WANTED DILARANG JIPLAK !!! LIHAT TANGGAL TERBIT !!!
Karena ketidaksengajaan yang membuat Shania Cleoza Maheswari (siswi SMA) dan Arkala Mahesa (guru kimia) mengikat janji sehidup semati di hadapan Tuhan.
Shania adalah gadis dengan segudang kenakalan remaja terpaksa menikah muda dengan gurunya Arka, yang terkenal dingin, angkuh dan galak.
Tapi perjuangan cinta Shania tak sia sia, Arka dapat membuka hatinya untuk Shania, bahkan Arka sangat mencintai Shania, hanya saja perlakuan dingin Arka di awal pernikahan mereka membuat lubang menganga dalam hati Shania, bukan hanya itu saja cobaan rumah tangga yang mereka hadapi, Shania memiliki segudang cita cita dan asa di hidupnya, salah satunya menjadi atlit basket nasional, akankah Arka merelakan Shania, mengorbankan kehidupan rumah tangga impiannya ?
Bagaimana cara Arka menyikapi sifat kekanakan Shania.Dan bagaimana pula Arka membimbing Shania menjadi partner hidup untuk saling berbagi? ikuti yu asam manis kehidupan mereka disini..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dislokasi sendi
Saat Shania dibawa ke pinggir lapangan tim medis segera membawa kompresan es beserta peredam nyeri semprot. Shania sampai sesenggukan menahan sakitnya. Mata dan wajahnya memerah.
"Ambulance sudah siap !"
Shania diangkat ke atas blangkar dan dimasukkan ke dalam ambulance. Pihak sekolah langsung turun tangan.
Arka melajukan motornya yang belum sempat ia ganti dengan mobil ke RS yang disebutkan Inez, karena Inez mengikuti ambulance Shania.
Dislokasi Sendi itulah yang terjadi. Pergeseran sendi saat lutut mengalami hantaman keras terutama saat olahraga, cedera lutut ini diketahui dapat menyebabkan kerusakan parah pada semua komponen penyusun lutut, kerusakan juga bisa menimpa sistem saraf dan pembuluh darah pada lutut. (sumber. alodokter)
Arka membuka pintu ruangan UGD, disana sudah ada Inez, dan beberapa pihak sekolah.
"Saya wali Shania, " ucap Arka.
"Pak Arka ?!" tanya seorang dari pihak sekolah.
"Iya, orangtua Shania sudah mengamanatkan Shania pada saya," jawab Arka. Beberapa yang tidak tau hanya saling melirik bingung, tapi tak ayal mengangguk mempersilahkan Arka menemui dokter.
Arka menghembuskan nafasnya kasar mendengar penjelasan dokter.
"Lakukan saja yang terbaik dok, " jawabnya.
"Untung saja dari hasil rontgen tak ada komponen lutut yang mengalami kerusakan, kami akan melakukan reduksi adalah suatu tindakan untuk mengembalikan tulang ke posisi semula," jelas dokter.
Arka masuk ke dalam ruangan Shania.
"Bapak ngapain disini ?!" tanya Shania membeo, menghapus jejak jejak air matanya, tak ingin terlihat sedang menangis.
"Menurut kamu saya ngapain ? istri masuk RS lalu saya harus dimana? di bar, cafe ?" tanya Arka, Shania menunduk melihat lututnya.
"Saya tidak akan bertanya kenapa bisa sampai begini, yang jelas setelah ini kamu harus istirahat total di rumah, ibu rencananya pulang nanti sore," jawabnya.
"Jemput aja ibu kalo gitu," jawab Shania.
"Ibu dijemput Dimas, seseorang sedang membutuhkan saya disini, " jawab Arka duduk di samping Shania yang mulai salah tingkah.
"Nona Shania, mari ke ruang tindakan," perawat membawa Shania masuk ke dalam ruangan tindakan.
"Selama tindakan, saya tinggal dulu untuk ambil mobil. Tidak mungkin saya bawa kamu pake motor," Shania mengangguk.
