NovelToon NovelToon
Membawa Lari Benih Sang Mafia

Membawa Lari Benih Sang Mafia

Status: tamat
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Genius / Romansa / Roman-Angst Mafia / Tamat
Popularitas:3.1M
Nilai: 5
Nama Author: Senja

Elise, seorang gadis keturunan bangsawan kaya, hidupnya terikat pada aturan keluarga. Untuk mendapatkan harta warisan, ia diwajibkan menikah dan segera melahirkan keturunan. Namun Elise menolak. Baginya, pernikahan hanyalah belenggu, dan ia ingin memiliki seorang anak tanpa harus menyerahkan diri pada suami yang dipaksakan.
Keputusan nekat membawanya ke luar negeri, ke sebuah laboratorium ternama yang menawarkan program bayi tabung. Ia pikir segalanya akan berjalan sesuai rencana—hingga sebuah kesalahan fatal terjadi. Benih yang dimasukkan ke rahimnya ternyata bukan milik donor anonim, melainkan milik Diego Frederick, mafia paling berkuasa dan kejam di Italia.
Ketika Diego mengetahui benihnya dicuri dan kini tengah berkembang dalam tubuh seorang wanita misterius, murka pun meledak. Baginya, tak ada yang boleh menyentuh atau memiliki warisannya.

Apakah Elise berhasil melarikan diri? Dan apakah Diego berhasil menemukan wanita yang membawa lari benihnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 3

Tahun demi tahun telah berlalu, namun jejak wanita yang mengandung benihnya masih menjadi misteri yang menyesakkan dada Diego. Setiap kali ingatan itu menyeruak, amarahnya membara tak terkendali.

Di ruang kerjanya yang bernuansa dingin, Diego berdiri mematung di hadapan jendela kaca raksasa, memandang hujan yang mengguyur kota Milan. Jemarinya terkepal erat, rahangnya mengeras, mencerminkan gejolak batin yang tak tertahankan.

"Enam tahun," gumamnya. "Benihku raib selama enam tahun, dan tak seorang pun mampu mengungkap keberadaannya?"

Alana, sepupunya yang kini berprofesi sebagai dokter ternama, hanya bisa menatap Diego dengan raut pasrah dari kursi di seberang meja.

"Diego, sudah berulang kali kukatakan. Data lama di laboratorium itu telah terhapus. Kau tak bisa terus menerus menyalahkan dunia atas satu kesalahan sistem," ujar Alana dengan nada lembut.

"Kesalahan sistem?" Diego berbalik dengan tatapan setajam elang. "Ini bukan sekadar kesalahan sistem, Alana. Ini adalah sebuah kejahatan. Seseorang telah mencuri benihku, dan jika wanita itu berhasil melahirkan... anak itu kini telah berusia enam tahun."

Sorot mata dingin Diego mampu membuat Alana menghela napas panjang.

"Lantas, apa yang ingin kau lakukan?" tanya Alana, menyerah pada keras kepala sepupunya. "Kau telah mengerahkan semua orang untuk mencarinya. Kau bahkan mengintimidasi direktur laboratorium hingga nyaris membunuhnya. Namun, hasilnya nihil."

Diego melangkah mondar-mandir dengan gelisah, kemudian berhenti di depan meja kerjanya.

"Aku tak akan menyerah. Aku ingin kau menelusuri kembali data enam tahun lalu. Siapa pun yang memiliki akses ke ruang penyimpanan saat itu, aku ingin mengetahui identitasnya," perintah Diego dengan nada tak terbantahkan.

Alana memijat pelipisnya, mencoba meredakan denyutan yang mulai terasa. "Kau tahu, akan lebih mudah jika kau mengeluarkan benih baru dan menyimpannya kembali. Setidaknya, ada jaminan untuk masa depanmu."

"Kau pikir aku sama dengan pria biasa lainnya?!" seru Diego.

Alana menatap Diego dengan rasa prihatin yang mendalam. Ia tahu betul, sepupunya itu menyimpan trauma yang mengakar kuat.

Di usianya yang telah menginjak kepala tiga, Diego tak mampu bersentuhan dengan wanita mana pun. Luka batin akibat masa lalunya terlalu dalam, membuatnya menjauhi segala bentuk kedekatan fisik.

"Aku tak akan melakukannya lagi," ucap Diego datar. "Satu kali sudah cukup. Benih itu adalah satu-satunya milikku. Dan aku akan menemukannya. Kecuali jika aku menemukan wanita yang bisa kusentuh dan kunikmati sepuas hati."

"Baiklah. Tapi, jangan biarkan obsesi ini menghancurkanmu, Diego." Alana mengangkat kedua tangannya, tanda ia menyerah.

Pria itu tak menjawab. Ia hanya kembali menatap ke luar jendela dengan mata menyipit tajam.

*

*

Sementara itu, di sebuah rumah kontrakan sederhana di pinggiran kota sedang terjadi keributan ringan. Tentu saja itu rutinitas setiap pagi mereka.

"Alex! Tolong, jangan gunakan panci mama untuk memasak air lagi!" teriak Elise dari ruang tamu.

Suara dentingan sendok dan aroma bawang goreng menyeruak dari dapur sempit. Bocah berusia enam tahun itu berdiri di atas kursi kecil, mengaduk nasi di wajan dengan ekspresi serius layaknya seorang koki profesional.

"Jika Mama bisa memasak, aku tak perlu melakukan ini," balas Alex tanpa menoleh.

Elise mendengus. "Mama sibuk bekerja. Lagipula, mie instan juga makanan, kan?"

Alex menghentikan aktivitasnya, lalu menatap ibunya yang berdiri di ambang pintu dapur dengan tangan bersedekap.

