[ Beberapa Bab belum di revisi ] Mohon maaf jika tidak update, ya. 🙏
Berkisah dari seorang gadis cantik yang bernama Amelia Andini Wijaya. Gadis yang kerap disapa Amel memilik sahabat yang sudah bagaikan saudara baginya, namun sahabatnya itu malah mengkhianatinya. Sahabat Amel berselingkuh dengan seseorang yang paling Amel cintai.
Hubungan Amel kandas setelah 3 tahun bersama. Membuat Amel begitu frustasi tak dapat menerima pengkhinatan dari sahabat dan pacarnya.
Demi melampiaskan rasa sakit hatinya, Amel memutuskan untuk mencari seorang gigolo. Hingga malam itu terjadilah penyatuan tanpa cinta.
3 tahun kemudian. Amel menyandang status sebagai seorang singgle Mommy. Amel dibantu Si Tukang ojek online cantik yang dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri.
Tidak disangka-sangka seorang gigolo yang melakukan malam bersama Amel adalah seorang CEO sekaligus Direktur perusahaan besar yang ada di kota H.
Bagaimana kehidupan mereka setelah itu?
Simak ceritanya di sini.😉
Happy Reading All! 📚☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irwti Asnn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
FOMC 8
Sesampainya mereka di rumah. Ayu mulai menceritakan semuanya dari awal. Amel yang mendengar penuturan dari Ayu, sontak membuatnya kaget dan memikirkan bagaimana caranya agar menganti kerugian yang dilakukan oleh Bara.
Walaupun dia sudah mendapat pekerjaan, tetapi masih tetap tidak cukup untuk biaya ganti rugi mobil itu, karena gajinya hanya cukup untuk keperluan sehari-hari.
Bara tidak seceria saat bermain tadi, ia lebih memilih diam dan kemudian menangis karena telah menyadari sedang melakukan kesalahan. Amel yang melihat itu tidak tega melihat Bara bersedih, Amel lalu mengelus puncak kepala Bara untuk menenangkannya.
"Mama, tidak marah Bara kok sayang. Tapi, lain kali Bara tidak boleh nakal lagi ya sayang?" ucap Amel lembut, memeluk dan mencium puncak kepala Bara.
"Iya Ma. Ala anji," lirih Bara terisak.
Bara yang mendapat kehangatan dari ibunya itu, tidak tinggal diam ia lalu mengeratkan pelukkannya di pinggang Amel, membenamkan kepala di dada Amel.
"Maap Ma," lirih Bara sendu.
"Iya sayang. Mama sudah memaaafkan Bara. Sekarang Bara tidak boleh sedih lagi. Nanti gantengnya hilang loh." Goda Amel mencubit pelan hidung Bara.
Melihat Bara dan Amel sedang berpelukkan,ketiga bocah mungil yang lainnya tidak mau kalah. Mereka menghampiri dan ikut menghamburkan pelukkan mereka kepada Amel. Ayu yang melihat adegan itu sempat terharu.
Kak Amel luar biasa. Walaupun banyak rintangan yang ia lewati, ia tetap menjalaninya dengan ikhlas dan sabar. Aku salut padanya. Puji Ayu dalam hati.
🌛Malam harinya.
Setelah anak-anak telah tidur. Amel dan Ayu sedang duduk berbincang-bincang di sofa ruang tamu.
"Kak. Gimana kalau Ayu bantuin Kakak kerja saja?" saran Ayu, di tengah pembicaraan mereka.
"Kalau kamu kerja. Siapa yang akan menjaga anak-anak nanti?" tanya Amel.
"Kalau gitu kita cari pengasuh saja, Kak. Gimana?" timpal Ayu memberi saran lagi.
"Kakak takut mempekerjakan orang asing, Yu. Gimana juga harus membayar pengasuh? Kita juga lagi kesusahan begini," lirih Amel sendu.
