🌺Judul sebelumnya Pesona Cleopatra🌺
Cleopatra, wanita yang biasa dipanggil Rara menghipnotis banyak kaum adam termasuk kakak beradik Fahreza dan Zayn.
Tepat di detik-detik pernikahan Rara dan Reza, Zayn merenggut kehormatan Rara.
Rasa cinta Reza yang besar tak menyurutkan langkahnya untuk tetap menikahi gadis cantik bak ratu mesir di zaman dahulu itu. Namun, noda yang ada pada sang istri tetap membekas di hati Reza dan membuat ia lemah untuk memberi nafkah batin selama pernikahan.
Apakah Reza benar-benar tulus mencintai Rara? Atau Zayn, pria yang memang lebih mencintai Rara? bagaimana nasib Rara selanjutnya?
Baca sampe tuntas ya guys.
Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suami idaman
Reza membawa Rara pulang ke rumah. Akhirnya, sang istri dibolehkan keluar dari rumah sakit dan cukup denga perawatan di rumah saja.
Mia dan Sanjaya turut senang. Mereka pun berada di rumah sakit ini untuk menemani sang putri yang akan pulang ke rumahnya.
“Kita akan tinggal di rumah Bunda?” tanya Rara pada sang suami.
Reza mengangguk. Lalu, ia menggendong istrinya untuk duduk di kursi roda, karena perjalanan dari kamar perawatan menuju parkiran cukup jauh.
“Jika kita tinggal di rumah Bunda, aku akan lebih tenang meninggalkanmu saat ke kantor,” jawab Reza dan mendudukkan tubuh sang istri di kursi itu.
Rara tersenyum. Sang suami memang selalu tahu apa yang ia inginkan. Sejak kecil, Rara selalu diperlakukan bak seorang putri oleh Reza.
“Kamu akan mulai bekerja?” tanya Rara lagi.
Reza berjongkok untuk mensejajarkan dirinya apda sang istri. “Jika kamu ingin aku temani sepanjang hari, aku akan bekerja dari rumah.”
Rara menggeleng. “Tidak, bukan begitu. Justru aku menyuruhmu untuk ke kantor. Kasihan Doni, asistenmu itu mondar mandir ke sini hanya untuk memberikan berkas. Lagi pula kamu belum mendapatkan sekretaris baru bukan?”
Belum lama ini, memang sekeretaris Reza yang sudah mengabdi pada keluarganya selama dua belas tahun itu, mengundurkan diri. Wanita itu sudah menjadi sekretaris sejak perusahaan ini di pimpin oleh Kemal, sang ayah. Kemudian, dia resgin setelah melahirkan anaknya yang ketiga karena kebobolan.
Reza menoel ujung hidung istrinya. “Hmm ... pengertian sekali kamu.” Lalu, ia berdiri dan mulai mendorong kursi itu.
Seorang suster di sana menjadi tidak berguna, karena Reza meminta untuk mendorong kursi yang di dudukkan sang istri itu sendiri. Mia dan Sanjaya merasa beruntung memiliki menantu seperti Reza, karena pria itu benar-benar mencintai putrinya. Ia menerima semua kekurangan yang di dalam diri Rara. Dan, selama di rumah sakit ini pun, Reza begitu telaten mengurus juga menemani Rara. Hal itu cukup membuat semua tim medis yang melihatnya pun terharu dan ingin memiliki suami idaman seperti Reza.
Sesampainya di parkiran, Reza kembali menggendong Rara dan mendudukkannya di dalam mobil, tepatnya di kuri penumpang depan.
“Terima kasih, Sus,’ ucap Reza saat mengembalikan kursi roda itu.
“Sama-sama, Pak,” jawab perawat itu, lalu kemudian mengalihkan pandangannya pada Rara. “Semoga cepat pulih ya, Bu.”
“Terima kasih.” Rara menyambut senyum itu dengan manis.
Mia dan Sanjaya juga memberikan ucapan terima kasih pada perawat yang telah membantu putrinya pada masa-masa pemulihan di tempat itu.
****
Reza membuka matanya terlebih dahulu. Ia memang selalu terjaga lebih awal dibanding sang istri setiap pagi. Rara yang tak mau kalah, terkadang menggunakan ponselnya untuk mengalarmkan jam untuk bangun terlebih dahulu dari sang suami. Namun sayangnya Rara tetap saja bangun belakangan karena ia tak pernah mendengar bunyi alarm itu, kalaupun mendengar, ia malah mematikan dan tidur kembali.
Reza tersenyum dan mengelus pipi mulus itu. Jari telunjuknya meraba pahatan wajah sempurna Rara dari mulai kedua mata bulat dengan bulu di atasnya yang lentik, lalu hidungnya yang mancung dan bibir yang tidak tebal juga tidak tipis berwarna merah jambu dengan sedikit terbelah di tengahnya.
