Sarah harus menelan pil pahit, suami yang dicintainya malah menggugat cerai. Namun, setelah resmi bercerai Sarah malah dinyatakan hamil.
Kenyataan pahit kembali, saat ia akan mengatakan bahwa dirinya hamil, ia malah melihat mantan suaminya bersama teman wanitanya yang terlihat lebih bahagia. Sampai pada akhirnya, ia mengurngkan niatnya.
Sarah pergi dari kehidupan mantan suaminya. Akankah mantan suaminya itu tahu bahwa dirinya hamil dan telah melahirkan seorang anak?
Ini hanya sekedar hiburan ya, jadi jangan berkomentar tak mengenakan, jika tidak suka skip saja. Hidup itu harus selalu dibawa santai😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 10
Wita mengerutkan kedua alisnya hampir menyatu, kenapa ia harus menggantikan Sarah? Kalau ketahuan bagaimana? Nanti dipecat dan tidak ada kesempatan lagi untuknya bekerja.
Sarah memohon, bahkan hampir berlutut. Namun, Wita segera menghentikan aksi wanita itu.
"Beri aku alasan yang jelas kenapa aku harus menggantikan Mbak Sarah? Kalau bos tau dan aku dipecat bagaimana? Apa Mbak mau tanggung jawab? Aku punya adik tiga, Mbak. Aku harus bantu orang tuaku membiayai sekolah mereka." Wita tidak mau punya masalah dengan pekerjaannya karena ini menurutnya sudah penipuan.
"Aku jelasin nanti, tapi sekarang bantuin dulu. Kamu pakai masker, dan bilang kalau nama-mu Sarah Amalia, asli orang sini. Pokoknya yakinkan pemilik perusahaan itu."
"Kalian ngapain masih di sini? Cepat pergi! Dan kamu, Wita. Cepat selesaikan tugas kemarin, kalian itu masih tahap seleksi," ujar pengawas galak itu.
Sarah memutarkan tubuh Wita, menyuruhnya untuk segera menemui bos. Tubuh gadis itu sudah bergetar, ia benar-benar takut ketahuan. Setelah menanyakan ruangan pemilik perusahaan itu kebeberapa orang akhirnya ia tiba di hadapan pintu pimpinan, jantungnya seakan mau copot. Bulir keringat bermunculan di kening.
Saat ia akan masuk dan mengetuk pintu tiba-tiba saja ...
"Siapa kamu? Ada keperluan apa datang ke ruangan pimpinan?" Ternyata, sejak kemarin Nadia tidak pulang ke Jakarta. Ia tahu kalau urusan Farhan di sini masuh belum selesai, ia memastikan pria itu tidak mencari keberadaan mantan istrinya.
"Sa-saya disuruh menemui beliau," ujar gadis itu. "Buset, siapa sih dia galak bener?!" batin Wita.
Nadia akhirnya membuka pintu dan langsung masuk.
"Ayo masuk," ajak Nadia. "Han, ada yang cari kamu tuh," kata Nadia.
Farhan sendiri terkejut, tenyata Nadia masih di sini. Seharusnya wanita itu membantu Bayu di perusahaan pusat bukannya malah di sini, dan ikut sibuk mengurusi kehidupannya.
"Duduk," ucap Farhan pada gadis itu. "Siapa nama-mu?" tanya Farhan sambil melihat CV gadis itu yang ia kira adalah mantan istrinya, sepertinya dugaannya salah. Tapi gadis belum menjawab, setidaknya ada harapan bahwa yang datang ke ruangannya memang bukan Sarah Amalia.
"Sa-sarah, Pak," jawabnya.
Nadia yang mendengar langsung melotot, dan membuka masker gadis itu.
"Nadia!" sentak Farhan. "Tidak sopan!" cetusnya lagi. "Kamu kenapa? Setiap aku berurusan dengan yang namanya Sarah kamu selalu begini, minta maaf padanya!"
"Maaf," ucap Nadia dengan wajah culasnya.
"Benar nama-mu Sarah Amalia? Umurmu 25 tahun?" Farhan melihat gadis itu dari ujung kaki sampai ujung kepala, tidak terlihat umur 25, malah terlihat seperti 18 sampai 19 tahun.
Gadis itu menggelengkan kepala, tapi detik berikutnya mengangguk.
"Jangan gugup, saya hanya tanya nama dan umur-mu bukan untuk dijadikan istri," ucap Farhan.
"Farhan!" protes Nadia.
"Sudah, kamu kembali ke tempatmu," suruh Farhan pada gadis yang bernama Sarah itu.
***
"Gila galaknya minta ampun, dia pasti istrinya." Wita komat-kamit setelah keluar dari ruangan atasannya. Ia segera pergi karena setelah ini dirinya pasti kena omel lagi karena tidak ada di tempat. "Mimpi apa sih semalam bertemu nenek sihir itu? Belum lagi ngadepin si gendut."
Si gendut yang Wita maksud adalah pengawas training. Tiba Wita di tempat belajarnya menjahit.
"Ngapain aja di toilet? Ngebaso dulu?" cetus Margareta yang memang asli orang batak dan galaknya tidak ketulungan.
"Antri, Bu. Maaf." Wita cemberut lalu duduk di mesin miliknya belajar.
Sarah sendiri belum siap mengintrogasi gadis itu, keberadaan pengawas membuatnya tidak bisa bergerak bebas. Namun, pada saat lengah Sarah dan Wita mengobrol.
"Gimana? Ditanya apa saja di sana?" tanya Sarah berbisik.
