Berjuang dari titik terendah, Gou Long memapak jalannya sendiri di Dunia Kangow.
Dunia Kangow penuh dengan Kultivator-Kultivator yang tamak dan ingin berkuasa.
Pertarungan, perebutan, pelarian, kelicikan lawan dan berbagai macam rintangan lainnya. Pertemuan dengan orang-orang baru, pencarian akan musuh dan pembalasan dendam.
"Aku akan berdiri di Puncak Dunia Persilatan!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KidOO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB — 010
“Dum! Dum! Dum!” Suara tabur dipukul dengan keras sebagai tanda dimulainya Kompetisi bela diri.
Wajah-wajah para Patriark Keluarga Utama menunjukkan senyum sumringah. Semua antusias ingin memperlihatkan kebolehan dari setiap bakat-bakat muda keluarga sendiri.
“Para peserta sekalian! Pertandingan silat dan daya tahan akan dibatasi dengan jumlah pertandingan setiap peserta, pesilat yang berhasil melewati lima tantangan dari pesilat lain akan dinyatakan lulus ke tahap berikutnya.”
Suara panitia penyelenggara terdengar menggema dalam arahan tersebut.
Patriark Keluarga Xia, ditunjuk sebagai juri pada kompetisi ini, walau Keluarga Xia tidak berfokus pada jalan Ilmu Bela Diri, tapi tingkat kultivasinya juga di Ranah Bumi Tahap Akhir. Xia Qiouyan, telah berlatih sampai Ranah Bumi sehingga dia bisa menjadi Alkemis Tingkat Bumi.
Perlu diingat, setiap Patriark Keluarga Utama berhasil mencapai Ranah Bumi Tahap Akhir, sama halnya dengan Penguasa Kota Xia Yu. Sehingga keluarga-keluarga besar ini dinyatakan sebagai Keluarga Utama Kota Xia Yu selama puluhan tahun.
Keluarga Murong menjadi keluarga yang paling menonjol, dari beberapa Keluarga Utama lain. Tidak hanya karena Keluarga Murong terkenal sebagai Keluarga Penguasa Kota.
Tentu saja, generasi muda Keluarga Murong menjadi yang paling berbakat, Murong Qiu berhasil berkultivasi sampai ke Ranah Bumi Tahap Awal.
Sedangkan Keluarga Utama lain, hanya pada Ranah Raja Tahap Akhir. Keluarga ini juga terkenal karena ramah-tamah dan bijak dalam bersikap.
Sementara itu, Keluarga Utama lainnya agak lebih tersembunyi, contoh Keluarga Jin. Pada kompetisi ini, Patriark Keluarga Jin ikut hadir membawa serta beberapa orang bakat utama, Jin Kai, Jin Yoksu, Jin Cin An, Jin Qingsi dan Jin Tengsin.
Jin Kai, merupakan Patriark generasi kelima Keluarga Jin. Roman dan postur tubuhnya gagah. Hanya saja ada sedikit raut kelicikan di sorot mata, sifatnya juga angkuh. Seluruh Keluarga Jin, juga memiliki sifat ini.
Bahkan bakat-bakat muda dari keluarga ini memperlihatkan sikap angkuh secara nyata, mereka tidak segan untuk memukul pelayan yang tidak melayani mereka dengan baik.
Keluarga Utama lainnya, dari Keluarga Zhang, Patriark yang memimpin masih dari generasi keempat yaitu Zhang Sanfeng. Usianya paling tua di antara semua Patriark Keluarga Utama.
Kegagahan dan keangkuhan tampak dari gesture dan gerak-geriknya. Keluarga Zhang juga hadir bersama beberapa generasi muda hebat. Zhang Su Seng, Zhang Cu Juan, Zhang Ceng dan Zhang Su Nio.
Kemudian Keluarga Utama yang terakhir, dari Keluarga Peng. Kalau Keluarga Xia lebih memfokuskan diri pada jalan Alkimia, maka Keluarga Peng memfokuskan diri mereka pada pembuatan Artefak dan reparasinya.
Skema Artefak dan pembuatannya juga mengharuskan para pengrajin Artefak agar memiliki tingkatan kultivasi yang sesuai dengan Artefak yang akan dikerjakan. Tapi walaupun begitu, mereka tetap tidak meninggalkan jalan bela diri, karena pembuatan Artefak tidaklah serumit teknik-teknik Alkimia.
Patriark Keluarga Peng, Peng Mofan yaitu pria paruh baya dengan otot-otot besar dan postur tubuh besar, wajahnya garang seperti bandit-bandit. Kerja keras pembuatan artefak tampak nyata dari otot-otot tubuhnya yang besar seperti gorila. Turut hadir bersamanya Peng Sijin, Peng Hu An, Peng Qinru dan Peng Wan.
Setiap Keluarga Utama ini akan mengirim generasi termudanya masing-masing, Hanya Murong Qiu yang tidak berpartisipasi. Dia tidak butuh Pil Kondensat, yang akan menjadi hadiah dari kompetisi. Keinginan terbesar Murong Qiu, hanya agar bisa masuk ke Sekte Naga Langit.
Xia Qiouyan melesat naik ke atas panggung arena bertanding.