Awalnya Shania disuntikkan anestesi, lalu dokter ortopedi melakukan reduksi, dan memasang penjepit agar bagian yang bergeser tak kembali bergerak.
Cukup lama, sampai Arka bisa kembali lagi dengan membawa mobil, saat keluar kaki Shania sudah dipasangi gips.
"Apakah sudah bisa pulang dok ?" tanya Arka.
"Sudah, tapi rutinlah cek kondisi, lalu temuilah dokter fisioterapi untuk mengembalikan fungsi semula, nanti saya catat dan rekomendasikan."
Arka mengangguk dan membawa Shania menggunakan kursi roda. Para official dari sekolah sudah menunggu bersama beberapa siswa.
Bukan hanya Cakra yang mengerutkan dahinya, melihat Arka di dalam bersama Shania.
"Ngapain pak Arka disini ? dari tadi ?" tanya Roy mewakili pertanyaan Cakra.
"Pak Arka wali Shania, " jawab beberapa yang lain.
"Apa ?! ko bisa ?!" pertanyaan itu semakin membesar seperti balon yang ditiup di otak mereka.
"Mana gue tau, " jawab lainnya.
"Pak, saya bawa Shania pulang !" ucap Arka pada guru yang ada disitu.
"Tunggu ! pak Arka kenapa bisa disini ?" tanya Cakra.
"Kenapa tidak bisa ? saya wali Shania, " jawabnya kaku bagai kanebo kering meninggalkan Cakra dan yang lainnya dengan kebingungannya.
"Cak, makasih ya !" Shania tersenyum.
"Sama sama, " jawabnya masih dengan dahi berkerut.
Badan Shania begitu enteng untuk Arka, hingga ia dengan mudah menggendong Shania masuk ke dalam mobil, dan memasangi seatbelt.
"Udah kaya robot aja gue pake beginian !" gerutunya. Jika sudah seperti ini, gadis ini sudah kembali menjadi Shania.
"Ambil saja hikmahnya, kamu harus istirahat, ga boleh pecicilan !" jawab Arka membuat Shania melotot.
"Pecicilan ?!!" Shania memicingkan mata permusuhan untuk Arka seperti squidward yang kesal pada si kotak kuning dan memukul bahunya lalu memalingkan wajah.
"Shania mau ke cafe !" ucapnya songong dan angkuh, menirukan gaya bicara Arka yang tak ingin terbantahkan saat pertama mereka bertemu.
"Kamu istirahat !" ucap Arka tak kalah sengit.
"Shania mau sandwich tuna yang ada di cafe sama coffe float !" tak terbantahkan.
"Nanti saya buatkan, "
"Tapi Shania maunya di cafe ! di rumah sumpek, sepi ! ibu datangnya sore kan ?!"
Arka melajukan mobilnya menuju cafe, sesuai keinginan Shania. Kebetulan cafe belum terlalu ramai, karena belum masuk waktu makan siang.
Arka kembali menggendong Shania, percayalah ada glenyer aneh dan darah berdesir diantara keduanya dalam posisi seperti ini.
Sial !!! Shania, loe ga boleh deg deg an gini sama kalajengking, yang ada dia jajah loe lagi, kaya dulu.
"Kayanya saya harus usaha ekstra memberi kamu makan, kamu enteng kaya boneka, karena makanan kamu kebanyakan keripik, " senyumnya miring.
"Ga lucu ! kingkong !" sarkas Shania. Dan lucunya si boneka istrinya kingkong, otak cetek Shania menggerutu.
"Shania ?!" Dimas melihat sepasang manusia ini dalam kondisi mengkhawatirkan hati.
"Ngapain Shania digen...ya Allah kakimu kenapa Sha?" tanya Dimas.
"Mbak Shania, kakinya kenapa ?" tanya Arga.
"Biasa kalo Carmelo Anthony (atlit NBA) mah cedera, " jawab Arka mengulum bibirnya, yang dihadiahi pelototan dan sentilan di bibirnya dari Shania.
