Kisah Cinta antara seorang duda beranak satu dengan gadis cantik yang ternyata adalah adik dari asistennya sendiri.
Semuanya berawal ketika Ghea bertemu dengan bocah tampan bernama Gathan. Dilanjutkan dengan pertemuan Ghea dengan Gavin, yang ternyata adalah ayah dari Gathan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BatagorAci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 8
"Saya ini seorang duda Ghea, kamu pasti udah tau mungkin itu dari abang kamu. Saya yakin dengan kamu yang berparas cantik dan dilengkapi dengan kepribadian baik, pasti menjadi incaran banyak anak muda yang lebih baik dan tampan dari saya." Ucap Gavin membuang nafas nya kasar.
"Justru itu, karna saya tau kalo bapak duda saya suka sama bapak. Nggak elite kan kalo saya malah suka sama laki-laki yang masih jadi suami orang? mending duda nggak ada yang punya." Jelas Ghea lagi. Gavin terlihat diam mencerna ucapan Ghea barusan.
"Gimana kalo kita adek kakak an aja, kayak kamu sama Satya? Kita juga bisa temenan." Ujar Gavin.
"Yahhh...kok adek kakak an sih." Desah Ghea menghela napas.
"Terus kamu maunya kita kayak gimana? Lagian kamu ini masih muda tapi sukanya sama duda anak satu, biasanya mah gadis-gadis kayak kamu pacarnya cowok-cowok ganteng dikampus. Nah ini malah bertolak belakang." Ucap Gavin pada Ghea.
"Saya maunya tuh jadi ibu dari anak-anak kita nanti pak hehe, jadi ibu sambung Gathan juga saya udah siap lahir batin." Balas Ghea dengan yakin.
Lagi-lagi perkataan Ghea berhasil membuat wajah Gavin merona tersipu malu, apa katanya 'ibu dari anak-anaknya kelak? dan ibu sambung Gathan'
Gavin tak habis pikir dengan gadis disampingnya ini, yang masih tak gencar untuk menggodanya.
"Kamu ini masih terlalu muda buat punya anak segede Gathan, jadiin adik aja lah." Ujar Gavin. Ghea kembali menghela nafas karna Gavin masih malu-malu menurutnya.
"Bapak serius gitu nggak ada kesan tersendiri pas ketemu saya pertama kali?" tanya Ghea penasaran.
"Ada lah, menurut saya kamu orang nya cantik luar dalem walau belum ngenal dalem juga. Tapi naluri saya bilang kalo kamu ini gadis baik-baik." Jawab Gavin.
"Nah itu tau kalo saya cantik luar dalem, masa bapak nggak something gitu sama saya?" Tanya Ghea mengkode Gavin. Entah berhasil atau tidak yang penting usaha! Itu semboyan yang diterapkan Ghea dalam hidupnya.
"Saya nggak tau Ghe, bingung sama perasaan saya sendiri." Ternyata Gavin sudah paham maksud Ghea.
"Bapak hadap saya bentar deh." titah Ghea, Gavin pun langsung menoleh kearah Ghea.
"Kalo saya bilang saya suka sama bapak, bapak percaya nggak?" tanya Ghea sambil menatap dalam kedua mata sayu Gavin.
"Saya-
"Bapak nyaman nggak sih kalo saya ada disekitar bapak, atau bapak malah risih kalo saya ada disekitar bapak?" Tanya Ghea lagi.
"Saya nggak risih kalo kamu ada di deket saya, mungkin saya nyaman." Jawab Gavin lirih kedua manik matanya terpaku pada mata indah Ghea.
"Kenyamanan adalah hal pertama yang dibutuhkan dua orang untuk menjalin hubungan." Ucap Ghea.
"Bukankah cinta itu lebih dari sekadar materi? Tapi, lebih dari kenyamanan hati tanpa sekat tersembunyi." sambung Ghea lagi, pandangannya tak terputus dari kedua manik mata Gavin.
"Maksud kamu yang saya rasakan nyaman saat bersama kamu disebut cinta?" tanya Gavin.
"Mungkin gitu, saya ngerasain hal yang sama soalnya." Balas Ghea.
"Jawaban kamu aja masih ngambang, gimana saya mau percaya kalo itu disebut cinta? Saya nggak mau seseorang bilang cinta sama saya tapi pada kenyataannya cuma sebatas rasa kasian belaka." Balas Gavin memalingkan wajah nya kesembarang arah. Disini Ghea malah menjadi bingung sendiri, Gavin malah salah paham dengan ucapan nya.