Reza mengingat semua perjalanan cintanya bersama sang istri. Semula cinta mereka memang berjalan mulus, karena ia tak memiliki hambatan saat mengutarakan cinta pada wanita pujaannya itu. Reza menjadi pria yang dipilih Rara dari sekian banyak pria yang menyukai dan mendekatinya. Ia patut berbangga atas hal itu. Namun justru ujian itu datanga dari internal, ia tak menyangka akan memiliki rival dari saudara kandungnya sendiri, walau Rara tak mengetahui itu, tetapi Zayn mengacaukan pernikahannya yang tinggal menghitung hari dan membuat Rara celaka hingga ia harus menunggu pujaan hatinya sadar dari koma yang berkepanjangan.
Seketika senyum Reza pun pudar, kala mengingat kejadian yang membuatnya sakit hati itu, pengkhianatan itu.
Reza mengelus pipi Rara yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Bulu-bulu halus itu terlihat jelas karena warna kulitnya yang putih tanpa cacat sedikitpun.
“Zayn, aku sangat membencimu. Sangat membencimu,” gumam Reza karena berpikir apa yang terjadi pada sang istri hingga detik ini adalah karena ulahnya.
Rara mengerjapkan mata. Di tengah sayup-sayup saat matanya terjaga, ia mendengar gumaman itu.
“Benci? Kakak benci siapa?” tanya Rara membuat Reza terkejut.
Pikiran Reza masih menerawang di masa-masa terpuruk itu, lalu Rara menyadarkannya.
“Apa?” tanya Reza yang semula tidak fokus dengan pertanyaan Rara.
“Tadi kamu menyebut kata benci.” Rara membuka matanya sempurna. “Kamu membenci siapa, Kak?”
Reza terdiam. Ia sengaja merahasiakan perseteruannya dengan sang adik dari Rara. Bahkan ia bersyukur karena Rara diberi hilang ingatan pada kecelakaan pertama yang membuatnya koma berkepanjangan.
“Aku benci melihatmu sedih,” jawab Reza.
Rara tersenyum. “Aku tahu, makanya kamu selalu membuatku bahagia.” Ia memeluk erat tubuh sang istri dan bersandar di atas dada bidang itu.
“Wajahmu sekarang sudah tidak terlalu pucat, Sayang.”
“Aku akan cepat pulih, Kak. Apalagi ada perawat yang merawatku dengan cinta.” Rara menengadahkan wajahnya dan menatap sang suami.
Kemudian, ia memajukan wajahnya untuk mengecup bibir Reza.
Cup
Rara mengecup bibir itu sekilas. “Aku mencintaimu, Kak.”
Reza menahan tengkuk Rara dan kembali mencium bibir ranum itu. “Aku lebih mencintaimu.”
Mereka pun sama-sama tersenyum dan Rara kembali bersandar pada dada bidang itu. Tangan Rara tidak sengaja menyentuh milik sang suami yang cukup mulai berubah bentuk.
“Kamu menginginkannya?” tanya Rara, membuat Reza bingung untuk menjawab.
Pasalnya mereka memang sudah tiga bulan tidak melakukan kegiatan itu. Terakhir Reza melakukan hubungan intim itu saat ia dilanda gairah akibat obat perangsang yang ia minum hingga membuahkan janin yang tidak bisa dipertahankan.
“Kamu sangat perkasa malam itu,” kata Rara menggoda.
Mereka memang jarang sekali berhubungan s*x karena kelemahan Reza, tapi pagi ini entah mengapa milik Reza terbangun tanpa aba-aba, padahal biasanya Rara harus memberi rangsangan terlebih dahulu.
“Jangan diingat, Sayang. aku malu. Bahkan aku merasa bersalah padamu setelah itu, karena membuatmu menjadi sakit.”
Ya, setelah itu, Rara terpaksa harus rehat dan tidak mengajar selama lima hari karena sakit. Seluruh badannya remuk serta bagian sensitifnya pun bengkak karena ulah suaminya itu.
“Tidak apa, aku suka kok,” kata Rara manja.
Reza tersenyum. “Nakal.” Ia mencubit ujung hidung Rara. “Sekarang kamu masih sakit, kata dokter dilarang berhubungan hingga delapan minggu ke depan.”
“Lama sekali,” ucap Rara lirih. “Aku kasihan padamu.”
“Dalam urusan itu, aku pria paling kuat untuk menahan, Sayang. Apalagi melihatmu sakit seperti ini, aku pun menjadi tidak bergairah.”
Rara menatap wajah suaminya yang berkata jujur dan tulus. “Hmm ... aku sungguh merasa bersalah. Sekali lagi maaf. Maaf karena aku tidak mendengarkanmu untuk tidak mengendarai kendaraan sendiri.”
“Sudahlah, semua sudah terjadi. Yang penting sekarang kamu tetap bersamaku.” Reza memeluk erat tubuh sang istri dan membawa kepala sang istri untuk kembali berada dalam dekapan dadanya yang bidang.
Rara pun melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Reza untuk mengeratkan pelukan itu. “Terima kasih, Kak. Terima kasih karena telah menjadi suami idaman untukku.”
Beberapa menit mereka mnikamti pagi dengan posisi ini, sebelum Reza memulai aktifitasnya kembali di kantor.
Visual Cleopatra
Cleo lagi ketawa, cantik ya. aku aja ngga kedip liatnya😁
Visual Zayn
Visual Reza