Jangan lupa follow Author yaaaaa!!!!!!!
Hidup Kayla yang awalnya begitu tenang berubah ketika Ayahnya menjodohkannya dengan seorang pria yang begitu dingin, cuek dan disiplin. Baru satu hari menikah, sang suami sudah pergi karena ada pekerjaan mendesak.
Setelah dua bulan, Kayla pun harus melaksanakan koas di kota kelahirannya, ketika Kayla tengah bertugas tiba-tiba ia bertemu dengan pria yang sudah sah menjadi suaminya tengah mengobati pasien di rumah sakit tempat Kayla bertugas.
Bagaimana kelanjutannya? Bagaimana reaksi Kayla ketika melihat suaminya adalah Dokter di rumah sakit tempatnya bertugas? Apa penjelasan yang diberikan sang suami pada Kayla?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dokter Karin
Satu bulan berlalu, Kayla dan Arthur sudah kembali seperti sebelumnya. Hubungan mereka mulai harmonis secara perlahan, walaupun kadang-kadang Arthur masih suka bersikap cuek dan dingin pada Kayla, namun Kayla sudah terbiasa sehingga ia tidak lagi memasukannya ke dalam hati.
Sayangnya, dibalik keharmonisan hubungan Kayla dan Arthur, Dokter Bian harus pergi meninggalkan mereka karena kepindahannya yang sudah dijadwalkan, di mana Dokter Bian sudah pindah sejak dua hari yang lalu. Kayla yang biasanya mendapat nasihat dari Dokter Bian pun merasa ada yang hilang, ia bingung untuk bercerita pada siapa lagi.
Kepergian Dokter Bian juga membawa perubahan, di mana hari ini terdapat Dokter baru yang bernama Karin, salah satu lulusan terbaik universitas di negara A. Bukan hanya itu, tapi keluarganya juga begitu terpandang, Ayahnya seorang tentara dan Ibunya seorang Dokter.
Tentu saja rumor tentang Karin sudah menjadi konsumsi pubik bahkan sebelum Karin datang, "Kayla!" panggil Nadia.
"Kenapa?" tanya Kayla.
"Kamu habis darimana?" tanya Nadia.
"Aku habis ngumpulin resume, kenapa memangnya?" tanya Kayla.
"Aku tadi lihat Dokter Karin, gila cantik banget," ucap Nadia.
"Dokter Karin udah datang?" tanya Kayla.
"Udah, tadi sama dokter Gilbert," ucap Nadia.
"Yaudah, kamu gak ke bangsal?" tanya Kayla.
"Nanti dulu, berita ini lebih penting dari yang lain," ucap Nadia.
"Berita? berita apa?" tanya Kayla.
"Dengar ya, Dokter Karin ini cantik banget dan banyak yang bilang kalau Dokter Karin ini cocok deh sama Dokter Arthur," ucap Nadia.
Kayla yang sejak tadi tidak tertarik dengan obrolan tersebut pun langsung menatap tajam Nadia, "Kamu yakin Dokter Karin dan Dokter Arthur cocok?" tanya Kayla.
"Iya, aku yakin dan banyak yang setuju sama aku," ucap nadia.
"Gak mungkinlah, ya kali dokter Arthur mau," ucap Kayla.
"Menurutku sih mau aja, orang dokter Karin dari keluarga yang terpandang, ya sepadanlah sama Dokter Arthur," ucap Nadia.
"Tau deh, aku pergi dulu," ucap Kayla.
"Eh. Kayla itu Dokter Karin," ucap Nadia.
Karin berjalan bersama Dokter Gilbert dan melewati Kayla, kali ini Kayla akui jika Karin memang cantik.
Langkah anggun Karin yang melintasi koridor rumah sakit memang menjadi pusat perhatian, dengan jas Dokter yang pas di tubuhnya, riasan wajah yang natural namun elegan, ia benar-benar memancarkan aura wanita berkelas.
Kayla tertegun sejenak, ada rasa sesak yang tiba-tiba menyerang dadanya saat mendengar ucapan Nadia yakni sepadan, kata itu seolah menghantam harga dirinya. Jika Karin adalah putri seorang tentara dan Dokter lulusan luar negeri, maka Kayla hanyalah mahasiswi koas yang masih sering dimarahi Arthur.
Arthur sedang berdiri di depan Nurse Station sambil membaca grafik pasien ketika Dokter Gilbert datang bersama Karin. "Dokter Arthur, perkenalkan, ini Dokter spesialis baru yang akan bergabung di tim anda, Dokter Karin," ucap Dokter Gilbert yang memperkenalkan Karin pada Arthur.
Arthur mendongak datar, tidak ada binar kagum di matanya. "Arthur," ucap Arthur singkat tanpa mengulurkan tangan dan hanya anggukan kepala formal.
Karin tersenyum manis, senyum yang sengaja ia buat semenarik mungkin. "Saya Karin, saya sudah banyak membaca jurnal penelitian anda saat saya masih di universitas A, suatu kehormatan bisa bekerja satu tim dengan Dokter bedah saraf terbaik di negeri ini," ucap Karin.