"Tanya nama saja sama umur, Mbak ada masalah sama CV, Mbak?" Wita mengira ada masalahnya ada pada surat lamarannya.
"Panjang ceritanya, nanti Mbak ceritain," jawab Sarah.
"Gila, Mbak. Istrinya galak bener, sampai dia tarik masker-ku. Untung aku pakai dua lapis, kalau tidak, mungkin kuku panjangnya sudah mencakar wajahku karena saking kencangnya," jelas Wita.
"Jadi benar kamu sudah menikah, Mas?" batin Sarah.
Mereka pun kembali fokus belajar karena pengawas terus mengawasinya. Sampai lah mereka pada jam istirahat.
Sarah dan Wita tidak pergi ke kantin, mereka membawa bekal dari rumah. Sarah melihat bekal Wita. Menunya lebih miris dari yang ia punya. Hanya tempe saja, dan tidak ada lauknya.
Sarah membagi separuh lauk yang ia bawa.
"Tidak usah, Mbak. Mbak 'kan lagi menyusui, jadi Mbak makan harus banyak." Wita mengembalikan lauk dari Sarah ke tempat semula.
"Tidak apa-apa, ini namanya berbagi rasa." Sarah meletakkan lauknya lagi di tempat bekal gadis itu.
"Makasih, Mbak," ucap Wita.
"Harusnya Mbak yang berterima kasih, kamu sudah menolong Mbak tadi."
"Mbak sudah janji loh mau cerita, ayo cerita! Aku siap jadi pendengar setia." Gadis itu tersenyum manis.
Sarah pun mengatakan apa yang telah terjadi padanya. Wita yang mendengar jadi kasihan, kalau ia ada diposisi Sarah mungkin akan melakukan hal yang sama. Namun, keadaan yang membuatnya seperti ini. Harus bertahan di sini demi masa depan anaknya.
Meski lelaki itu ayah dari anak yang dilahirkan Sarah, tetap saja akan lain ceritanya jika mantan suaminya sudah beristri.
"Mbak yang tabah ya, Mbak tetap saja bekerja di sini. Lagian, di sini hanya cabang kok. Mereka tidak akan ada setiap hari di sini, keberadaan mereka hanya meninjau karena di sini masih baru," jelas Wita.
"Iya, Wit. Benar apa katamu, Mbak harap mereka segera pulang."
Jam kerja pun kembali. Sarah sudah ada kemajuan dalam tahap belajarnya. Sepertinya Sarah sudah sedikit mengerti dengan pekerjaan di sana. Tidak terlalu susah karena pola sudah dibentuk. Tinggal melancarkan kecepatan tangan. Pengawas yang bernama Margareta itu melihat bagaimana cara Sarah belajar.
"Sarah, saya perhatikan kamu sudah cukup bisa. Kamu ikut saya sekarang," ujar wanita gendut itu.
Sarah pun beranjak dan dibawa ke ruang produksi, ikut bergabung di line. Sarah baru melihat secara langsung di bagian produksi. Para buruh itu bekerja dengan serius. Kehadiran Sarah menjadi pusat perhatian, cantiknya berbeda karena ia memang berasal dari kota.
Kulitnya yang putih dan rambut panjang serta tubuhnya yang berisi. Sarah kira para pekerja di sana perempuan semua, tapi ternyata pria pun banyak. Para lelaki di sana pun memperhatikan Sarah, dasar lelaki tidak bisa sedikit saja melihat wanita cantik. Matanya langsung melotot bak kucing melihat ikan.
Pengawas itu menghampiri supervisior, dan menyerahkan Sarah pada pengawas di line. Supervisiornya ternyata pun seorang laki-laki.
"Dia saya ambil dari tarining, saya harap jangan diberi pekerjaan yang susah dulu, dia masih belajar," kata Margareta. "Sarah, mulai sekarang kamu akan bekerja bersamanya, semoga betah di sini ya. Tugas saya selesai sampai di sini.
"Iya, Bu." Ternyata wanita gendut itu tidak segalak yang dibayangkan, pengawas itu hanya tegas dalam bekerja.
"Siapa nama-mu?" tanya pengawas itu.
"Sarah, Pak."
"Ikut saya." Sarah mengikuti lelaki itu ke bagian belakang. Proses yang diberikan tidak terlalu susah, hanya menggabung panel-panel kecil bagian pareasi kantong.
Supervisior pun mengajarkan proses menjahitnya. Sarah dengan teliti memperhatikan. "Sudah mengerti yang saya ajarkan?"
"Insyallah sudah, Pak."
"Hati ya, Sarah." Lelaki itu tersenyum ramah.
***
Farhan pun akhirnya mendapat info dari Bayu, tentang tagihan yang dilakukan Sarah. Setelah menyesurinya tagihan itu ternyata dari pusat perbelanjaan dan rumah sakit.
Farhan datang ke rumah sakit untuk mengecek apa ada nama Sarah yang menjadi pasien di sana? Setelah ditelusuri tidak ada atas nama Sarah, yang ada pun adalah Putra Farhan Permana.
Nama Farhan Permana yang menjadi pusat perhatiannya karena nama itu sama dengan nama dirinya.
"Putra Farhan Permana?" tanya Farhan sendiri sambil berpikir, entah apa yang dalam pikirannya.
...----------------...
Aku kembali bawa karya teman, mampir juga di sini ya.
Judul : Luna and The Dire Wolf
Karya : Chika Ssi
aku nie mula bersuami pun xpandai, suami yg ajarkan🤭🤣🤣