Rini terpaksa harus menikah dengan seorang pria koma demi menyelamatkan anaknya yang di sekap oleh ibu tirinya, namun siapa sangka jika pria tersebut adalah seorang yang dulu menghamilinya. Bagaimana kisah Rini selanjutnya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Caca
"Mamah!"
Carlen mengkerut saat mendengar kedua bocah itu memanggil Rini dengan sebutan mamah. Netranya seketika tertuju kepada Caca. Tentu saja ia begitu familiar dengan bocah itu.
"Dokter Hanggarini,"
Seketika nama itu langsung melintas dalam benaknya.
"Tidak salah lagi dia memang orangnya," gumamnya
"Papah!" seru Gala saat melihatnya dari kejauhan
Carlen pun langsung menyingkirkan semua rasa penasarannya terhadap Rini. Ia pun segera menarik sudut bibirnya tersenyum menatap sang buah hati.
Carlen pun membuka kedua tangannya membuat Gala langsung berlari kearahnya dan memeluknya.
Caca langsung menggenggam erat jemari sang ibu dan menatapnya.
"Dimana Papah Caca?" tanyanya lirih
"Oh, papah kamu...." jawab Rini tampak gagap
"Udah meninggal bun, maaf ya udah bikin bunda sedih," tutur Caca
Rini seketika tersenyum kecut mendengar jawaban sang putri.
"Iya sayang gak papa,"
Gala kemudian menarik Carlen untuk menghampiri Rini dan putrinya.
"Papah kenalin adek Caca, dia anaknya mamah," ucap Gala
"Adek, kenalin dia papah aku," imbuhnya
"Caca," gadis kecil itu segera mencium punggung tangan Carlen
Lelaki itu segera melirik kearah Rini.
"Kenapa tak memberitahu aku jika kamu punya anak," ucapnya
"Sorry, aku belum sempat memberitahu mu, ceritanya panjang," jawab Rini
"Ok kalau begitu aku tunggu malam ini di kamarku," jawab Carlen
"Papah, boleh ya Caca tinggal sama kita, kasian dia tinggal di rumah sendirian," rengek Gala
"Anggap saja ini sebagai ucapan terimakasih karena Caca dan mamah sudah menolong Gala dari para penculik itu," imbuhnya
Carlen memperhatikan wajah Caca. Gadis kecil itu tampak menyembunyikan wajahnya dibalik lengan sang ibu.
"Ok, anak kamu boleh tinggal sama kita," jawab Carlen
"Yeay, terimakasih papah!" seru Gala
Ia segera menggandeng Caca dan mengerjakannya masuk kedalam mobil.
Rini tampak menyusul keduanya dan membukakan pintu untuknya.
"Hati-hati ya sayang, mamah akan menyusul kalian nanti," ucap Rini
"Kenapa mamah tidak bareng kita saja," sahut Gala
"Tuh!" seru Rini menunjuk kearah sepeda motornya
"Oh kalau itu biarkan saja Om Rey yang akan mengurusnya," jawab Gala
Bocah itu kemudian memanggil Reynold dan menyuruhnya untuk mengembalikan sepeda motor itu kepada pemiliknya.
Rini menahan tawa saat melihat sikap Gala yang terlihat seperti seorang Bos yang memberikan perintah kepada bawahannya.
"Wah, kamu benar-benar seperti seorang bos kecil, tapi pak bos terimakasih banyak atas tawarannya, biar motornya mamah tinggal di rumah saja, jadi Tuan Reynold tidak perlu mengantar motor ini pada teman mamah," ucap Rini
Bisa bahaya kalau Reynold tahu aku bekerja di rumah sakit, meskipun sebentar lagi dia akan tahu aku ini dokter Hanggarini, tapi setidaknya aku tidak boleh terlihat mencolok,
Rini segera memasukan sepeda motornya dan mengunci rumahnya dan bergegas masuk kedalam mobil.
Perjalanan pulang ke rumah pun terasa begitu cepat saat ketiganya bermain TOD ( Truth or Dare ) selama perjalanan.
Setibanya di rumah Gala langsung menggandeng Caca dan memperkenalkannya kepada Maudy.
"Nenek!" serunya dengan suara riang.
"Gala, syukurlah kamu selamat sayang," ucap Maudy kemudian memeluknya
Wanita paruh baya itu melirik kearah gadis kecil yang di gandeng oleh cucunya.
"Siapa dia, apa dia pacar kamu?" tanyanya sinis
"Bukan nek, dia itu Caca adek aku, cantik kan!" jawab Gala
"Adik??!" Maudy langsung melirik kearah Carlen dan Rini
"Sayang sebaiknya kalian masuk ke kamar ya," ucap Rini
Gala segera menggandeng Caca menuju ke kamarnya.
