Menceritakan kisah cinta dari seorang Pemuda yang salah jatuh cinta, karna menyukai istri orang, dan di masa depan dia menikahi anak dari wanita itu.
"Mba, gue suka sama Mba." pernyataan tak terduga dari seorang tuan muda Fazakha Almafriz Widjaya.
" Astaghfirulloh Tuan muda!! kan Tuan muda tau saya udah punya anak sama suami," Jawab kaget Miana Tinada Trihaka.
"Bunda, maksudnya om ini suka sama bunda gitu? " Anzia Almana Trihaka
"Iya emang kenapa? dasar bocil." Jawab ngegas Faza.
"Idih...denger ya om! jan ganjen godain bunda ntar Zia kutuk gak ketemu jodoh ampe kepala 3" Asal ceplos Zia.
.
.
.
.
13 tahun kemudian.
"s
Seneng sekarang ya kamu! dulu aja kamu suka istri saya sekarang anak saya jadi istri kamu." Tutur Vandra Trihaka
"Gak papalah ya om... eh maksudnya ayah mertua," senyum tengil "Dari rival jadi menantu." Tambah Faza dengan senyum kikuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeaIsw31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saling memiliki
Setelah selesai dari bagian yang bisa Faza jangkau,tiba-tiba Faza sadar akan sesuatu wajahnya langsung memerah, melihat itu Zia ikutan wajahnya memerah.
"Sisanya aku saja," Zia.
"Ya." Faza langsung melangkah keluar.
Zia selesai mandi dan mendapati Faza yang tertidur dalam kondisi sudah mandi, mungkin suaminya mandi di kamar yang lain.
Zia mendekati Faza yang tertidur sambil memegang kotak anting-anting dari berlian. senyuman tipis terukir di wajah Zia lalu mengecup pipi suaminya dan naik keranjang, dia tidur dipelukan Faza dan dia memeluknya.
"Hari ini bahkan belum terjadi apa-apa diantara kita, apa aku yang ngebet ya? tapi, aku hanya ingin kita sepenuhnya saling memiliki. Kapan kamu akan membuatku jadi milikmu seutuhnya, Mas." Batin Zia, dia mengecup jakun Faza lalu memejamkan matanya.
Pagi buta harinya, Faza merasakan tangannya kram, dia mencoba merenggangkan tangannya namun terasa berat, dia menoleh dan mendapati Zia yang ada di pelukannya. dia mencium kening Zia lalu mengingat adegan semalam dimana dia ketiduran.
"Astaghfirullah, apa yang aku lakukan! kok bisa akau ketiduran? kamu bodoh Faza, masa nganggurin istri secantik ini!" batin Faza.
Dia pandang wajah ayu istrinya yang tertidur lelap, subuh masih ada waktu 40 menit lagi, dia ikut memejamkan mata kembali memeluk erat Zia, biarlah tangannya kram yang penting Zia nyaman.
...----------------...
Sampai hari ke 10 pernikahan mereka, Zia memakai pakaian tidur yang cukup nerawang. Hari itu, pukul 8 malam dan sedang turun hujan. Zia Hari ini tika ada ada misi, jelas berkurang karna sudah ada calon yang tengah di latih, dia hanya menjadi pengganti sementara sampai Andreo layak memegang semua.
Pas pagi hari Zia cuman kuliah pagi, sebelum Pulang Dia mendapat wangsit dari ke 3 sahabatnya. Hari ini Zia memutuskan untuk belajar,dan soalnya dia tidak fokus mengingat perkataan teman-temannya. dari sore dia mengganti baju tidur yang cukup nerawang, dia memutuskan ingin menggoda suaminya mengingat perkataan bestie-bestir nya.
"Gimana Zi,?" Amena.
"Gimana apanya nih?" Zia.
"Malam pertama sama suami kamu," ucap Amena sambil bersiul menggoda,"Pasti perkasa bangat ya.".
