Siapa sangka, cinta yang dulu hangat kini berubah menjadi api dendam yang membara. Delapan tahun lalu, Alya memutuskan Randy, meninggalkan luka mendalam di hati lelaki itu. Sejak saat itu, Randy hidup hanya untuk satu tujuan : membalas sakit hatinya.
Hidup Alya pun tak lagi indah. Nasib membawanya menjadi asisten rumah tangga, hingga takdir kejam mempertemukannya kembali dengan Randy—yang kini telah beristri. Alya bekerja di rumah sang mantan kekasih.
Di balik tembok rumah itu, dendam Randy menemukan panggungnya. Ia menghancurkan harga diri Alya, hingga membuatnya mengandung tanpa tanggung jawab.
“Andai kamu tahu alasanku memutuskanmu dulu,” bisik Alya dengan air mata. “Kamu akan menyesal telah menghinakanku seperti ini.”
Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Mampukah cinta mengalahkan dendam, atau justru rahasia kelam yang akan mengubah segalanya?
Kisah ini tentang luka, cinta, dan penebusan yang mengguncang hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Setelah Bu Yusi sempat mendatanginya ke kantor saat itu, kini Randy kembali mengunjunginya di rumah. Ia ingin memperjelas apa yang ibu angkatnya kemarin ucapkan. Selama ini, ia selalu menurut pada ibunya itu, hingga ia yakin apa pun yang Bu Yusi katakan lebih banyak benarnya.
“Ibu, kenapa Ibu bilang Alya tidak salah? Terlepas dari kesalahan Randy yang berbuat seperti itu, tapi Alya dan orang tuanya sudah menghina Randy, mereka ingin Randy menjauh dari Alya karena kita tidak pantas bersama. Hanya karena Randy yatim piatu tak bermasa depan. Mereka sudah menyakiti hati Randy, Bu,” jelasnya.
“Nak, coba lah melihat segala sesuatunya dari sudut pandang lain, jangan hanya dari pandanganmu saja. Bisa saja itu semua terpaksa mereka lakukan karena tekanan pihak lain,” ujar Bu Yusi membuat Randy semakin tak paham.
Mengatakan bahwa Alya adalah perempuan yang baik, Bu Yusi tak percaya mantan kekasih Randy itu jahat dan memutuskannya hanya karena status.
Terdiam sejenak, Bu Puri lalu melanjutkan ucapannya.
“Pamanmu yang meminta Alya menjauhimu, Nak. Justru kamu lah yang tak boleh menjalin hubungan dengan orang biasa seperti Alya dan keluarganya. Kamu hidup dari pamanmu, sudah tentu dia akan menyiapkan jodoh untukmu, agar kamu tetap berada dalam lingkungan yang setara dengan mereka,” ungkap Bu Yusi terpaksa mengatakanya saat ini.
Tak bisa mempercayainya, Randy merasa ibunya pasti salah sangka. “Om Tama itu baik, Bu, tidak mungkin Om Tama berbuat seperti itu,” bantah Randy.
Menggeleng, Bu Yusi hanya mengatakan apa yang ia tahu. “Nak, Ibu hanya minta kamu hidup dengan penuh hati-hati dan memiliki sifat legowo, jika suatu saat nanti kamu menemukan fakta yang membuatmu sesak. Jangan mudah mempercayai siapa pun yang kamu anggap baik. Semua orang bisa berbuat baik karena ada kepentingannya.”
Bu Yusi lalu menjelaskan bahwa yang ia tahu dulu, Om Tama pernah memintanya memberi tahu Randy untuk menjauhi Alya, tapi saat itu tak ia lakukan karena tak ingin merusak kebahagiaan sang anak angkat yang sangat disayanginya itu. “Ibu bisa lihat kamu begitu bahagia dengannya. Jadi, Ibu biarkan kamu bersamanya.”
Sampai akhirnya, Om Tama sendiri yang turun tangan dengan menekan keluarga Alya agar mereka bisa membuat Alya putus dengan Randy. Hanya saja, Bu Yusi tak tahu apa yang sudah Om Tama lakukan pada keluarga Alya. Tapi ia yakin, hinaan yang dilontarkan ibu Alya adalah bentuk ketegasan agar Randy mau berpisah dengan Alya.