Gimana mau tau rasanya cinta, orang Ghea aja belum pernah ngerasain pacaran. Kalo Dighosting mungkin pernah, waktu ia masih sekolah menengah dulu.
"Tapi saya yakin, cinta bisa timbul dari rasa nyaman." Balas Ghea yakin.
"Ayo lah Ghe, saya nggak mau berharap lebih sama kamu. Takutnya rasa nyaman itu nanti bikin saya naruh rasa terlalu dalam ke kamu." Guman Gavin.
"Saya yakin pak, kalo yang saya rasain ini cinta, bukan obsesi, atau rasa kasian belaka sama bapak. Ngapain saya kasian sama bapak, orang bapak orang kaya kan." Balas Ghea.
"Tapi kamu aja masih ragu Ghea." Bantah Gavin.
"Ish udah dibilangin saya ini suka sama bapak, saya cinta sama bapak masih aja nggak percaya. Apa saya perlu bukti buat ngeyakinin bapak, kalo saya udah bener-bener cinta sama bapak?" Ucap Ghea sambil mengomel.
"Bukti? Itu lebih baik daripada cuma rasa ragu belaka." Balas Gavin. Ghea semakin gemas dengan Gavin yang tak percaya dengan perasaanya.
"Bapak geseran sini coba, madepnya juga kesini biar saya gampang buktiinnya." Ucap Ghea. Gavin melakukan hal yang Ghea minta, duduk agak dekat dengan Ghea dan menghadap Ghea.
"Oke siap?" Ghea. Gavin yang tak paham hanya menganggukkan kepala saja. Setelah mendapat jawaban dari Gavin, Ghea mulai menarik nafas dan memulai aksinya .
Ghea mendekatkan wajah nya dengan wajah Gavin, matanya tertuju pada bibir Gavin.
Ccuppp
"Ghea kamu-
"Shutttt diem biar saya buktiin dulu." Ghea menyerahkan first kiss nya kepada bibir Lembut Gavin.
Ghea kembali menempelkan bibirnya pada bibir Gavin, gadis itu memulai aksinya dengan menghisap kecil bibir Gavin. Walau masih agak kaku karna ini yang pertama untuk Ghea, gadis itu melakukan semaksimal mungkin.
Sedangkan Gavin masih diam dengan keterkejutannya, jadi yang dibilang bukti oleh Ghea tadi adalah sebuah ciuman bibir.
Ciuman terhenti saat Gavin melepas pangutan Ghea.
"Kenapa dilepas, katanya mau bukti?" tanya Ghea sambil menatap Gavin.
"Kamu masih terlalu kaku untuk memimpinnya, biar saya aja." Balas Gavin tersenyum pada Ghea. Ghea tak menyangka akan mendapat jawaban itu dari Gavin.
Apa Gavin sudah percaya dengan bukti yang ia berikan? pikir Ghea.
Ghea Mengangguk sambil tersenyum malu. Gavin menyunggingkan senyum tipisnya melihat Ghea malu-malu, padahal gadis itu yang tadi memulainya terlebih dahulu.
Mereka kembali menyatukan bibir mereka. Kali ini Gavin lebih aktif dari sebelumnya. Bahkan mereka mengabaikan keberadaan Gathan yang tengah tertidur diantara mereka.
Gavin mengikuti instingnya untuk ******* bibir Ghea. Bibirnya mengabsen setiap inci rongga mulut Ghea. Mungkin sebentar lagi bibir Ghea akan menjadi candu untuknya, karna bibir Ghea terasa manis dilidahnya.
Sedangkan Ghea sedikit-sedikit membalas ciuman Gavin, walau masih agak terlalu kaku.
Gavin menahan salah satu tangannya ditengkuk Ghea agar memperdalam ciumannya, dan tangan satunya ia gunakan untuk merengkuh pinggang Ghea dari samping. Sedangkan tangan Ghea mencengkeram jas yang membalut kemeja Gavin agar tubuhnya tidak menimpa Gathan.
Keduanya menikmati pertukaran saliva sambil memejamkan mata masing-masing.
Namun tiba-tiba Satya membuka pintu dan masuk tanpa permisi.
Ceklekk
"Bos saya mau minta tanda-
"Astagfirullah kalian berdua ngapain!"
"*Bang Sat mampus gua!" Ghea.
"Satya! astaga pasti dia bakal marah pada ku!" Gavin*.