Casey Copeland, wanita berusia 24 tahun yang memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan ibunya sejak ia masih kecil. Casey tidak tau mengapa ibunya membedakannya dengan kakaknya. Ibunya membenci Casey.
Casey mulai lelah dengan segala upaya yang dilakukannya hanya untuk mendapat perhatian ibunya. Casey berubah, ia tidak ingin menjadi Casey yang dulu lagi.
Casey menjebak kekasih kakaknya hingga mereka berakhir di pelaminan. Benih-benih cinta mulai tumbuh pada di antara mereka. Akankah kehidupan Casey berakhir bahagia setelah mengetahui siapa pria itu sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10: Mengantar Tas
"Akhh... tidak... lepas.. lepaskan aku..." rancau Casey mengigau.
"Tidak...." pekiknya. Casey bangun dengan keringat bercucuran di dahinya. Mimpi buruk itu kembali lagi setelah hampir 4 tahun lamanya. Casey melihat jam weker di atas nakas menunjukkan angka 4 dini hari.
"Kenapa mimpi itu datang lagi," gumam Casey menangis. Casey memeluk tubuhnya. Ia kembali mengingat kejadian di saat dirinya di perkosa oleh seorang pria yang tidak di kenalnya. Awalnya ia hanya menghadiri pesta ulang tahun teman kuliahnya. Namun malam itu seorang pria dengan keadaan mabuk menyeretnya ke dalam sebuah kamar yang minim pencahayaan. Ia bahkan tidak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas. Tidak ada yang tau kejadian ini selain neneknya. Casey memendamnya sendirian. Hampir 4 bulan ia menyendiri karena trauma. Menarik diri dari lingkup pertemanannya. Kalau bukan karena neneknya yang selalu menghiburnya dan memberinya motivasi mungkin saat itu Casey memilih mengakhiri hidupnya.
"Lupakan Casey.. itu sudah lama. Jangan biarkan bayangan itu membuatmu menjadi lemah," ucap Casey menyemangati dirinya sendiri.
Casey memilih duduk di kursi meja yang biasa ia gunakan untuk menggambar. Kegitan yang sudah digelutinya akhir-akhir ini. Casey mulai mendesain gambar baju untuk menghilangkan mimpi buruk itu dari kepalanya. Untuk melanjutkan tidur, rasanya akan sulit. Casey bercita-cita untuk membuka rumah mode dengan brandnya sendiri suatu saat nanti.
*******
Casey berjalan menuruni tangga mengenakan celana jeans dengan kaos putih.
"Pagi kak, mom..." sapa Casey duduk di kursi meja makan.
"Pagi Casey.. apa tidurmu nyenyak malam ini?" tanya Adeline. Casey mengangguk. Sementara itu Matilda lebih memilih diam, menikmati sarapannya.
"Mommy berangkat kerja dulu, bye sayang.." ucap Matilda bangkit. Mengecup kepala Adeline.
"Cepat banget mom, tidak biasanya," timpal Adeline.
"Pagi ini teman mommy mau datang ke butik mommy. Kami sudah membuat janji pukul tujuh lewat. Rasanya tidak enak jika dia yang lebih dulu tiba di butik mommy," pungkas Matilda.
"Ya sudah.. kalau begitu hati-hati mom," ucap Adeline. Matilda kemudian mengangguk dan pergi.
"Casey.. kamu lanjutkan sarapannya. Kakak mau bersiap-siap dulu," ucap Adeline. Casey mengangguk.
"Astaga... sepertinya mommy meninggalkan tasnya," ucap Adeline melihat tas kerja Matilda di atas sofa ruang tamu. Sebuah ide lalu muncul di kepalanya.
"Casey... " panggil Matilda.
"Ada apa kak," sahut Casey memutar tubuhnya untuk melihat Adeline.
"Sepertinya mommy meninggalkan tas dan ponselnya. Bisakah kamu mengantarnya? kakak belum bersiap-siap. Tapi kalau waktu mu tidak cukup lagi tidak apa-apa. Nanti saja kakak yang membawanya," ujar Adeline.
Casey melirik jam tangannya. Masih ada waktu. Ia tidak akan terlambat jika dia mengantar tas tersebut.
"Baiklah kak, aku akan mengantarnya. Kakak bersiap-siap saja," tukas Casey segera menyelesaikan sarapannya.
Sepuluh menit berlalu, Casey tiba di depan butik besar milik Matilda dengan tangan yang menenteng tas Matilda. Butik itu terdiri dari dua lantai. Casey tidak perlu izin pada pegawai di sana. Mereka tentu saja sudah mengenal Casey. Casey menaiki lantai dua karena ruang kerja Matilda ada disana. Pintu ruangan itu sedikit terbuka hingga membuat suara tawa dua wanita yang sedang ada di sana terdengar.
"Oh ya, bagaimana dengan Adeline sekarang. Kita sudah 8 tahun tidak bertemu. Terakhir kali bertemu dengan putri cantik mu itu saat dia masih kuliah. Aku selalu ingin menjadikannya menantuku," ucap Adriana.
"Dia baik. Sekarang dia melanjutkan bisnis ayahnya. Sepertinya keinginan mu itu kemungkinan tidak akan terjadi. Adelina saat ini sudah memiliki kekasih. Dia sangat beruntung memiliki kekasih yang tampan, baik dan kaya. Aku tidak menyangka jika kalian bisa juga melirik kami," balas Matilda terkekeh.