"Iya. Aku mengerti Kak. Tapi ... dengan keadaan kita saat ini. Apa yang harus kita lakukan? Masalah membayar pengasuh Kakak tenang saja. Biar aku yang mengurusnya." lirih Ayu berusaha menyakinkan Amel.
"Nanti Kakak pikir-pikir dulu."
"Oke, Kak."
Drrtt! Drrtt! Drrtt!
Terdengar getaran ponsel milik Ayu.
"Lihat dulu Yu. Siapa yang malam-malam meneleponmu, barangkali itu penting," pinta Amel.
"Iya. Tapi ini dari nomor tidak di kenal, Kak."
"Sudah, angkat saja. Mungkin dari pemilik mobil itu."
"Oke Kak. Ayu angkat teleponnya dulu, ya?" Amel mengangguk.
Ayu mengeser tombol hijau pada ponselnya pertanda bahwa dia telah mengangkat telepon dari nomor tak dikenal. Terdengar suara dingin dalam benda pipih miliknya.
"Halo. Selamat malam Bu!" sapa Arya dingin.
"Malam," ucap Ayu singkat, karena sudah mengenali suara ini persis dengan seseorang yang siang tadi ia temui.
Ayu lalu menlostspeaker handphonenya agar Amel juga bisa mendengar pembicaraan yang akan disampaikan oleh orang di seberang telepon.
"Begini Bu. Biaya perbaikan mobil sebesar 50 juta ribu rupiah," jelas Arya dingin.
Amel dan Ayu dibuat mengangga, tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.
"B--Brapa?" tanya Ayu sedikit gugup, tak percaya.
"50 juta," tegas Arya.
"What?! Es Batu. Eh, maksudku Om. Apakah masih bisa mencicilnya?" ucap Ayu keceblosan, sedikit memohon meminta keringanan.
Arya terdiam sejenak dan melanjutkan ucapannya.
"Bisa."
"Oke Om. Terima kasih."
Selesai Ayu berterimakasih ia tidak mendengar balasan dari Arya lagi. Arya sudah memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak. Amel yang sudah pernah mendengar suara itu tidak menghiraukannya, karena kecemasannya memikirkan biaya ganti rugi.
"Ih! Dasar Es Batu!" umpat Ayu.
"Terus gimana dong, Kak?" tanya Ayu cemas.
"Kakak juga binggung Yu. Dari mana kita dapatkan uang sebanyak itu," lirih Amel sendu.
"Gimana kalau Ayu bantuin Kakak kerja? Ayu bakal narik ojek lagi. Lumayan ojek bututku masih bagus untuk dipakai Kak." Saran Ayu girang membayangkan dia bisa narik ojek bututnya lagi.
Dulu waktu Ayu memutuskan ikut pindah bersama Amel. Dia tidak diizinkan Amel untuk narik ojek lagi. Kata Amel narik ojek tidak cocok untuk perempuan.
Ayu dengan gigih membujuk Amel untuk menyetujuinya, alhasil Amel mengancam kalau dia tetap narik ojek lagi, maka dia tidak boleh ikut pindah bersamanya. Dengan berat hati akhirnya Ayu menyetujuinya.
Sekarang Ayu tidak mau kehilangan kesempatan ini lagi. Amel terlihat sedang berpikir dengan apa yang barusan diucapkan oleh Ayu.
Gimana nih, aku nggak bisa terus-terusan menyusahkannya. Tapi ... dengan keadaanku sekarang ... aku juga tidak dapat berbuat apa-apa, batin Amel dilema.
"Yu. Kakak nggak mau kamu narik ojek lagi," terang Amel.
"Kakak nggak usah khawatir. Ayu beneran nggak papa kok Kak. Malahan nih ya, aku senang kok bantuin Kakak. Lagian Ayu udah kangen Kak, pengen narik motor sambil menikmati pemandangan gitu. Hehe," ucap Ayu terkekeh, menyakinkan Amel.
"Maafin Kakak Yu.Kakak selalu merepotkanmu," lirih Amel.