"Siapa anak itu?" tanya Maudy
"Dia itu anak Rini, sepertinya menantu kesayangan ibu itu sengaja menyembunyikannya dari kita, dia membohongi kita!" jawab Carlen
"Terserah kamu mau bilang apa. Lagi pula kita hanya menikah kontrak dan sebentar lagi akan bercerai, jadi aku pikir itu tidak masalah. Jangan khawatir aku tidak akan memaksa kalian untuk menerima putriku apalagi menyuruhnya untuk tinggal di sini. Aku akan membawanya pulang," jawab Rini tampak pasrah
Ia tahu pasti keluarga Wibisono tidak akan menerima putrinya.
Maudy menatap wajah gusar Rini. Meskipun sebenarnya ia merasa kecewa kerena Maudy tak memberitahunya jika ia memiliki seorang anak, namun ia tahu pasti Rini memiliki alasan tersendiri kenapa melakukannya.
Lagipula ia juga sangat ingin memiliki cucu perempuan jadi Maudy tak mempermasalahkannya. Wanita itu menghampiri Rini dan menggandeng lengannya.
"Aku tahu kamu pasti punya alasan tersendiri kenapa tak memberitahu kami jika kamu itu seorang janda beranak satu. Lagi pula aku sangat menginginkan seorang cucu perempuan jadi tidak masalah jika anakmu tinggal di sini," jawabnya seketika membuat Rini langsung terkesiap mendengarnya
Bukan hanya Rini yang terkejut mendengar jawaban Maudy tapi juga Carlen. Ia begitu kaget saat mengetahui sang ibu justru membela Rini.
"Wah aku tak menyangka, ibu yang biasanya sangat menjaga nama baik keluarga tiba-tiba luluh oleh seorang Janda!" seru Carlen sinis
"Jangan berkata seperti itu, siapapun Rini dan bagaimana masa lalunya aku tidak peduli, selama ia sangat menyayangi Gala dan selalu melindunginya ibu akan selalu membelanya. Meskipun Rini bukan ibu kandungnya tapi aku bisa melihat dengan jelas bagaimana ia sangat menyayanginya seperti anak kandung sendiri, dia bahkan rela mengorbankan nyawanya demi Gala," ucap Rini seketika membuat Carlen terdiam
"Sekali lagi terimakasih Ririn karena sudah menjadi ibu tiri yang baik untuk Gala, padahal aku tadinya berpikir kamu akan menjadi ibu tiri yang kejam seperti di sinetron," imbuhnya
Rini pun tersenyum mendengar ucapan sang mertua.
"Sama-sama ibu, ya sudah kalau begitu aku akan membawa Caca pulang, kasian dia butuh istirahat," jawab Rini
"Kenapa harus pulang, anakmu boleh tinggal di sini. Mulai hari ini dia akan menjadi anggota keluarga Wibisono," cegah Maudy
Rini tak kuasa menahan rasa harunya mendengar jawaban sang mertua. Saat ia memalingkan wajahnya untuk mengusap air matanya yang hendak jatuh, Maudy justru datang memeluknya.
"Jangan bersedih, sebagai seorang wanita aku tahu apa yang kamu rasakan," ucap Maudy membuat tangis Rini pun seketika pecah
"Terimakasih banyak ibu, terimakasih sudah mau menerima Rini dan Caca," ucapnya lirih
"Iya sayang," ucap Maudy sambil mengusap lembut kepalanya
Carlen pun ikut merasa terharu melihat pemandangan di depannya.
"Bagaimana bisa ibu berubah sebaik ini padanya," gumam Carlen
Ia kemudian bergegas pergi meninggalkan keduanya.
"Ya sudah sebaiknya kamu istirahat saja, kamu pasti lelah kan karena sudah mencari Gala seharian. Biar ibu yang akan mengurus putrimu," ucap Maudy
Wanita itu melepaskan pelukannya, dan mengusap air matanya.
Rini pun mengangguk, "Baik ibu, sekali lagi terimakasih sudah menerima kami," ucap Rini sebelum pergi meninggalkannya
Saat ia memasuki kamarnya Carlen sudah menunggunya di depan pintu.
"Kamu masih berhutang sebuah pengakuan padaku," ucap Carlen
"Ok, apa yang ingin kamu ketahui dariku?" tanya Rini
Baru saja Carlen ingin mengatakan sesuatu tiba-tiba seorang pelayan menghampiri mereka.
"Maaf Nyonya, ibumu datang mencari anda,_" ucap pelayan wanita itu
"Ibuku??" sahut Rini melotot
"Benar, dia bilang ingin bertemu dengan anda dan ini sangat penting!"