"Kampret!" jawab Zia, dengan muka memerah.
"Sakit tau kalo pas pertama," Cila.
"Tapi setelahnya nikmat!" Alena.
"Stop! jangan bahas hal kaya gini, malu!" Zia.
"Kok lagat kamu kaya belum itu-ituan sama suami kamu, Zi?" Amena.
"Emang belum, keburu sibuk, tau kan pas semalam menikah aku izin gak kuliah pas paginya? itu bukan bulan madu tapi ada tugas! setelahnya kita kecapean terus dan tidur." Zia.
"Yang bener aja Zi, kok bisa kuat tidur doang? kamu cantik bangat loh Zi, pasti gak bakal bisa nahan cowok manapun tidur sama kamu!' Alena.
"Kak Faza gak impoten kan, Zi?" Cila.
"Enggak, aku yakin!" jawab Zia sembari menutupi wajahnya yang memerah.
"Belum saling nyoblos tapi, tau dia gak impoten, kamu kayak suhu yang pura-pura jadi polos, Zi." Amena.
"Hubungan kalian normal kan?" Alena.
"Kamu normal kan Zi, bukan kamu yang nolak?" Cila.
Zia hanya diam, dia menatap ke tiga sahabatnya lalu menggeleng, dan mereka memberikan ide pada Xia agar merayu Faza.
Namun tekad dan semangat tadi malah lupa ditelan keseruan dalam belajar, Zia keasikan belajar sampai Faza pulang.
Faza pulang seperti biasa, disambut Xia seperti biasa kalo Zia duluan yang dirumah, namun ada yang beda dari istrinya, Faza melihat istrinya sedang berkutat dengan laptop dan bukunya, istrinya sedang serius belajar di meja belajar. mata Faza tak bisa lepas lantaran Zia memakai baju yang membuat nya tak bisa berpikir jernih.
Faza melihat Zia, Zia tersenyum lalu lanjut mengetik sesuatu, Faza meneguk kasar salivanya, dia menaruh jas,di gantungan jas seperti biasa,Zia kebetulan sudah selesai dengan tugasnya dan meregangkan otot.
Paha mulus Zia begitu menggoda Faza,
"Kamu lagi ngerjain tugas kuliah?" Faza.
"Iya, mas mau minum Teh apa Kopi?" Zia.
"Susu aja," Faza.
Zia tersenyum, "Tumben?".
" Eh, gak usah! kamu lanjut aja, aku mau mandi.' Faza sembari melonggarkan dasinya.
Zia memperhatikan Faza yang melepas kaca mata dan mengarah kekamar mandi.
"Gak berhasil ya? " Batin Zia.
Namun, yang sebenarnya terjadi Faza menahan semua gejolak nafsu yang dia rasakan, pulang kerja lelah langsung liat yang seger-seger di dalam kamar apa gak menguji iman? Melihat Zia membaca buku kumpulan materinya kembali,Faza memilih masuk ke Kamar mandi.
"Sepertinya aju tidak bisa menanganinya lagi,ya Alloh kuatkan hambamu, aku tidak boleh egois," Gumam Faza sembari mencuci mukanya.
Semakin ia tekan semakin panas tubuhnya, Faza kembali dengan tergesa, melepas jam tangan dengan kasar lalu melempar ketempatnya, Faza berjalan mendekati Zia sambil melonggarkan dasinya kembali, dia mengambil buku yan dibaca Zia dan melempar kesembarang sudut meja, Zia tersentak karna dia langsung di bolong Faza untuk duduk di meja belajarnya.
Faza mengelus kepala Zia dengan sayu lalu menciumnya, Zia mengalikan tangannya di leher Faza, membalas ciuman panas suaminya.
"Berhasil!" Batin Zia di tengah ciuman panas mereka.
"Zia? apa kamu akan menyesal jika aku melakukannya?" Tanya Faza di tengah-tengah mereka menghirup oksigen.