"Kakak,Kakak. Ini tidak merepotkan sama sekali kok Kak. Ayu sekarang sudah anggap Kakak sebagai Kakak kandung Ayu sendiri. Masa tidak boleh sih! Seorang adik membantu Kakaknya? " ucap Ayu cemberut melipat kedua tangan di dadanya, lalu menghadap ke arah lain.
"Tapi Yu--" Belum sempat Amel berucap Ayu sudah menyergah ucapannya.
"Pokoknya nggak ada tapi-tapian Kak. Please ya Kak. Ya,ya,ya?" ucap Ayu menghadap Amel sambil memohon. Mendengar tidak ada respon. Ayu berucap lagi.
"Ayolah Kak. Ya-ya please Kakakku yang cuantik bagaikan bidadari, baik hati, tidak sombong pokoknya imut sejagat raya deh. Boleh ya, boleh ya?" Matanya berkedip-kedip.
"Hais ... anak ini. Iya deh, Kakak izinin. Tapi, kamu harus hati-hati kalau lagi narik ojek," ucap Amel mengiyakan. Karena tidak tahan melihat tingkah lucu yang dibuat oleh Ayu.
"Yee horeee ... akhirnya aku bisa narik ojek lagi!" teriak Ayu. Saking senangnya, Ayu menciumi pipi kanan dan kiri Amel secara bergantian.
"Sstt! Jangan berisik! Nanti anak-anak bisa bangun mendengar suara cemprengmu itu!" tegur Amel pelan.
"Eh. Hehe. Iya Kak. Habisnya Ayu terlalu senang. Tapi Kak, terima kasih, ya!" ucap Ayu tersenyum lebar, memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Iya. Sama-sama adikku," ucap Amel tersenyum lebar menangapi ucapan Ayu barusan.
"Ah, Kakak." ucap Ayu tersenyum senang, memeluk Amel. Amel pun membalas pelukkan Ayu.
"Kita tidur yuk! Besok Kakak mau kerja juga, takut terlambat. Biasalah Bosnya galak, bisa mati berdiri nanti, kalau sampai Kakak datang terlambat," ucap Amel mengingat Bosnya itu.
"Oke Kak, besok aku juga berencana mencarikan pengasuh baru, buat para malaikat kecilmu itu," ucap Ayu serius.
"Iya terserah kamu saja, yang penting kamu senang,"
"Oke Kak."
Amel berlalu pergi ke kamar yang di tempati oleh keempat bocah mungilnya. Dari kecil sampai sekarang mereka berlima memang tidur bersama. Saat masuk kamar yang terbilang cukup sederhana, dengan nuasa dinding putih polos.
Amel melihat tingkah lucu yang dilakukan anaknya ketika sedang tidur, yang di mana Bara Si gendut kakinya telah berada di atas wajah Raka. Bunga dan Rasti yang tidur sedang berpelukkan. Amel segera menghampiri Bara dan mengangkatnya untuk memperbaiki posisi tidurnya.
Amel sengaja mengunakan kasur berukuran super king size, yang hanya di bawahnya beralaskan karpet, agar anak-anak munggilnya saat terjatuh tidak terlalu tinggi dari lantai.
Amel membaringkan tubuhnya di bagian tengah tempat tidur agar dia lebih leluasa menjangkau dan memeluk mereka. Terlihat mereka tertidur pulas sambil berpelukkan.
Bila malam tiba suasana di ruangan itu tanpa AC sekalipun tetap saja dingin. Tapi, dengan keadaan tidur yang berhimpit-himpitan, membuat kenyamanan tersendiri bagi mereka semua.
Amel terbangun pukul 05:07 subuh. Dia kemudian ke kamar mandi untuk sekedar membasuh wajahnya. Setelah keluar dari kamar mandi Amel bergegas keluar dari kamarnya dan melakukan aktivitas sehari-harinya.
Bersambung❣
jdi rd MLS klmaan