NovelToon NovelToon
Benih Titipan Milik Tuan Marco

Benih Titipan Milik Tuan Marco

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Lari Saat Hamil / Anak Genius / Anak Kembar / Identitas Tersembunyi
Popularitas:714.1k
Nilai: 5
Nama Author: kenz....567

"Kembalikan benihku yang Kamu curi Nona!"
....
Saat peluru menembus kaki dan pembunuh bayaran mengincar nyawanya, Mora Valeska tidak punya pilihan selain menerima tawaran gila dari seorang wanita tua yang menyelamatkannya untuk mengandung penerus keluarga yang tak ia kenal.

5 tahun berlalu. Mora hidup tenang dalam persembunyian bersama sepasang anak kembar yang tak pernah tahu siapa ayah mereka. Hingga akhirnya, masa lalu itu datang mengetuk pintu. Bukan lagi wanita tua itu, melainkan sang pemilik benih sesungguhnya—Marco Ramirez.

"Benihmu? Aku merasa tak pernah menampung benihmu, Tuan Cobra!" elak Mora, berusaha melindungi buah hatinya.

Marco menyeringai, tatapannya mengunci Mora tanpa ampun. "Kemarilah, biar kuingatkan dengan cara yang berbeda."

Kini, Mora harus berlari lagi. Bukan untuk menyelamatkan diri sendiri, tapi untuk menjaga anak-anaknya dari pria yang mengklaim mereka sebagai miliknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hampir Saja

Keesokan harinya, sinar matahari pagi menerobos masuk ke celah-celah jendela rumah sederhana yang ditinggali Mora. Hari ini Mora mendapatkan kabar baik yang sudah lama ia nantikan. Ia diterima bekerja di sebuah toko bunga yang cukup besar dan bergengsi di kota itu. Walau gajinya tak sebanyak saat ia bekerja di Amerika, tapi setidaknya ia mendapatkan pemasukan tetap. Dan menurutnya, angka itu masih lumayan untuk biaya hidup di sini.

"Kerja di toko bunga itu gaji cuman enam juta, kenapa enggak melamar di perusahaan saja, Mora?" tanya Kirana, ibu angkat Mora, yang melihat putrinya tengah bersiap-siap di depan cermin. Kirana duduk di tepi ranjang, melipat pakaian anak-anak yang baru diangkat dari jemuran.

Mora memoleskan bedak tipis di wajahnya. Ia menatap pantulan dirinya di cermin, lalu menoleh ke arah Kirana. "Pekerjaannya pasti sering lembur, Ma. Mora nggak mau ninggalin anak-anak terlalu lama," balas Mora beralasan.

Itu hanya sebagian dari alasan sebenarnya. Alasan utamanya jauh lebih gelap dan rumit. Mora sengaja menjauhkan dirinya dari dunia korporat, dari gedung-gedung pencakar langit yang penuh intrik. Bukan tanpa alasan, dirinya mewaspadai sesuatu. Sesuatu yang bisa saja membuka kembali masa kelam yang telah ia tutup rapat-rapat selama lima tahun terakhir. Jejak digital di perusahaan besar terlalu mudah dilacak, dan ia tidak ingin seseorang masa lalu menemukannya.

"Benar juga, sih. Kasihan anak-anak kalau ditinggal terus. Yasudahlah. Saran Mama, mending nanti kalau ada modal, kamu buka warung. Atau warung nasi. Nanti Mama yang masak, kamu yang kelola," ucap Kirana dengan nada penuh harap. Ide sederhana itu membuat Mora tersenyum. Ia berjalan mendekati wanita paruh baya yang telah menolongnya itu.

"Mama sudah tua, bukan waktunya Mama untuk bekerja keras lagi di dapur. Biar Mora yang kerja. Gaji segitu cukup kok untuk kita, asal gak boros dan pintar aturnya," terang Mora lembut seraya merapikan kerah baju Kirana. Ia tersenyum menenangkan, lalu mengambil tas selempangnya dan menyampirkannya di bahu.

"Ayo sini buah hati Mommy! Mommy mau pergi kerja dulu!" seru Mora sedikit lantang memanggil anak-anaknya.

Rakael dan Vier berlarian datang dari arah ruang tengah. Wajah mereka cerah sehabis mandi pagi. Keduanya berebut untuk menunggu giliran dic1um oleh sang ibu.

"Mommy, coba cekali-kali cali Daddy buat Laka," ucap Rakael tiba-tiba saat Mora menc1um pipinya yang gembul. Anak itu menatap ibunya dengan tatapan polos yang mematikan. "Jangan cali uang telus. Kalau cali Daddy, olangnya dapet, uangnya dapet, Mommy nda capek kelja."

