap karena Azkha melihat laki-laki yang lebih tua darinya ini lututnya bergetar.
"Istri saya kenapa Mang? Dia lagi dirumah Bunda, istri saya lagi enggak enak badan makanya dia saya titipkan disana. Apa terjadi sesuatu, apa istri saya tambah parah sakitnya iya?" Azkha terus saja mencecar Mang Eman yang mulai menenangkan diri.
Dia menatap laki-laki dewasa itu dengan tatapan tidak sabaran, hingga akhirnya Azkha berinisiatif untuk merogoh ponsel di dalam saku celana jogger yang dikenakannya tapi belum sempat Azkha menekan tombol panggil suara Mang Eman kembali terdengar.
"Nyonya juragan, Nyonya juragan di bawa orang Juragan! Mereka maksa Nyonya Juragan masuk ke mobil, Ibu Juragan ngehalangin sampai didorong sama mereka sekarang Ibu juragan di-, JURAGAN!"
"OM GUE IKUT!" Lingga dan Mang Eman sama-sama berteriak kala melihat Azkha tiba-tiba saja berlari tanpa mau mendengar Mang Eman menyelesaikan ucapannya.
Laki-laki bertubuh tinggi besar itu seperti dikejar setan, dia bahkan tidak memperdulikan teriakan Lingga dan langsung mengendarai motor miliknya meninggalkan keponakannya yang terlihat misuh-misuh tidak jelas.
"Mang bawa motor kan?" Tanyanya tidak sabaran.
Mang Eman menganggukkan kepalanya, dia menatap laki-laki muda berwajah bak pemain film ini dengan intens.
Gantengnya gusti, anak siapa ini?
"Anterin gue ya! susul Om Azkha cepetan!"
***
Azkha berkendara dengan gila, lima belas menit dia sampai dirumah Bunda Cia. Dadanya bergetar jantungnya berdetak dengan cepat, kedua kakinya melangkah lebar memasuki rumah orang tuanya yang sudah terlihat ramai.
Lutut Azkha melemas saat melihat Bunda Cia tengah menangis, kondisi ibunya itu tidak baik ada luka di dahi dan kedua lututnya yang terbuka. Sepertinya Bunda Cia tengah diobati oleh Ais yang juga tengah menangis, sementara Harumi adik iparnya terlihat gelisah mondar-mandir berusaha menelpon seseorang.
"Bunda!" Azkha mendekat, dia menghamburkan dirinya pada sang Ibu yang terlihat semakin menangis kala melihat kedatangannya.
"Adel Bang Adel! Mereka maksa Adel buat ikut mereka, Adel lagi sakit mereka mukul Adel sampai pingsan. Bunda enggak bisa bantu, mereka dorong Bunda sama Ara, Ara sampai pingsan gara-gara kepalanya kebentur pinggiran keramik. Mereka siapa kenapa bawa mantu Bunda tanpa izin, Bunda enggak rela Bunda mau Adel dibalikin!" Bunda Cia benar-benar meluapkan semua emosinya.
Dia benar-benar menyesal karena tidak bisa menahan orang-orang bertubuh besar itu untuk membawa paksa Adelia, padahal menantunya itu sedang tidak enak badan dan demam.
Azkha mematung, dia memeluk Bunda Cia dengan erat. Otaknya blank, tidak bisa berpikir jernih karena tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang.
"Aku nemuin ini Bang dihalaman, kayaknya bisa dijadiin petunjuk." Harumi memberikan sebuah benda yang berbentuk pipih, terlihat seperti tanda pengenal.
Azkha meraihnya dengan tangan bergetar, pikirannya masih tertuju pada Adelia. Dia mengkhawatirkan istrinya setengah mati dan berani-beraninya orang-orang itu menyakitkan Ibunya, keponakannya dan juga istrinya.
Tangan Azkha terkepal erat, dia menggenggam tanda pengenal itu kalau bisa menghancurkan pemiliknya juga.
"Berbahasa Spanyol, artinya mereka datang langsung dari sana. Kayaknya Abang perlu hubungin Eyang Nagara, kita yakin Eyang bisa nyari tahu siapa mereka kalau benar mereka berasal dari sana, dan apa yang mereka inginkan sampai bawa Kak Adelia dengan cara seperti ini!" Ucap Harumi lagi, suaranya bergetar. Dia benar-benar prihatin dengan saudara iparnya itu, Adelia sedang sakit dan kini malah dibawa paksa oleh orang-orang yang mereka tidak kenal siapa darimana dan mau apa.
Azkha menatap lurus, perlahan dia menurunkan pandangannya menatap benda yang ada di dalam genggamannya. Bahasa yang digunakan di tulisan itu memang bukan bahasa Indonesia, melainkan bahasa asing dan Azkha tahu itu berasal dari mana.
"Kabari Shaka dan Divta, aku mau bicara sama mereka!" Ucap Azkha dengan tatapan yang tidak pernah dia tunjukkan pada siapapun selama ini.
aduuuuh in orang ko gak ngerti ngerti sich.. hellow Adelia bukan barang yg bs d ajak tukaran. lg pula Araina yg xan inginkan untuk d tukarkan pun gak akn sudi ikut klan Felipe,xan gak menarik sama sx dmata nya sekelas Maxwell pun gak ngaruh. lg pula terlihat sx klo klan Felipe tidak menghargai wanita sebagaimana keluarga Lynochyl juga keluarga Prayoga. jd jgn harap untuk bs membawa salah satu keturunan dr keluarga in 🤨
astga in anak orang lg pada serius malah dengerin ring tone dangdut bgtu seharus nya hp mu silent 🤦♀️ in gegara lintang ni sang lebaran yg tetiba kehilangan belahan wajah nya. udh bener tu d ceramahin Lingga mcm orang kurang duit aj klo emg mau ikutn ya tinggal nyusul aj 😒
astaga dragon ball....
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
lgsg kebayang dong, muka bang Brian Domani yg tegas sambil pegang pistol/Angry//Angry//Angry//Angry/
hmmmm.... siap² aja bkal ada pasukan tambahan dari endonesaaahh mo datang ke spanyol. bang lintang bawa genk duren sawitnya opa damara prayoga 💪💪💪💪💪