Mila terjebak oleh keadaan. Ia terpaksa harus sabar mendengar cacian dari Angga. Angga sangat membenci Mila. Karena menurut Angga, Mila adalah wanita miskin, rendahan yang hanya ingin menikmati kekayaan keluarganya.
Mila juga sangat membenci Angga semenjak kejadian yang menimpa dirinya bersama Angga. Angga adalah satu-satunya orang yang tidak ingin Mila temui lagi di dunia ini tapi, takdir berkata lain. Dimana pun Mila berada pasti ada Angga.
Walaupun keduanya saling bermusuhan, tapi mereka tidak menyadari bahwa setiap hari mereka saling bertemu dan bersama. Kapankah benih-benih cinta akan tumbuh di hati mereka?
Baca kisah Mila dan Angga hanya di Novel toon dengan judul Menikah dengan Mr. Arogan.
Jangan lupa like dan share nya ya.... Terima kasih..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Mawarni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Angga Tertusuk
Malam yang sunyi itu, Pak Samat dan Bu Lastri sedang nonton TV sekaligus menemani anak mereka untuk tidur. Namun, tiba-tiba Bu Lastri seperti mendengar sayup-sayup suara gaduh. Ia menanyakan hal itu pada suaminya apakah mendengar hal yang sama. Tapi, Pak Samat sama sekali tidak mendengarnya. Ada sedikit rasa khawatir pada Bu Lastri. Tapi, ia mencoba untuk tidak menghiraukannya. Mereka pun kembali menonton.
Lalu, setelah beberapa menit kemudian. Barulah mereka mendengar suara teriakan seorang wanita minta tolong. Pak Samat dan Bu Lastri buru-buru keluar dari rumah dan meninggalkan anak mereka yang tengah tertidur.
“Bu, suaranya kok sepertinya dari rumah Miss Mila ya?”, ucap Pak Samat pada istrinya.
“Yuk, Pak cepat! Duh, Ibu jadi takut terjadi apa-apa nih sama nak Mila”, jawab Bu Lastri sambil menarik tangan suaminya agar jalannya lebih cepat.
***
Mila dan Angga saling bertatapan. Mila langsung melepas genggamannya saat tahu ada darah yang mengalir mengenai tangannya. Jantung Mila terasa berdegup dengan kencang tapi, tubuhnya seakan ingin terkulai lemas. Ia melihat darah di tangannya dengan perasaan yang begitu takut. Dan di tambah lagi, Angga yang langsung terjatuh sambil memegangi perutnya yang tertusuk pecahan kaca tersebut. Angga setengah sadar sambil menatap nanar pada Mila dan setelah itu ia tidak berdaya lagi.
Tok... Tok... Tok...
Mila di kejutkan oleh suara seseorang mengetuk pintu rumahnya. Ia pun bingung harus apa. Ia melihat kunci pintu rumah dan kamarnya di saku baju Angga dan kemudian mengambilnya. Ia langsung keluar dari kamarnya dan mengunci kamar itu lagi.
“Nak Mila! Buka pintunya!”, teriak Bu Lastri sambil menggedor-gedor pintu.
Mila kaget karena Bu Lastri datang ke rumahnya. Ia pun masih kebingungan harus bagaimana. Apakah mengakui jika Angga berada di rumahnya dan berkelahi dengannya ataukah ia harus diam saja? Sungguh Mila menyebut dirinya benar-benar sial. Hidupnya yang sulit kini semakin sulit sejak bertemu dengan Angga kembali.
“Miss Mila! Kamu Baik-baik saja? Atau saya dobrak pintunya!”, ucap Pak Samat yang sudah tidak sabar.
“Eh... Jangan Pak! Tunggu sebentar”, sahut Mila spontan saat mendengar pintu rumahnya akan di dobrak.
Mila cepat-cepat mencuci tangannya di wastafel untuk menghilangkan noda darah tersebut. Lalu ia mengambil sebuah kardigan dan memakainya untuk menutupi bercak darah di bajunya. Kemudian ia membenarkan hijabnya yang sudah porak-poranda.
