Melia menangis sejadi-jadinya saat terpaksa harus menerima perjodohan yang tak di inginkan. pasal nya melia sudah memilki kekasih yang begitu ia cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspita.D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
jam menunjukan pukul 03:40 melia merasa gelisah, ia merasa perut nya terus bergejolak rasa ngilu dan nyeri ia rasakan. Arkan yang terganggu dengan gerakan sang istri pun terbangun.
"de' kamu kenapa? Apa ada yang sakit?" tanya arkan. "iya mas perutku nyeri dari tadi, aku juga nggak tau" melia pergi ke kamar mandi yang ada di ujung dapur ibu nya.
Ibu melia yang selesai mandi dan bersiap untuk sholat subuh melihat putri nya Yang berjalan sedikit tertatih tatih "loh nduk kamu kenapa ?" sapa ibu nya. "perut melia sakit bu nyari dari tadi, kaya nya mel mau melahirkan"
"ya allah nduk, tahan dulu ya ibu mau sholat subuh dulu" gegas ibu melia melaksanakan sholat subuh karna jam sudah menunjukan pukul 04:30.
usai sholat ibu melia gegas memanggil mantri untuk membantu persalinan putri nya. Arkan tegang kala melihat istri nya kesakitan rasa tak tega bingung harus apa membuat nya gelisah menunggu sang mertua membawa mantri.
Setelah beberapa jam ketegangan berlalu. Melia melahirkan seorang baby laki-laki. Kebahagiaan keluarga kecil itu terasa lengkap.
"bapak aku yakin walau bapak sudah nggak bersama kami lagi, tapi bapak bisa menyaksikan kebahagiaan yang kami rasa saat ini" lirih melia saat sedang memberi asi putra nya.
"de' mas ke rumah bu winda dulu ya, mas mau ijin paling tidak sampai kamu pulih mas nggak ke ladang dulu" pamit arkan.
"nggak usah mas, hari ini aja mas jagain aku besok mas kerja aku udah nggak papa kok" "hus ngomong apa to nduk, mbok yo biarin kalo suamimu mau menjaga kamu dulu. Masalah uang kita bisa cari pelan-pelan" sahut ibu melia yang datang membawa lipatan baju.
...****************...
dua minggu sudah berlalu, arkan memandang melia yang sedang memberi asi untuk putra mereka, pikiran nya traveling. "de' sudah sembuh belum?" melia mengernyit "apa nya mas?" jawab melia tak mengerti.
"mmm.. itu...luka nya" melia tersenyum. "belum mas, kenapa memang nya?" dengan malu arkan mendekat. "mas pengen hehe.." melia menatap suami nya dengan melebarkan mata "kalo pun sudah nunggu sampe 40 hari mas, ada-ada aja kamu ni"
Arkan menggaruk kepala nya yang tak gatal. Tok tok tok "assalamualaikum....bu indah.." ibu melia yang mendengar ada tamu pagi itu gegas membuka pintu "wa'alaikum salam...eh nak rani ada apa ya?" tanya ibu melia saat tau yang bertamu di pagi buta adalah rani.
"mas arkan nya ada bu?" ibu melia mengernyit. "ada sih tapi ada perlu apa? bukan kah nak arkan sudah ijin untuk nggak ke ladang dulu sampai istri nya benar-benar pulih" rani tersenyum.
"gini lo bu...saya kemari mau antar makanan buat mas arkan sekalian mau tengok baby nya melia" kata rani sedikit gugup. "nak rani nggak usah repot-repot kan ada ibu yang masak buat nak arkan" jawab ibu melia merasa nggak enak.
"nggak repot kok bu..jadi saya boleh masuk?" ibu melia belum sempat menjawab rani sudah nyelonong masuk. tanpa rasa malu rani langsung membuka pintu kamar melia di sana terlihat pemandangan yang membuat nya merasa cemburu.
"ehem..." dehem rani yang mengejutkan arkan yang masih memeluk melia dan masih bermanja dengan istri tercinta. Seketika arkan turun dari ranjang.."de' rani kok main masuk aja" kata arkan yang kesal.
"aku sudah ijin bu indah kok, oya mas tadi aku bawa kan makanan khusus buat kamu, di makan ya.." arkan cuma mengangguk kecil sambil melirik istri nya yang sudah pasang wajah cemberut nya, arkan memilih untuk keluar.