Mora tertegun sejenak, lalu tawanya meledak. Ia tidak menyangka logika putranya akan seperti itu. Kirana yang mendengar pun ikut tertawa menggelengkan kepala.

"Pintarnya anak Mommy ini," ucap Mora sambil mencvbit gemas pipi Rakael. "Nanti kita cari Daddy, yah. Sekarang, Mommy cari uang dulu, buat modal mancing datangnya Daddy, oke? Kan Daddy butuh umpan juga biar datang."

"Oke, Mommy!" Rakael dan Vier mengangguk polos secara bersamaan, mempercayai bualan manis ibunya.

Setelah berpamitan, Mora pun pergi bekerja, meninggalkan kedua buah hatinya bersama ibu angkatnya. Ia melangkah keluar pagar dengan semangat baru.

Mora memilih menaiki ojek online untuk menghemat waktu dan biaya. Jalanan Jakarta pagi itu sangat padat, seperti benang kusut yang sulit diurai. Suara klakson bersahut-sahutan, debu beterbangan, dan panas matahari mulai menyengat kulit. Bahkan motor pun sulit untuk menyelip di antara mobil-mobil yang merayap.

Mora menyeka keringat di dahinya. "Macetnya luar biasa," gumam Mora, mengibaskan tangannya ke arah wajah sebagai kipas darurat.

Motor yang ditumpanginya berhenti karena kemacetan total di depan sebuah lampu merah. Mora menoleh ke kanan, menatap sekitar dengan bosan. Matanya tertuju pada sebuah mobil sedan hitam mewah di sebelahnya. Kaca mobil bagian belakang itu terbuka perlahan, menampilkan wajah seorang pria yang sedang menatap kosong ke luar jendela.

Jantung Mora berdesir aneh. Siluet rahang yang tegas, hidung mancung itu seperti ia kenali.

"Kayak pernah lihat," gumam Mora, matanya menyipit berusaha mengenali. Namun, belum sempat ia memastikan, lampu lalu lintas berubah hijau. Pengemudi ojek online langsung tancap gas, melesat mencari celah. Motor itu melaju pergi, meninggalkan Marco, pria yang dirinya lihat sekilas terjebak di dalam kenyamanan mobil mewahnya.

Di dalam mobil, Marco merasakan sesuatu. Ia menoleh ke arah motor yang baru saja melesat pergi, namun yang ia lihat hanyalah punggung seorang wanita dengan rambut tergerai yang tertutup helm.

"Jack, sebarkan brosur atau apapun itu. Kamu cari foto orang yang ada di sini. Wanita itu harus cepat ketemu. Jangan sampai ia semakin jauh membawa benih milikku," ucap Marco dingin pada Jack yang duduk di kursi kemudi. Nada suaranya penuh penekanan, tak ingin dibantah.

"Sabar, Tuan. Datanya lagi dicari oleh tim detektif. Indonesia ini luas, penduduknya banyak," greget Jack, jemarinya sibuk mengetik di tablet.

"Sabar, sabar aja terus kamu! Kebiasaan makan sabar, cari istri gagal terus. Makan itu sabar sampai kenyang!" sembur Marco, kekesalannya memuncak karena pencarian yang tak kunjung membuahkan hasil.

Jack meng4nga tak percaya. Bosnya itu seolah sudah bersatu dengan jiwa warga lokal di tanah air ini. Dengan logat yang aneh dan kaku, dia mengatakan sarkasme khas orang sini. "Iya, Tuan. Iya ...,"

Marco menghela napas panjang, mencoba mengatur emosinya. Ia kembali menatap jendela, melihat gedung-gedung Jakarta yang menjulang. Namun, ketenangannya kembali terusik. Ponsel Jack berdering nyaring. Pria itu menatap layar ponselnya lebih dulu dengan wajah horor sebelum menatap ke arah Marco melalui kaca spion tengah.

"Nyonya Besar," ucap Jack pelan, seolah menyebut nama hantu.

"Jawab saja, bilang aku tidur. Atau mati suri juga bisa," balas Marco acuh tak acuh, memijat pangkal hidungnya.

Jack meringis, namun ia tak punya pilihan selain mengangguk dan mengangkat telepon itu. "Halo Nyo—"

Suara melengking wanita paruh baya terdengar jelas bahkan sampai ke telinga Marco. "Aku tahu anak nakal itu di sebelahmu, Jack! Jangan coba-coba berbohong padaku. Berikan ponselmu padanya sekarang juga!"