"Makanan cepat saji tidak mengandung nutrisi, Mama. Kau tahu itu. Kau bahkan tak mengonsumsi sayuran selama tiga hari terakhir. Itu sebabnya kulit Mama terlihat pucat," ujar Alex dengan nada prihatin.

Elise memutar bola matanya. "Apa kau seorang dokter? Cerewet sekali!"

"Anak dari seseorang yang tampaknya sangat cerdas," balas Alex santai, membuat Elise terdiam sesaat.

Hatinya bergetar, bercampur antara rasa bangga dan takut. Terkadang, ucapan Alex terlalu tajam untuk ukuran anak seusianya.

"Sudah, Mama duduk saja. Aku hampir selesai," ucap Alex kemudian, kembali sibuk menyalakan api kecil.

Beberapa menit kemudian, aroma nasi goreng yang menggugah selera memenuhi seisi dapur. Elise menatapnya dengan takjub.

"Kau belajar memasak seperti ini dari mana?"

"Dari internet. Aku menggunakan resep paling sederhana, tapi aku memodifikasinya sedikit agar rasanya lebih kompleks."

Elise mendengus pelan. "Dengar itu... kompleks. Bocah enam tahun berbicara seperti seorang chef."

Alex menatap ibunya tanpa ekspresi. "Aku tak ingin Mama terus makan sembarangan. Jika Mama sakit, siapa yang akan menjagaku?"

Elise terdiam. Kalimat sederhana itu menusuk relung hatinya. Ia menatap anaknya yang kini meletakkan piring di meja makan, wajahnya dingin namun matanya menyimpan kasih sayang yang mendalam.

"Alex..." panggil Elise lirih.

Anak itu menatapnya sekilas, lalu tersenyum tipis, senyum langka yang hanya Elise yang tahu maknanya.

"Makanlah sebelum dingin, Mama. Rasanya tak seburuk mie instan, aku janji."

Elise tersenyum, mencoba menahan air mata yang tiba-tiba menyesak di dada.

"Jangan menangis. Mama jelek kalau menangis," ucap Alex seraya menghapus air mata ibunya.

"Siapa yang menangis! Mama kelilipan, tahu!" elak Elise, membuat Alex memutar bola matanya dengan malas.

"Ck ck ck! Lihatlah, wanita memang pandai berbohong," maki bocah itu dalam hati.

1
Katherina Ajawaila
nolak sih Elise sm pangeran dr Inggris, dapat malah lebih streng, ketua mafia cuuuiiiii🥺
Qaisaa Nazarudin
Beda Ndos mu..Dasar kamu aja yg Bego,Dasar Mafia abal-abal..
Qaisaa Nazarudin
PANTESAN dia kayak kerbau di cucuk hidung di depan Julia, Ternyata impotent,Bukan saja Sikapnya yang LEMAH, Terong nya juga LEMAH ternyata..
Qaisaa Nazarudin
Jangan2 itu Diego bukan MANTAN.nya..
Qaisaa Nazarudin
Lha dengan anak kecil aja berebut dan gak mau mengalah,Dasar kenak-kanakan..🤦🙄
awesome moment
simple ending tp...menghurakan
Qaisaa Nazarudin
Ak elah udah Duda.baru mau di JODOHIN sama Alise,Kalo aku juga ogah dapat barang BEKAS PECUNDANG lagi,gak banget..udah benar kamu kabur.. Dasar ORTU kamu aja yg GILA kuasa...🙄🙄
Qaisaa Nazarudin
ANEH dasar PLIN PLAN...🙄
Qaisaa Nazarudin
Nah ini yang ku bilang MAFIA abal-abal..Art nya aja bisa tau dari kemiripan mereka kalo Alex itu anaknya..Lha malah dia yg gak tau..Kan bisa aja dia buat test DNA untuk memastikan..Dasar aja namanya MAFIA abal-abal,otaknya gak nyampe ke situ...
awesome moment
😄😄😄😄😄g kebayang expresi gaje alex
Qaisaa Nazarudin
Lha itu diri mu sendiri,Udah 6 Tahun berlalu masih juga belom.ketemu Orang yg bawak kabur benihnya,Ini ketemu juga secara kebetulan..🤦🤦
Qaisaa Nazarudin
Disini Ternyata Bukan Alex yang lawan, Tapi Diego lah yg salah Lawan...🤣🤣🤣
Qaisaa Nazarudin
Alexander anak kamu...
Qaisaa Nazarudin
Wkwkwkwk Bemih hilang kepo nya mintak ampun, kalo gak mau disalah gunakan,ngapain di simpan di Lab?? Kayak gak bisa menghasilkan mayonis lagi aja..Lagian MAFIA kok ogeb banget masa ya MAFIA gak bisa mencari identitas seseorang dari Lab?? MAFIA abal-abal..😂😂😂🤭🤭
Qaisaa Nazarudin
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤐🤐🫣🫣
Qaisaa Nazarudin
Terus apa kabar dengan Diego? Gak ketemu sama Elise yg waktu itu dia suruh Orang suruhan mencari nya,Sampai udah 7 tahun juga berlalu??🤔🤔
Qaisaa Nazarudin
Heran deh ngapain Mayonis kamu simpan di Lab?? Kalo hilang ya udah kan bukan hanya itu mayonis yg kamu punya,Lagian bukan salah Alice mendapatkan benih mu,salahkan saja Dokter nya...
Saha Weh
semoga bayi ya kuat
Erna Masliana
betul anakmu sedikit gagal..dan cucumu mewarisi kecerdasanmu
Erna Masliana
heh...s angkuh jeruk nipis peras ternyata masih perawan 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!