Dibohongi, ditipu, direndahkan itulah Sascha Hardiansyah di mata calon suaminya. Hati Sascha sungguh hancur berantakan bagaikan butiran debu. Namun tak lama sang sahabat menawarkan untuk mengambil S2 di Amerika. Di Amerika Sascha mulai melupakan perlakuan terhadap keluarga mantan calon suaminya itu. Setelah mengambil S2, Sascha memutuskan untuk bekerja di pusat perusahaan itu di Tokyo. Beberapa tahun sudah Sascha menjadi manager keuangan. Ketika Sascha pulang ke Indonesia menjadi orang sukses mantan pacarnya kembali lagi dan meminta untuk menikahinya. Namun saat kembali Sascha sudah menikah dengan sang sahabatnya sendiri.
Apakah Sascha mau bercerai dengan sahabatnya untuk kembali ke mantannya? Atau sebaliknya Sascha akan selalu bahagia hidup dengan sang sahabatnya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sischa Daniasri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIAPAKAH SASCHA?
"Sascha terluka," jawab Tara dengan sendu.
"Sascha," pekik Devan nama pria paruh baya itu. "Kenapa Sascha bisa terluka?"
"Katanya Dewa, Billi menembak Sascha. Karena Sascha selalu mendatanginya," jawab Tara lagi.
"Aneh. Bukannya Billi tunangannya Sascha. Bukannya seminggu lagi mereka akan menikah? Kenapa Billi menyakitinya?" tanya Devan yang melepaskan Tara.
"Aku tidak tahu. Ini sangat aneh sekali. Katanya Dewa sih Billi tidak mau kalau Sascha mendekatinya. Karena masalah status sosial," jawab Tara yang bersedih.
"Apa-apaan ini? Bisa-bisanya status sosial yang menjadi penghalang. Apakah Billi anak orang kaya?" tanya Devan yang sangat kesal.
"Tidak. Mereka sama seperti Sascha. Entahlah ini sangat aneh sekali. Pa... Kata Dewa, Sascha ingin mengambil kuliah di sini."
"Ide yang sangat bagus sekali. Sascha juga sering memecahkan masalah perusahaan yang berat. Kalau begitu Sascha boleh tinggal di mansion," usul Devan.
"Kalau begitu mama akan menghubungi Dewa. Eits... Dewa juga akan mengambil kuliah S3. Dewa ingin memperdalam ilmu bisnis dan manajemennya," ucap Tara.
"Jika Dewa kuliah, bagaimana di sini?" tanya Devan yang mengerutkan keningnya.
"Sesuai perjanjian dari papa Aoyama lebih baik kita pegang perusahaan di Jakarta terlebih dahulu. Perusahaan di sini akan dipegang oleh Dewa hingga selesai kuliah. Sudah sepatutnya Dewa mempunyai pendidikan tinggi untuk memegang perusahaannya. Kita dukung mereka pa," kata Tara yang sangat bersemangat sekali.
"Kalau begitu baiklah," balas Devan.
Sesampainya di Bekasi, Dewa tidak mengajak Sascha kembali ke rumahnya. Melainkan Dewa membawa ke mansionnya. Yang di mana Dewa ingin membuat Sascha aman. Setelah menyuruh pelayannya membantu membersihkan luka Sascha, Dewa masuk ke dalam ruangan kerjanya. Akhir-akhir ini Dewa merasa janggal dengan Billi. Jika mereka menjalin hubungan tunangan, kenapa Billi ingin menyakitinya?
Tak lama datang Timothy masuk ke dalam ruangan. Timothy langsung mengerutkan keningnya sambil kebingungan, "Kenapa Wa?"
"Untung saja kamu datang. Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu!" perintah Dewa.
"Apa itu?" tanya Timothy yang menghempaskan bokongnya di kursi yang berada di depan Dewa.
"Akhir-akhir ini aku sangat janggal terhadap tunangannya Sascha. Semakin kesini kok rasanya ingin menyakiti Sascha."
"Yang kamu katakan benar. Aku sendiri sering bertemu dengannya di sebuah cafe. Billi sering membicarakan sesuatu tentang Sascha bersama orang yang tidak dikenal. Billi berniat ingin menghabisi Sascha."
"Apa itu benar?" tanya Dewa yang serius.
"Ya. Billi ingin menghabisi Sascha. Karena alasannya dia tidak menyukai dirinya."
"Itu tidak bisa dibenarkan sama sekali. Andaikan Billi menghabisi Sascha. Duniaku akan hancur lagi. Aku tidak bisa hidup tanpa dia."
"Motifnya tidak masuk akal," ucap Timothy yang menelisik wajah Dewa. "Aku rasa ada motif lain. Billi tidak akan menghabisinya."
"Ini akan menjadi teka-teki yang rumit. Ini akan menjadi benang kusut."
"Wa... Bolehkah aku bertanya sesuatu? Beberapa bulan terakhir ini aku melihat wajah Sascha kok mirip sekali dengan pengusaha terkenal di dunia ya. Kalau enggak salah namanya Gerre Atmojo sang pemilik perusahaan yang bergerak dibidang pangan. Yang lebih jelasnya adalah makanan kornet sapi yang cukup terkenal di dunia."