"ada apa" tanya melia ketus. "nggak ada sih aku cuma mau ngantar makanan buat mas arkan sama tengok baby nya, ganteng banget kaya mas arkan mirip banget ya?." ucap rani membuat mendidih darah melia.
"tentu saja tampan. karna dia juga anakku" rani membuang muka "ya sudah aku mau keluar" pamit rani yang kemudian di henti kan oleh melia. "tunggu! Jangan bilang kalo kamu mau deketin suamiku" rani tak ingin mendengarkan ucapan melia ia berlalu keluar kamar.
...****************...
Di tempat lain nyonya drajat yang akhir-akhir ini merasa kesepian, meneteskan air mata "arkan...maaf kan mama, kenapa kamu harus ninggalin rumah kamu sendiri hanya karna kehadiran mama di sini" lirih nya di tengah isak tangis yang terdengar oleh radit yang baru keluar dari kamar.
"mama kenapa?" sapa radit.."radit maaf kan mama kalo selama ini mama selalu buat susah hidup mu andai mama nggak egois hidup kita nggak akan susah seperti ini" ucap nyonya drajat penuh sesal.
"mama kangen sama arkan?" tanya radit. Nyonya drajat mengangguk. "sabar ya ma, radit sedang ngumpulin kayu kalo pulang dari ladang, kebetulan masih banyak kayu yang lumayan besar untuk di pake" sejenak mama nya berpikir.
"emang mau di buat apa kayu dari hutan?" tanya nyonya drajat yang tak mengerti. "tentu saja radit akan buat gubuk di sebelah rumah arkan supaya kita cuma numpang tanah nggak numpang rumah, kasihan juga mereka merasa terganggu" jelas radit yang berhasil membuat sang mama melotot.
"kamu serius mau bikin gubuk trus kamu tega buat mama tinggal di gubuk? Rumah arkan saja sudah mama anggap gubuk kamu malah mau buat dari kayu bulat yang kamu cari di hutan?" ucap mama nya tak terima.
"ya mau bagaimana lagi yang penting kita nggak nyusahin arkan lagi" nyonya drajat masih mengeluh. "tapi nak coba bayangin dulu kita tinggal di istana apapun serba ada tapi sekarang....apa kita nggak bisa seperti dulu radit.." keluhan mama nya membuat hati radit bagai di sayat-sayat.
"keadaan sekarang berbeda ma, radit berjalan hanya dengan satu kaki itu pun masih di bantu tongkat, bagaimana radit bisa mendapatkan uang yang banyak kalo pekerjaan saja radit nggak punya"
"jangan menoleh ke belakang lagi ma, yang terjadi sudah terjadi jangan di ungkit lagi, semua terlalu menyakitkan" ucap radit pikiran nya jauh menerawang ke masa lalu. Dari mulai ia kehilangan gadis yang ia cintai sampai ia juga harus kehilangan satu kaki nya, semua karna ke egoisan mama nya.
...****************...
"de' sudah 40 hari belum? Kok perasaan lama banget ya nggak sampe-sampe 40 hari" ujar arkan di suatu malam....melia tersenyum cekikikan mendengar celoteh suami nya "kenapa de' kok malah cekikikan gitu"
"iya habis mas tu aneh, ngapain mas hitung 40 hari lahiran ku, nih ya aku kasih tau aku itu udah hampir 2 bulan mas" setelah mengatakan itu melia tertawa terbahak-bahak sampai tersedak.
"syukurin...kuwalat kan tu suka banget ngerjain suami nya. Emang sudah nggak pengen ditengokin mas lagi?" ujar arkan yang sedikit kesal. "sst jangan kenceng-kenceng ngomong nya ntar juna bangun, katanya mau nengokin kalo juna bangun kan batal" ujar melia sambil tersenyum menggoda, arkan yang mendengar ucapan istri nya gegas menutup pintu dan mengunci nya.
"Bagaimana dengan mimpiku, Bu? Apa aku tak berhak untuk memiliki mimpi atau mewujudkannya?" Melia nelangsa, dengan derai air mata bla bla bla
semisal,
Di hadapan
Diduga
dan untuk nama menggunakan huruf kapital. Melia
dan untuk kata -nya itu digabung, bukan dipisah ya.