Zia menggeleng, "Salurkanlah hasrat mu mas, aku adalah milikmu." Zia
Mendengar Zia mengizinkannya makin menggebu- gebu sudah hasrat Faza, dia kembali mencium Zia, menjamah seluruh tubuhnya, tak tertinggal satu inci pun.
"Akh... " Leguh Zia saat tangan Faza mulai bermain, menjamah.
Bibirnya sedang bermain di leher jenjang Zia, meninggalkan kissmark di setiap inci leher Zia, tak tertinggal Zia juga bergantian membuat kissmark di leher Faza.
Mereka saling menatap dengan nafas memburu, tangan Faza mengelus pinggang Zia dan menyentuh paha Zia.
Wajah Zia memerah lantaran merasakan rangsangan yang begitu kuat saat Faza menyentuh setiap inci tubuhnya, mencium bibir dan anggota lainnya.
Tangan Zia tak tinggal diam disaat Faza bekerja keras dia juga melepas kancing kemeja Faza sampai mereka telanjang dada Faza mengangkat tubuh Zia, mendudukinya di ranjang, iya cium Zia sembari melepas tali baju yang dikenakan Zia.
Zia juga tak kalah, dia melepas sabuk Faza, setelah mereka sama-sama tak mengenakan busana, Zia sedikit terkesiap melihat milik Faza yang besar.
"Kenapa Zi? Kamu takut? " Faza.
Zia menggeleng, dia langsung meraih tengkuk Faza lantaran malu, dan diciumlah Faza olehnya, tangan Faza bermain liar memainkan buah meremas-remas dengan gemas, dan terjadilah malam penyatuan.
Zia mengeluarkan air mata, bukan sesakit itu sampai Zia tak bisa menahannya, dia merasa bahagia dia resmi menjadi milik pria yang dia cintai, Tampa paksaan Tampa nafsu sesaat, tapi dalam ikatan yang sah!
"Maaf sayang, jangan menangis," Faza dengan suara beratnya, dia ingin berhenti membajak lahan yang sudah siap di tanami padi, namun Zia menolak, Zia langsung mencium Faza menandakan lanjutkan saja.
Sensasi yang sulit dijelaskan, rasa sakit memang menyerbu namun hilang bersamaman tempo suaminya yang mulai cepat.
Melihat Zia yang mengimbangi permainan-nya membuat Faza semakin lebih tergoda, istri yang tengah dibawahnya sesekali mendesah dengan merdunya, Zia tidak berisik! dia menikmati permainan mereka padahal Faza berharap banyaknya desahan istrinya namun Zia seperti menahan desahannya.
Mereka mendesah bersamaan saat Faza mendapat pelepasan pertama.
Tidak hanya sekali mereka melakukannya beronde- Ronde dengan banyaknya Gaya, sensasi yang baru pertama kali mereka rasakan terlewati dengan bahagia dan panas.
Mereka bercinta seolah-olah tak ada hari lain lagi, menyalurkan perasaan cinta mereka, terselip rasa puas Faza ketika Zia mendesah lebih sering.
...----------------...
Paginya "Sayang,bangun! maaf membangunkanmu, tapi kita harus solat subuh, nanti kamu lanjut tidur lagi ya." Faza mencium kening istrinya.
Zia membuka mata lalu tersenyum manis ke Faza.
"Mmhh..." Zia yang merasakan tubuhnya seperti remuk, apa lagi bagian bawahnya.
Faza memeluk Zia, "Sakit bangat pasti ya? maaf sayang, Aku tika bisa mengontrol diriku." ucap Faza sambil menghujami Zia dengan ciumannya.
"Kata siapa mas doang? Zia juga kok, jangan ada kata maaf, kita sama-sama menikmatinya." Xia dengan wajah yang memerah malu.
"Makasih Sayang, atas semuanya, pilihanmu, cintamu, dan mahkotamu yang jatuh ke diriku." Faza dengan berlinang air mata.