Mata Dewa membelalak sempurna. Bagaimana tidak Sascha sangat mirip dengan CEO dari perusahaan Khans Company yang bergerak dibidang pangan. Dewa menggelengkan kepalanya sambil menghembuskan nafasnya, "Tidak. Aku tidak percaya itu."
"Tapi kalau dibandingkan Gerre dan Sascha mempunyai otak yang jenius. Mereka sama-sama memiliki ide pencetus buat perusahaan," jawab Timothy.
"Memang itu benar. Makanya aku mempertahankan Sascha. Aku juga tidak ingin Sascha pergi dari hidupku."
"Apakah ini kebetulan?"
"Bisa jadi. Oh... Iya... Besok Minggu aku sama Sascha ke Seoul. Aku harap kamu ikut."
"Maksudnya apa?"
"Jika waktuku berkurang untukmu. Kamu jangan cemburu sama Sascha."
"Sialan lu Wa. Memangnya kita pacaran apa?" tanya Timothy yang kesal.
"Ya... Kita memang pacaran. Tapi dalam mimpi," jawab Dewa yang terkekeh.
"Aku enggak cemburu. Aku berharap kamu cepetan nikah," ucap Timothy dengan tulus.
"Tenang saja bro. Aku masih ingin melihat Sascha menjadi berhasil. Jika Sascha berhasil dengan cita-citanya. Kemungkinan besar aku bisa memberikan jabatan wakil CEO D'Stars Inc."
Timothy menyetujui apa yang dikatakan oleh Dewa. Memang Dewa sangat menginginkan Sascha berhasil dalam segala aspek kehidupan. Dewa tidak ingin Sascha dihina, dimaki dan direndahkan sama orang lain.
Di sebuah cafe di kawasan Bandung. Risa bersama Santi bertemu dengan seseorang pria. Pria itu sangat misterius sekali. Namun Risa dan Santi tidak takut sama sekali. Mereka sering melayani orang-orang seperti itu.
"Selamat malam Tuan Gerre," sapa Risa dengan suara manjanya.
"Ada apa?" tanya Gerre yang tidak menyukai Risa yang sangat agresif sekali.
"Aku mau kamu membantuku. Aku mau kamu membunuh seseorang," jawab Risa yang menyodorkan ponselnya ke arah Gerre.
"Seseorang," ucap Gerre yang mengerutkan keningnya lalu meraih ponselnya itu.
Kemudian Gerre melihat foto itu. Gerre tak sengaja mengingatkan pada seseorang. Lalu Gerre bertanya, "Kenapa aku harus membunuhnya?"
"Karena orang itu yang merebut calon suamiku. Tuan tahu kan kalau aku sendiri sedang mengandung bayinya kekasihku," jawab Risa yang bicaranya dibuat-buat sehingga membuat Gerre muak.
"Berapa yang kamu bayar?" tanya Gerre.
"Seratus dua puluh lima milyar," jawab Risa.
"Dua ratus milyar," jawab Gerre dengan tegas.
Mata Risa membulat sempurna. Bagaimana bisa pria itu yang disuruh membunuh Sascha meminta uang dua ratus milyar? Risa menggelengkan kepalanya lalu mencoba menego kembali.
"Bisa turun tidak. Sekitar seratus dua puluh lima milyar?" tanya Risa yang serius.
"Hey... Kamu seenaknya menawarku seperti tukang jualan sayuran yang berada di pasar!" bentak Gerre.
"Tapi itu kemahalan," jawab Risa.
"Buat sekelas dirimu tidak mahal. Kamu kan hak ahli waris Viga Tbk. Yang di mana perusahaan itu sangat terkenal sekali!" tambah Gerre dengan nada yang meninggi.
"Baiklah. Aku ingin wanita itu mati tanpa ada jejak sekalipun," pinta Risa.
Mereka akhirnya membuat kesepakatan dengan harga yang sudah ditentukan. Lalu mereka pergi ke ruangan VVIP. Risa dan Santi mulai bersiap-siap untuk berpesta. Sedangkan Gerre yang baru mendapatkan foto Sascha mulai memperhatikannya. Ada rasa sesak di dalam dadanya. Entah kenapa air matanya jatuh menetes. Gerre segera meninggalkan cafe itu menuju ke Jakarta.
Pagi yang cerah di taman mansion milik Dewa. Sascha berusaha untuk berjalan. Walau perih lukanya namun Sascha tidak mau bed rest. Karena Sascha masih harus membuat bahan meeting hari Selasa.
"Ugh... Semakin perih saja. Cepatlah sembuh perut. Aku ingin kita bekerja sama untuk membuat bahan meeting di Seoul," gerutu Sascha yang masih sakit.
Dewa yang selesai nge-gym mendekati Sascha tanpa memakai baju. Dewa segera memapah Sascha untuk duduk di kursi yang berdekatan dengan buah mangga. Setelah sadar Sascha melihat Dewa bertelanjang dada menutup wajahnya. Sementara itu Dewa bingung apa yang telah diperbuat olehnya.
"Kamu kenapa?" tanya Dewa yang menghempaskan bokongnya di samping Sascha.
Kopinya nih wat temen up malem2.
Anaknya nanti twins genius.
terima kasih sudah mampir di ceritaku.
sehat selalu dan tetap semangat
Semangat thor
Semangat thor.....