Dimas menggandeng tangan seorang anak laki laki berusia 3,5 tahun.
"Om Kala !!!" pekiknya.
"Hay Ori !" Shania membulatkan matanya.
"Kala ?!" ia mengguman sambil tertawa kecil.
"Kala..jengking ?!" tawanya kembali pecah, tapi Arka hanya diam tak menggubris bullyan Shania.
"Bukan kalajengking kaka, itu om Kala..." jawab Ori.
"Ori, kenalan dong...ini kaka Shania, mamah Ori yang ga jadi, " ujar Dimas, yang memancing kaki Arka untuk menginjak kakinya. Begitupun Arga yang menepuk punggung Dimas dengan lap meja.
"Awwww, santai santai bruhh !" aduh Dimas sedangkan sang anak hanya diam melongo sesekali melirik para orangtua ini berkelakar.
"Ori ikut papah kerja ?" tanya Shania, yang duduk di salah satu kursi.
Anak dengan rambut kriwil ini mengangguk membuat rambut kriwilnya berguncang, "ih lucu banget sih kamu !!!! ganteng deh, mau jadi jodoh kaka ngga ?!" Shania mencubiti pipi Ori gemas.
"Jodoh papahnya aja Sha, mau ko !" bukan Ori yang menjawab tapi Dimas.
"Kaka kakinya kenapa ?" tanya Ori.
"Jatuh, waktu lagi main basket !" jawab Shania.
Melihat mulai banyak pelanggan yang datang, Arka kembali menggendong Shania.
"Sebaiknya kamu di ruangan saya saja, disini terlalu ramai, " mengingat Shania masih dengan pakaian basketnya yang menapilkan tulang se lang ka, leher dan bahu mulus Shania.
Arka membawa Shania ke ruangan belakang dimana ruangannya berada.
"Tunggu disini, nanti sandwich tunanya saya antar !"
"Ori mau disini Dim ?" tanya Arka.
"Engga, sambil jemput ibu loe, gue mau anter ke rumah emaknya Dinda, " jawab Dimas, Shania mengerutkan dahinya saat mendengar tempat emaknya.
"Ka Shania ko digendong gendong sama om Kala sih kaya Ori, " dari tadi anak itu terheran heran wanita sebesar Shania masih saja digendong.
"Ka Shania ini bayinya om Kala, " jawab Arka membuat Shania kembali menepuk Arka, padahal jantungnya sudah berlarian kesana kesini mendribble bola.
"Ka Dimas, ko dipulangin ?! biarin Ori sama Shania aja disini !" seru Shania.
"Ini bagian emaknya yang ngasuh, Sha...biar ga sirik !" jawab Dimas.
"Loh emang ga ngurus barengan ?" tanya Shania.
"Gue cerai Sha, gue single daddy, " jawab Dimas, Shania terkesiap dan berohria.
"Cerai ya, " Shania menunduk dan mengangguk angguk.
"Ya udah deh Ka, Sha..gue pergi dulu, mana kunci mobil Ka?" tanya Dimas, Arka melempar kunci mobilnya pada Dimas.
"Dadah om Kala ! dadah ka Shania !!" Ori melambaikan tangannya.
"Dah, " Shania berseru begitupun Arka yang membalas lambaian tangan Ori.
"Tidak usah memikirkan macam macam, contohnya perceraian. Mereka memang sudah tidak cocok, dan tak ada usaha untuk mencocokkan diri, jangan diikuti !!" ucap Arka seakan tau apa yang dipikirkan Shania. Ia lantas keluar ruangan untuk membuatkan pesanan Shania.
.
.
.
.
.
nyambung dimana tuh panggilan? gak ada keren"nya gak sepaket amat. mereka masih muda bagusnya mommy daddy, ayah ibu ketuaan untuk mereka terlebih sih shania. kan kalau mommy kece buat shanian...hot mommy,..lah kenapa beda sama si lakinya berasa salah satunya orang tua sambung si xia😪
baru bener😪