NovelToon NovelToon
CINTA Di Ujung PISAU

CINTA Di Ujung PISAU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Rmaa

Elina Widiastuti, dengan rambut sehitam malam yang terurai lembut membingkai wajahnya yang cantik jelita, bukanlah putri seorang bangsawan. Ia hidup sederhana di sebuah rumah kecil yang catnya mulai terkelupas, bersama adik perempuannya, Sophia, yang masih belia, dan kedua orang tuanya. Kehidupan mereka, yang tadinya dipenuhi tawa riang, kini diselimuti bayang-bayang ketakutan. Ketakutan yang berasal dari sosok lelaki yang menyebut dirinya ayah, namun perilakunya jauh dari kata seorang ayah.

Elina pun terjebak di pernikahan tanpa dilandasi rasa cinta, ia pun mendapatkan perlakuan kasar dari orang orang terdekatnya.

bagaimana kelanjutannya?

silahkan membaca dan semoga suka dengan ceritanya.

mohon dukung aku dan beri suportnya karena ini novel pertama aku.
jangan lupa like, komen dan favorit yah 😊
kunjungan kalian sangat berarti buat aku. see you

selamat membaca


see you 😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Rmaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

flashback on

Elina mengingat dengan jelas bagaimana hidupnya berubah drastis. Adiknya, Sophia, adalah sosok yang ceria dan penuh impian. Namun, semua itu lenyap ketika Hendra, ayah mereka yang kejam dan tak berperasaan. Ketika utang-utang menggunung, ia tidak segan-segan menahan Sophia sebagai jaminan, menuntut tebusan yang tidak masuk akal.

"kak Elina, tolong! Aku takut!" Suara Sophia yang penuh kepanikan masih terngiang jelas di telinganya. Bayangan wajah adiknya yang pucat dan ketakutan menghantui setiap mimpinya. Hendra, yang seharusnya menjadi pelindung, justru menjadi momok menakutkan yang mengancam keselamatan Sophia.

Dalam keputusasaan, Elina mencari bantuan ke mana-mana.ia juga tidak mungkin meminjam uang kepada sahabatnya,mengingat jumlah nya yang begitu sangat banyak. Waktu terus berjalan, dan ancaman Hendra semakin nyata. Ia merasa terpojok, tanpa harapan.

Kemudian tanpa sengaja Elina bertemu Axel saat hendak masuk ke restoran.dari situ Axel mempunyai ide untuk menggunakan Elina dalam bagian rencananya. dan Axel akan membayarnya dengan jumlah yang cukup banyak melebihi yang diminta oleh papanya.

Tawaran itu datang dengan harga yang mahal.Elina harus menjadi "pacar" Axel untuk sementara waktu, menjadi bagian dari rencananya yang penuh intrik.

Axel, dengan tatapan dinginnya yang menusuk, tidak menunjukkan sedikit pun rasa simpati. Ia hanya melihat Elina sebagai alat untuk mencapai tujuannya, tanpa memperdulikan perasaan dan nasib Elina.

"Ini satu-satunya caramu menyelamatkan adikmu," kata Axel, suaranya datar dan tanpa emosi. Elina tersentak. bagaimana bisa Axel tau apa yang dialaminya sekarang.

"Terima atau tolak. Aku tidak punya waktu untuk belas kasihan."

Elina merasa terjebak dalam perangkap yang mengerikan. Ia harus memilih antara keselamatan adiknya dan harga dirinya. Dalam keputusasaan, ia menerima tawaran itu. Ia tahu bahwa ia sedang berurusan dengan iblis, tetapi ia tidak punya pilihan lain.

Ia harus menyelamatkan Sophia, apapun risikonya. biar bagaimanapun juga Axel pernah membantunya dalam misi penyelamatan shopia dengan cuma cuma dan sekarang ia harus membalas kebaikan Axel, walupun juga ia telah mengorbankan nyawanya. tetapi shopia lebih berharga dari apapun.

kini kesepakatan itu sama sama saling menguntungkan. berharap ia segera bisa bertemu lagi dengan adiknya.

Flashback off

.

.

Mentari pagi menyinari kamar Elina, namun cahaya itu tak mampu menembus kesedihan yang menyelimuti hatinya. Ia bangun lebih awal, jauh sebelum ayam berkokok. Gerakannya tergesa-gesa, namun hati terasa berat. Hari ini, ia akan meninggalkan rumah, rumah yang menyimpan begitu banyak kenangan pahit. Rumah yang pernah dipenuhi tawa dan kasih sayang, kini hanya menyisakan bayangan ketakutan dan kesedihan.

Dengan tangan gemetar, Elina mengemasi barang-barangnya. Baju, buku, dan beberapa pernak-pernik kecil. Di antara barang-barangnya, ia menemukan sebuah bingkai foto. Foto ibunya yang tersenyum manis. Air mata mengalir deras membasahi pipinya. Kenangan akan mamanya yang telah meninggal dunia kembali menghantuinya. Rasa kehilangan yang mendalam menusuk hatinya. Ia merindukan pelukan hangat mamanya , sentuhan lembutnya, dan kasih sayangnya yang tak tergantikan.