"Jangan cengeng dong sayang, " Zia berusaha menghibur Faza, seperti tertukar, Faza malah yang menangis padahal Zia yang badannya kaya remuk, berkelahi sampai di banting para musuh saja tidak terasa remuk, tapi ini benar-benar terasa sakit.
Sakit tapi nikmat, apa ini masuk kekerasan dalam rumah tangga? sepertinya ini kekerasan rumah tangga yang bisa diterima, dimana kedua pasangan saling menikmati.
"Ayo mandi," Zia menghapus air mata Faza.
Faza bergegas bangun, Faza sudah memakai celana pendek entah sejak kapan, Dia bergegas menggendong Zia yang saat hendak turun.
"Mas!" Zia.
"Jangan protes, mas mandiin ya." Faza sambil. Membawa Zia ke kamar mandi.
Zia tak menolak dia mengalungkan lehernya, sebenarnya hatinya deg deggan, malu juga,karna dirinya telanjang bulat dan suaminya sudah pakai celana.
Faza mendudukkan Zia di bath up.
"Mas udah siapin air berendam ya,mas bangun dari tadi? Kok gak bangunin Zia?" Zia yang merasa tak enak hati, melihat air hangat di bath up sudah disiapkan Faza.
"Karna aku ingin meratukan dirimu sampai hal terkecil, kamu hanya perlu menerimanya,sayang." Faza.
Faza mengambil kain halus dengan baskom yang ada air hangatnya.
"Untuk apa?" Zia.
"Untuk mengompres milikmu Zi, serta bekah darah yang ada di pahamu!" Faza.
Blush,
Zia sangat bahagia, suaminya sangat perhatian dia jadi malu karna diperlakukan bak putri keraton, emang sakit, tapi tak sesakit itu sampai Zia tak bisa membersihkan diri.
Faza memulai aktifitasnya, mengompres air hangat ke mis V Zia, agar tak terlalu perih, itu juga alasan Faza bangun duluan menyiapkan air hangat berendam untuk istrinya itu.
"Shhh," Zia.
"Masih sakit? Tenang ya, mas bakal lebih hati-hati." ucap Faza, dengan telaten dan pelan mengelap ke arah paha yang ada darahnya.
Selaput dara wanita berbeda-beda, ada yang mengekuarkan darah sedikit dan ada yang banyak. Dan Zia tergolong yang cukup banyak, bahkan saat Faza bangun tadi dia mendapati miliknya terdapat bekas darah perawan Zia.
"Sshh, mas." Zia.
"Zi..." Faza mendongak memandang istrinya.
"Mas yakin cuman mau bantuin, Zia? " Zia dengan muka yang sudah memanas, jujur! bukannya sakit tapi sentuhan Faza seperti membakarnya,
"Jangan mancing-mancing, Sayang. mad niat mau bantuin kamu, aku tulus mau nyeka ini, kalo kamu mancing gak ada ampun!" Faza.
Zia hanya diam" namun tangannya meraba milik Faza yang sudah bereaksi, gak mungkinlah Faza gak bereaksi, sebenarnya bereaksi dari pas gendong Zia ke kamar mandi tapi harus sadar diri tadi malam aja dia gila.
"Zi, jangan sayang! ah."ucapan Faza bercampur desahan, lantaran Zia mengelus miliknya.
" Mmm,"Zia.
" Kamu emang nakal ya!"Faza dengan senyumnya dibalas senyuman nakal Zia.
Acara berendam berubah jadi morning sex, bahkan Faza memilih kerja di rumah ketika siang tiba, karna saat siang pun Faza dann Zia melakukannya.
...----------------...
Malam hari.
Mereka sekarang di sebuah restoran, karna mau makan bersama keluarga yang dihadiri orang tua mereka sedangkan Aldhain sedang sibuk mengurus segala keperluan untuk cucunya, dari pendidikan dan guru yang dulu mengajar Zia.