“Pertandingan tidak akan dihentikan sebelum salah satu dari petarung menyatakan diri menyerah, yang terlempar keluar arena dinyatakan kalah. Pembunuhan dilarang keras, penggunaan senjata diperbolehkan, apa pun jenis senjata itu!” ucap Xia Qiouyan, berwibawa.
“Yang akan mengikuti tantangan ini dipersilahkan naik ke atas panggung!” lanjutnya.
Jin Tengsin yang sejak awal ingin mencuri perhatian segera melesat naik ke atas panggung.
Sudah sejak lama para pemuda dari Keluarga Utama menyukai Murong Qiu, di Festival Alkimia ini mereka melihat kehadiran tiga sosok baru di dalam rombongan Keluarga Murong.
Rasa iri dan bertanya-tanya jelas tampak di setiap raut wajah para pemuda dari Keluarga Utama. Masing-masing mereka sering berbisik dengan sesekali menatap ke arah Gou Long dan Hua Mei.
“Siapa pemuda rudin dengan wajah pucat itu?”
“Mungkin pelayan baru Keluarga Murong.”
“Mungkinkah? Rasanya tidak mungkin! Dia berada di barisan anggota keluarga, tapi, dia terlalu rudin dan berwajah pucat.”
“Bagaimana hubungannya dengan Adik Qiu? Mereka tampak akrab.”
“Terus! Bagaimana dengan gadis berwajah cantik itu?”
“Entahlah! Kita cari tau saja.”
Percakapan itu samar-samar terdengar di antara para pemuda Keluarga Utama.
Jin Tengsin berteriak, “Aku Tuan Muda Jin siap menerima tantangan siapa saja!” Nada yang sombong, gerakan mulut yang menghina, tatapan matanya jelas ditujukan ke arah Gou Long.
Gou Long tidak meladeni, dia tidak berniat sama sekali ambil bagian di kompetisi ini.
Salah seorang pemuda dari sekte kelas menengah naik ke atas panggung. “Junior Yau Chou, mohon bimbingan dari senior!” ucapnya, seraya membungkuk dan memberi penghormatan.
Jin Tengsin, dengan nada meremehkan berkata, “Kuberi kau bonus tiga pukulan, Silahkan dimulai!” nada ucapan yang mengejek dan merendahkan.
Pertarungan pun dimulai, seperti yang dikatakan Jin Tengsin, dia memberi Yau Chou tiga keringanan. Kemudian dia melesat dan membalas dalam beberapa gerakan.
Pada jurus ke sepuluh, satu pukulan keras memberikan luka serius pada Yau Chou, dia terlempar keluar arena, dengan dua tulang rusuk patah.
Setelah membereskan lawan pertamanya, tatapan Jin Tengsin kembali dialihkan ke arah Gou Long memperlihatkan senyum seringai setan.
Penantang lain terus naik ke atas panggung dan mencoba peruntungan. Untung tidak dapat diraih malah buntung yang didapatkan. Sampai akhir penantang kelima, Jin Tengsin mengalahkan mereka dengan luka-luka yang sadis dan kejam.
Dia sedikit kecewa, karena Gou Long tidak termasuk salah satu dari kelima lawannya.
“Huh! Tidak ada yang menarik, hanya para keronco yang lemah,” ucap Jin Tengsin, kemudian melesat turun meninggalkan panggung.
Di bawah panggung, Kakek Zhou melirik ke arah Gou Long lalu berkata, “Bocah! Dia menantangmu apa kau benar-benar tidak berniat ambil bagian?” lirih Kakek Zhou.
Gou Long tidak menjawab, dan hanya menggelengkan kepala.
Sementara itu, di atas panggung sudah berdiri generasi muda Keluarga Zhang. Zhang Ceng, pemuda yang gagah dan tampan dengan setelan pakaian warna abu-abu dan ditutupi jubah putih.
Ketika naik ke atas panggung dia langsung berkata, “Kalau tidak ada yang berani menantang karena tindakan saudara Jin yang sangat tegas, bolehkah aku yang menantang?” dia bertanya, sedikit membungkukkan badan ke arah Patriark Xia.
Xia Qiouyan menjawab singkat, “Selama sepuluh tarikan nafas, jika belum ada yang menantang, maka diperbolehkan untuk mengajukan tantangan.”
Dengan begitu setelah menunggu jeda sepuluh tarikan nafas, Zhang Ceng menghadap ke arah Peng Qinru lalu berteriak sambil tersenyum lebar. “Aku menantang Adik Qinru untuk berpartisipasi menukar beberapa jurus dan pukulan denganku!” senyuman Zhang Ceng semakin lebar setelah selesai berkata.
Peng Qinru tidak menolak tantangan dari Zhang Ceng, dia melesat ke atas panggung. “Mohon Kakak Ceng berlaku ringan pada Adik!” ujarnya.
Peng Qinru merupakan Nona termuda di keluarga pembuatan Artefak, dia cantik dan berbakat walau tidak secantik Murong Qiu dan Hua Mei. Tapi, telah sejak lama antara Zhang Ceng dan Peng Qinru saling merasakan ketertarikan. Jadi, di panggung kali ini lebih seperti Zhang Ceng mengajar Ilmu Silat pada Peng Qinru.
Setelah bertarung seratus jurus, nafas Peng Qinru sudah tidak teratur dia mengambil jarak dan berteriak.
“Aku menyerah!”
Terima kasih ini saah satu novel yang baik.
/Facepalm/