Setelah memasukkan foto mamanya ke dalam tas, Elina melanjutkan pekerjaannya. Ia merasa seperti sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi pertempuran terakhir. Pertempuran melawan papanya, Hendra, yang kejam dan tak berperasaan. Pertempuran untuk merebut kembali kebahagiaan dan kebebasan adiknya, Sophia.

Dengan uang yang telah ia terima dari Axel, Elina bertekad untuk menebus Sophia dari cengkeraman sang papa. Ia akan membawa Sophia menjauh dari Hendra, menjauh dari rumah yang penuh dengan ketakutan dan kekerasan. Ia akan menciptakan kehidupan baru bagi mereka berdua, kehidupan yang dipenuhi dengan cinta, kasih sayang, dan kebahagiaan. Ia akan memastikan bahwa Sophia akan tumbuh dalam lingkungan yang aman dan penuh dengan harapan.

Meskipun hatinya dipenuhi dengan kesedihan dan ketakutan, Elina berusaha untuk tegar. Ia harus kuat demi Sophia. Ia harus menjadi pelindung bagi adiknya, seperti mamanya yang selalu melindunginya. Dengan tekad yang bulat, Elina menyelesaikan pekerjaannya mengemasi barang-barang.

Elina keluar dari rumah, membawa koper kecil dan tas ransel di pundaknya. Rumah yang telah menjadi saksi bisu penderitaannya kini tertinggal di belakang. Langkahnya pasti, meskipun hatinya masih dipenuhi kesedihan dan ketakutan. Namun, secercah harapan mulai menyala.

Di depan gerbang, Luna, sahabatnya yang setia, telah menunggunya. Wajah Luna memancarkan kelegaan dan dukungan. Ia memeluk Elina erat.

"Akhirnya," bisik Luna, suaranya bergetar.

"Aku sudah tidak sabar untuk memulai hidup baru," kata Luna, suaranya penuh semangat saat mereka berjalan menuju kontrakan kecil yang sederhana.

"Meskipun kecil, ini rumah kita."

Elina tersenyum tipis, air mata masih mengancam untuk jatuh.

"Terima kasih, Luna," katanya, suaranya masih bergetar. "Kau selalu ada untukku."

"Tentu saja," jawab Luna, sambil menggenggam tangan Elina.

"Kita akan melewati ini bersama-sama. Kita akan membangun kehidupan baru yang lebih baik."kata Luna lagi.

Saat mereka memasuki kontrakan, Elina menatap sekeliling. Ruangannya kecil, sederhana, tapi bersih dan nyaman.

"Ini... ini lebih baik daripada yang kuharapkan," kata Elina, suaranya masih bergetar, tetapi kali ini lebih karena haru.

Luna tersenyum.

"Kita akan membuat tempat ini menjadi rumah yang hangat dan nyaman," katanya. "Kita akan mengisi rumah ini dengan tawa dan kebahagiaan."

Elina mengangguk, matanya berkaca-kaca.

"Sophia akan sangat senang di sini," katanya. "Dia akan bebas dari Papa."

"Ya," jawab Luna, sambil memeluk Elina lagi. "Kita akan memastikannya. Kita akan melindungi Sophia. Kita akan membangun masa depan yang lebih baik untuk kalian berdua."

Elina bersandar pada Luna, merasakan dukungan dan kekuatan dari persahabatan mereka. Di rumah kecil itu, di tengah kesederhanaan dan keterbatasan, ia merasakan harapan yang baru. Harapan untuk masa depan yang lebih baik, masa depan yang bebas dari bayang-bayang kekejaman dan penderitaan. Di sini, bersama Sophia, ia akan memulai babak baru dalam hidupnya.

Setelah menyelesaikan urusan di kontrakan, Elina dan Luna berjalan menuju restoran tempat mereka bekerja. Udara siang hari terasa lebih cerah, lebih hangat, seakan mencerminkan harapan baru yang tumbuh di hati Elina. Langkah kakinya terasa lebih ringan, beban di pundaknya terasa berkurang. Meskipun masa lalu masih menghantuinya, ia merasa lebih optimis tentang masa depan.

Sepanjang perjalanan, mereka mengobrol tentang rencana mereka untuk masa depan. Luna mendengarkan dengan penuh perhatian cerita Elina tentang rencana untuk Sophia, tentang sekolah, tentang lingkungan yang aman dan nyaman untuk adiknya.

Luna memberikan saran dan dukungan, menawarkan bantuannya dalam hal apapun yang dibutuhkan Elina. Persahabatan mereka yang kuat menjadi pendorong semangat bagi Elina untuk menghadapi tantangan yang akan datang.

Sesampainya di restoran, suasana kerja yang ramai dan sibuk menyambut mereka. Bau makanan yang harum dan suara riuh pelanggan mengingatkan Elina pada rutinitas sehari-harinya. Ia merasa sedikit lega, kembali ke zona nyamannya.

Namun, ada perbedaan. Kali ini, ia bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, tetapi juga untuk masa depan Sophia. Ia bekerja dengan semangat baru, semangat untuk membangun kehidupan yang lebih baik bagi adiknya.

.

.

.

Lanjut yah

See you 😊

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!