Faza dan Zia salim ke masing-masing orang tua mereka.
"Sayang, kalian berseri-seri bangat." Monica.
"Emang biasanya enggak mah?" Faza.
Monica hanya tersenyum geli, pasti Faza tau apa maksud dia, cuman malu aja, apa lagi melihat expresi Zia yang sudah menahan malu.
"Kamu demam nak? " Vandra.
"Enggak,Yah." Zia.
"Hmm..." Vandra.
"Mas, Zia gak sakit tenang aja." Mia
Zia mengulum senyum ketika bundanya mengedipkan mata.
"Zi, kamu jangan punya anak dulu,dan buat kamu Za jangan main di dalem, diluar aja!" Vandra sambil memasukan makanan kemulutnya.
Byurrr
"Uhuk,uhuk,uhuk." Faza dan Zia tersedak bersama.
"Hati-hati, sayang." ucap Mia dan Monica, mereka juga kompak memberikan minum untuk anak mereka.
"Tenang aja pah, aman." Faza sambil mengacungkan jempol.
"Aman, kamu meragukan bangat!" Vandra.
"Tenang aja pah tenang, mas Faza bilang Aman ya Aman." Zia.
Vandra tambah menatap tajam mantunya.
"Aha ha ha ha, Aman pah, tenang, aman jaya sentosa." Faza tertawa canggung.
Sementara yang lain menahan tawa.
"Kalian mau honeymoon dimana Zi? Biar papa booking," Frans.
"Kayaknya si aku gak mau kemana-mana, Pa. Soalnya tugas kuliah lagi banyak, nanti coba kalo udah jalan semester, soalnya mas Faza juga sibuk." Zia.
"Exhem,benar Pa, apa kata Zia. Kita lagi sibuk, nanti aja honeymoon-nya." Faza.
"Bukannya kalo kuliah bisa diurus nanti ya, Zi. Hal baik jangan di tunda, minta izin kan bisa." Mia.
"Jangan bun, waktu awal kuliah nikah saja Zia dikerubunin banyak orang bun, di tanya kok bisa Zia nikah sama CEO Construction," Zia.
"Harus nya kamu bilang, KEPO GAK BERGUNA!" Vandra.
" Kaya ayah gak pernah muda aja, namanya juga para fans."Zia.
"Ekhem, emang kalo cowo ganteng makan ati." Mia.
"Hmm, itu beda cerita." Vandra.
"Masa muda emang harus bertarung sama air mata." Monica.
Candra dan Frans hanya berdehem dan saling lirik, eh malah Faza nyeletuk,
"Itu kan papa mertua dan ayah, yang satu bad mafia yang satu plaboy cap buaya, beda kelaslah sama aku." Faza.
"Faza!" Vandra dan frans bersama.
Monica dan Mia tertawa, melihat suami mereka kelabakan oleh perkataan Faza.
"Bocah tengik!" Frans berbisik pada Faza.
"Mantu durhaka!" lirih Vandra dengan raut wajah bak akan menelan manusia.
Di tengah itu tiba-tiba Zia menjatuhkan minumannya Dan "Huek,".
"Zia!" Faza, Monica, dan Mia bersama.
"Kamu gak papa mantuku?" Frans.
Berbeda dengan yang lain, Vandra langsung memegang kening Zia, "Kamu demam, Zi." Ucapnya, "Za bawa pulang istri kamu, rawat dia." Tambah nya.
"Iya, Pah." Faza.
"Sstt,kepala aku tiba-tiba pening bangat mas." Zia.
"Ayo kita pulang," Faza merangkul Zia dan mereka pulang, sebelum itu mereka berpamitan dulu.
Vandra melihat tangannya dengan sedih, Ingin ia rengkuh tubuh putrinya dan membawanya ke dokter, dia akan merawatnya seperti saat kecil dulu. pandangannya yang memperhatikan anak kecil berusia 6 tahun berubah jadi dewasa kala melihat anaknya yang di peluk Faza, "Sekarang putriku sudah memilih pria lain disaat dia sakit, bukan memanggil ayahnya, tapi duaminya" Vandra.