"Terima kasih. Semoga kompetensi anda sesuai dengan reputasi universitas anda," jawab Arthur dingin dan segera menutup map di tangannya.
"Dokter Gilbert, tolong berikan orientasi bangsal pada Dokter Karin, karena saya ada jadwal visit," lanjut Arthur dan meninggalkan Dokter Gilbert dan Karin.
"Jangan dimasukkan hati sikap Dokter Arthur, beliau memang seperti itu," ucap Dokter Gilbert.
"Iya, saya mengerti Dokter. Saya juga sebelumnya sempat mendengar bagaimana sikap Dokter Arthur," jawab Karin.
Karin tidak terintimidasi oleh sikap dingin Arthur, justru baginya laki-laki seperti Arthur adalah tantangan yang menarik.
Siang harinya, saat jam istirahat, Karin sengaja mendatangi ruang konsul Arthur, ia membawa sebuah paper bag berisi kopi premium dan camilan sehat.
"Dokter Arthur, boleh saya masuk?" tanya Karin lembut sambil mengetuk pintu yang terbuka.
Arthur yang sedang memijat pelipisnya menoleh, "Ada apa Dokter Karin? Ada masalah dengan pasien?" tanya Arthur.
"Oh, bukan. Saya hanya ingin berdiskusi soal kasus tumor di kamar 302, sekalian saya bawakan kopi, saya tahu Dokter Arthur pasti sangat sibuk hari ini," ucap Karin sambil berjalan masuk dan meletakkan kopi itu tepat di depan Arthur.
Arthur menatap kopi itu tanpa minat, "Simpan saja kopinya untik Dokter Karin, saya baru saja minum teh. Mengenai pasien 302, Dokter Karin bisa diskusikan dengan Dokter senior lainnya terlebih dahulu sebelum ke saya," ucap Arthur.
"Tapi saya ingin mendengar perspektif dari anda langsung, Dokter Arthur. Metode Dokter Arthur sangat unik," puji Karin yang sengaja duduk di kursi depan meja Arthur dan sedikit mencondongkan tubuhnya.
Di luar ruangan, Kayla yang hendak mengantarkan hasil laboratorium terhenti di depan pintu kaca yang sedikit terbuka,Kayla melihat Karin yang sedang tersenyum lebar sambil terus mengajak Arthur bicara.
"Kay? Kamu kenapa?" tanya Celine yang tiba-tiba muncul di belakang Kayla.
"Eh? gak, ini cuma mau antar hasil lab," jawab Kayla gugup.
"Kayla, itu Dokter Arthur dan Dokter Karin kan, waduh ini akan menjadi topik hangat sih, gila padahal Dokter Karin baru hari pertama loh, tapi langsung bisa menarik Dokter Arthur," ucap Celine.
"Udah, ayo pergi," ucap Kayla dan menarik tangan Celine agar menjauh dari ruangan itu.
Langkah Kayla terasa sangat berat saat menarik Celine menjauh, meskipun Kayla berusaha bersikap tenang, kepalanya terus memutar adegan Karin yang mencondongkan tubuh ke arah suaminya. Ada rasa cemburu yang membakar, namun lebih besar lagi rasa tidak percaya dirinya.
"Kay, tunggu! Pelan-pelan," keluh Celine sambil berusaha mengimbangi langkah Kayla.
"Kamu lama," ucap Kayla.
"Kamu kenapa sih? Kayak habis lihat hantu aja," ucap Celine.
"Aku cuma mau cepat-cepat balik ke bangsal, Celine. Laporannya harus segera diselesaikan," jawab Kayla tanpa menoleh.
"Tapi benar kata orang-orang ya kalau Dokter Karin itu levelnya beda. Dia punya kepercayaan diri yang gak dimiliki sembarang orang untuk mendekati Dokter Arthur yang sedingin es itu," gumam Celine lagi dan tidak sadar bahwa setiap kata-katanya adalah sembilu bagi Kayla.
"Udah jangan gosip aja, lagian itu semua belum tentu benar," ucap Kayla.
"Mana ada, kalau menurutku nih, sebentar lagi pasti mereka bakal ngumumin hubungan mereka secara publik. Aku gak bisa bayangin kalau itu terjadi, Dokter Arthur yang gantengnya gak ada obat menikah sama Dokter Karin yang cantiknya juga gak ada obat," ucap Celine heboh.
Kayla yang kesal pada Celine pun meninggalkan Celine sendirian, "Loh Kay, kok aku ditinggal sih," ucap Celine.
Kayla mempercepat langkahnya, tidak peduli dengan teriakan Celine yang menggema di koridor, dadanya terasa sesak. Bayangan Arthur dan Karin yang duduk berdekatan di ruang konsul tadi terus menghantui pikirannya dan juga ucapan Celine tentang pengumuman hubungan publik seolah menjadi pengingat pahit bahwa dialah istri sah yang identitasnya harus disembunyikan rapat-rapat.
.
.
.
Bersambung.....