Terdiam, Randy merenungi penjelasan sang ibu. Seketika ia teringat akan perjodohannya dengan Nadia yang dilakukan oleh Om Tama. Padahal, ia tak sama sekali mencintai istrinya itu hingga saat ini. Menelan salivanya kasar, Randy semakin merasa bersalah andai semua yang Bu Yusi katakan itu benar. Ia pun kembali teringat pada ucapan terakhir Alya bahwa dirinya akan menyesal setelah tahu apa alasan Alya memutuskannya.
“Ibu, tapi apa itu benar?” Randy memastikan apa yang ia dengar tak salah.
Mengangguk pelan, Bu Yusi lalu memeluk Randy penuh kasih sayang. “Ingat pesan Ibu ya, Nak. Bila suatu saat nanti bapak dan ibumu ini sudah tiada, kamu hanya punya anak dari benih yang kamu tanam di rahim Alya. Cari dia, dia darah dagingmu.”
Bu Yusi juga menambahkan nasihatnya, agar Randy bisa lebih peka terhadap keadaan sekitarnya dan mulai mencari tahu tentang kehidupannya paska kematian orang tuanya.
“Cari lah orang yang bernama Pak Antonio, dia seorang kuasa hukum yang diamanatkan oleh ayah kandungmu, untuk mengurus warisan yang diturunkan padamu sebagai anak tunggalnya. Dia tahu semuanya. Setidaknya, agar kamu tahu, apa hak yang seharusnya kamu dapatkan,” lanjut Bu Yusi.
Terdiam terpaku, Randy mencerna setiap ucapan ibu angkatnya, yang ia tahu, tak mungkin jika semua ucapan Bu Yusi ini tanpa arti.
“Apa maksud Ibu? Apa Ibu tidak tahu apa-apa yang terjadi sejak kematian keluarga Randy?” tanya Randy lagi.
“Pak Antonio lebih tahu semuanya dari Ibu, Nak,” jawab Bu Yusi seakan membuat Randy tak banyak bertanya lagi.
***
Agak sulit memang, jika harus mencari seseorang bernama Antonio, yang pernah mengurus warisan orang tuanya 20 tahun lalu.
“Itu sudah lama sekali, Tuan. Kuasa hukum yang bernama Antonio juga pasti tak hanya 1 tapi ada banyak, rasanya tak mungkin jika kita harus mencari satu per satu,” ujar Geni, yang diminta Randy untuk mencari orang tersebut.
“Cari saja nama Antonio yang ada di Jakarta dan sekitarnya, jangan klik untuk seluruh kota di Indonesia, karena pasti banyak yang muncul,” pinta Randy.
Menghela nafasnya, Geni pun sudah melakukannya. Hanya saja, nama Antonio juga cukup banyak yang muncul ketika lokasi Jakarta dan sekitarnya dipilih. Lagi pula, bisa saja Antonio yang mereka cari kini tak lagi berada di Jakarta.
Geni pun menanyakan apakah tidak ada clue lain, agar pencarian mereka bisa dipersempit, seperti misalnya nama lengkap atau tempat kerjanya.
Menggeleng, Randy hanya tahu nama itu dari sang ibu angkat, karena memang hanya itu juga informasi yang diketahui Bu Yusi.
Terpaksa, Geni harus mencari lebih keras lagi sosok bernama Antonio itu, padahal, satu tugas sebelumnya yaitu mencari Alya dan anaknya saja belum selesai.
“Kenapa? Kamu keberatan?” Randy melirik ke arah asistennya yang tampak lesu.
“Oh, tidak, Tuan, saya siap melaksanakannya!” ujar Geni tegas sembari menempelkan tangannya di kening tanda hormat.
Mulai membagi timnya menjadi 2 bagian, Geni menargetkan mereka harus secepatnya menemukan Alya dan anaknya, juga Pak Antonio.
...****************...
alurnya teratur baca jdi rileks banyak novel yang lain tulisan nya di ulang ulang terlalu banyak kosakata aku senang cerita kamu terus deh berkarya walaupun belum juara
Semangat kutunggu Karya selanjutnya Thoor, semoga sehat selalu