Mia memeluk suaminya yang sedih, lalu Frans menepuk pundak Vandra.
"Kami tidak tau sedihnya kehilangan tanggung jawab putri yang berpindah ke suami, karna kami tidak memiliki putri, tapi percayalah bahwa saya mendidik Faza penuh tanggung jawab, jadi anda bisa percaya pada putraku." Frans.
"Bukannya aku meragukan putramu Frans, tapi melepas putri yang sudah dewasa sangat menyakitkan, dia tetap terlihat seperti masih kecil dimataku." Vandra.
Mereka hanya saling melempar senyuman getir dan canggung, lalu melanjutkan makan hidangan penutup sambil membicarakan bisnis.
Rumah Faza
"Tunggu ya sayang, mas ambil air buat kamu minum obat," Faza.
Zia hanya mengangguk, baru kali ini dia merasa sakit, lemah tak berdaya, padahal kena goresan pistol biasa aja, jatuh dari motor pada balapan biasa aja.
Dia jadi ingat apa yang dikatakan Amena katanya kalo udah bersatu sama pasangan, emang imun tubuh bisa berkurang, yang gak sakit bisa sakit lantaran mengimbangi dengan lawan main, alasannya karna beberapa urat sudah terputus saat selaput dara robek, wanita prawan dan yang sudah tidak prawan, bisa di cek lewat tangan mereka, arang urat di samping tangan renggang, dan itu hanya suhu yang paham.
Faza datang lalu membantu Zia meminum obatnya, sebelum pulang mereka ke rumah sakit dulu, Zia hanya kelelahan.
"Kan! udah mas bilang jangan godain aku Zi, kan kamu jadi sakit," Faza.
"Mas jangan marah ya, emangnya mas gak suka? " Zia.
"Bukannya gak suka Zi, malah suka bangat,itu yang jadi masalahnya, aku tidak mau kamu kecapean." Faza.
"Itu kan kemarin malam dan tadi siang, sekarang lagi gak ngapa-ngapain." Zia.
"Iya, istriku tapi tetap saja lain kali jangan godain mas, mas gak bisa nahan saat sama kamu Zi, pasti kamu tau, sekarang ayo tidur!" Faza.
"Bantuin buka restling belakang baju dulu mas tangan aku lemes, mau ganti baju, gak nyaman." Zia.
Wajah Zia sangat pucat,Faza bergegas membuka pakaian Zia.
"Kamu mau pake baju tidur yang mana? "Faza.
"Yang terusan saja mas."Zia.
Faza mengangguk dan membantu Zia, dia bahkan membantunya cuci muka dan gosok gigi.
"Mas, mau di bantuin gak?" Zia.
"Gak usah sayang, sekarang kamu tidur, istirahat, biar cepet sehat ya." Faza.
"Makasih, ya Mas, untuk semua." Zia
Faza hanya mencium puncak kepala istrinya sambil mengelus tangan lentik Zia.
Mendapati istrinya tertidur sekarang giliran dia membersihkan badan.
Hay👋 bagaimana? masih betah? bahasanya agak beda ya, dan soal, malam pertama juga berbeda sama yang sebelumnya ada tata cara. karna ini bertemakan mafia dan Citra, Warren cinta islami.
selamat membaca, semoga menikmati, maaf kalau ada typo, bisa diberitahukan. kaki ini saya lebih teliti dalam penulisan, jika ada yang terselip typo mohon maaf atas ketidaknyamanannya👋👋👋🐥
gak tau lah Thor. aku jadi seneng gini. gak bisa aku gak komen tiap bab.. tau sendiri padahal aku paling anti.. aku jatuh cinta nih
btw ini asik kak.. penasaran lanjutannya.