Ceklek! Mila membuka pintu rumahnya. Dan benar saja Bu Lastri dan Pak Samat sudah menunggu di depan pintu.
“Nak Mila, kamu nggak apa-apa? Soalnya ibu tadi dengar ada suara minta tolong dari rumah kamu”, tanya Bu Lastri yang begitu khawatir.
Pak Samat langsung nyelonong masuk untuk melihat situasi di dalam. Mila pun tak kuasa untuk menahan Pak Samat.
“Saya tidak apa-apa kok Bu, Pak”, jawab Mila sambil nyengir.
“Tapi, suara minta tolong tadi...”.
“Oh, itu... Mm... Saya lagi nonton film pakai loudspeaker yang baru saya beli”, jawab Mila sambil menunjuk kearah loudspeaker tersebut. “Maaf kalau sudah membuat ibu khawatir”.
“Nggak apa-apa Nak. Ibu lega kalau memang tidak terjadi sesuatu yang buruk pada Nak Mila”, ucap Bu Lastri sambil mengelus-elus lengan Mila.
Akhirnya, Bu Lastri dan Pak Samat pun pamit untuk pulang. Dan Mila merasa lega. Tapi, kekhawatirannya kembali lagi mengingat Angga dengan kondisi sekarat. Ia pun berpikir keras lagi. Apakah harus membawanya ke dokter, memanggil keluarganya atau....
“Kalau gitu sama aja dong aku ketahuan bohong sama Bu Lastri dan Pak Samat”, gumam Mila.
Mila kembali masuk ke kamarnya. Ia melihat Angga yang masih tergeletak di lantai sambil memegangi perutnya. Mila melihat darah yang keluar cukup banyak. Ia bingung harus melakukan apa.
Ia berlari mengambil Hp-nya di dalam tas dan mencari informasi mengenai penanganan luka. Setelah menemukannya, ia kembali melihat kondisi Angga. Ternyata pecahan kaca itu tidak menempel lagi di perut Angga. Padahal sebelumnya ia melihat kaca itu masih menusuk perut Angga saat ia hendak keluar kamar. Mila menduga beberapa saat Angga sempat sadar dan mencoba mencabut kaca itu dari perutnya.
Mila berjalan dengan cepat ke lemarinya untuk mencari kain karena ia tidak mempunyai perban. Namun, ia tidak mempunyai kain yang cocok untuk menutup luka itu. Lalu, matanya tertuju pada kain seprai yang ada di kasur. Ia pun mengambil gunting dan memotongnya memanjang. Kemudian ia ingat menyimpan betadine dan mengambilnya.
Mila cepat-cepat menuangkan obat itu pada potongan kain yang telah di lipatnya menjadi lebih kecil. Tidak punya waktu banyak lagi, Mila langsung membuka kemeja yang di pakai Angga dan ia melihat luka Angga tidak begitu dalam. Mila meletakkan kain itu pada bagian yang tertusuk. Mila melakukannya dengan hati-hati. Setelah itu ia balut perut Angga dengan potongan kain lainnya.
Setelah selesai, Mila membersihkan sisa bercak darah yang ada di tubuh Angga dengan mengelapnya menggunakan air hangat. Mila pun melihat jika darahnya tidak keluar lagi dan itu membuat Mila sedikit lega.
Mila mengambil bantal dan juga selimut untuk Angga. Ia tidak mampu jika harus menggotong tubuh Angga ke atas ranjang. Lagi pula, tubuh Angga tidak boleh banyak bergerak dulu karena akan memicu pendarahan lagi.
Dan pada akhirnya, Mila kembali keluar dari kamarnya dan meninggalkan Angga sendirian di dalam kamar tersebut. Sesekali ia masuk lagi untuk melihat kondisi Angga. Ia melihat pergerakan perut dan dada Angga dalam kondisi normal.
***