Jack melirik Marco dengan tatapan memohon, seolah berkata "Tolong saya, Tuan". Marco menahan napas pasrah. Dengan gerakan kasar, ia merebut ponsel itu dari tangan Jack dan menempelkannya di telinga.

"Halo, Ma," sapa Marco dengan nada lelah. "Aku sedang sibuk berbisnis dengan temanku. Tolong, lupakan soal anak itu. Hasil tesnya sudah keluar, dan dia bukan putraku. Itu kesalahan informasi."

Suara di seberang sana terdiam sejenak, lalu terdengar isak tangis tertahan. Hati Marco mencelos.

"Aku akan kembali, Ma. Setelah diriku tenang. Tolong, jangan hubungi aku dulu. Aku ingin tenang sebentar, menata perasaanku," ucap Marco dengan penuh permohonan. Suaranya merendah, kehilangan dirinya yang biasa ia tunjukkan pada Jack.

"Baiklah, Sayang. Mama mengerti. Mama akan menunggumu kembali. Jaga dirimu baik-baik," ucap ibunya lembut sebelum sambungan telepon itu diputus.

Marco menghela napas panjang, menyerahkan kembali ponsel itu pada Jack. Ia kembali menatap jalanan yang masih terlihat macet, namun tatapannya kosong. Pikirannya melayang jauh.

"Aku sudah siapkan semua, Jack. Semua ... Kamar anak, mainan, sekolah terbaik, bahkan tabungan masa depan. Tapi ternyata, anak itu bukan putraku," bisik Marco, suaranya bergetar menahan emosi. Kekecewaan yang mendalam terpancar jelas dari matanya yang biasanya tajam.

"Kali ini, semoga tebakanku benar ... Jika anak yang aku lihat di bandara waktu itu, adalah putriku. Firasatku begitu kuat saat melihat mata anak itu, Jack. Mata yang sama denganku," lanjutnya.

Jack diam mendengarkan, tidak berani melontarkan candaan saat bosnya sedang dalam mode rapuh seperti ini.

"Tak masalah dia seorang putri. Aku tak peduli jenis kel4minnya. Aku hanya ingin menjadi seorang ayah, Jack. Aku ingin menebus waktu yang hilang," ucap Marco dengan tatapan nanar, menatap bayangan dirinya di kaca jendela yang memantulkan kesepian seorang pria yang memiliki segalanya, kecuali keluarga.

________________

Panjangkaaaaan😆

1
Rosy
wah.. sebenarnya kepekaan Raka nurun dari siapa ini ..dari Marco atau Mora yg masih menjadi misteri
Rosy
wah.wah..tetnyata Raka juga peka..insting mereka ternyata lebih tajam dari kamu Marco
Rosy
wah...ternyata vier yg lebih peka,ayo Marco gass pollll biar penguntit itu ketinggalan jejak kalian
evvylamora
wah kek nya Vier sm Rakael punya kelebihan masing2, cm Rakael ditutup sm kelucuannya 🤭🤭🤭
~Ni Inda~
Sdh ada bakat pemimpin sejak kecil
Walau terkesan santai, tp Raka jeli
Itu bagus
Tau & kelak bergerak dlm senyap
~Ni Inda~
Bohong !.
Bkn mengawal...tp mengawasi !
~Ni Inda~
Coba Laka goyang kek Om King Naccal
Pacti celuuu nyanyi baleenngg 😆😆
Hasanah Purwokerto
AnneValeria
bunda fafa
bilang ke daddy km.raka....issh..jan sibuk makan mulu🤦😅
Esther Lestari
Raka ngomong ke daddy kalau masih ada yg ngikutin mobil daddy.
Suruhan siapa lagi ini
bunda fafa
apapun masalahnya..makan adalah solusi nya ya raka🤣🤣
ari sachio
mgknkah anne it luciana at jgn2 orng yg dulu pernh mo berniat jahat ma mora....trs knp td anne bicara seolh pernah ketmu mora y thor...ak msh penasaran nichhh....
ari sachio
jgn2 ank2ny diem2 menghanyutkan....mereka be2 pya kemampuan tersembunyi..
bunda fafa
cuek2 gt ternyata Raka jg memiliki kelebihan seperti vier wlpn gak sekuat insting vier
bunda fafa
km ini beneran bocil kan vier?? kok aku jd merasa km berusia 17thn😱😅
bunda fafa
Mora : boro2 punya pacar..nyari duit buat menghidupi si kembar sj sdh tanpa henti..blm lg menyembunyikan si kembar dr keluarga ramirez
ari sachio
asyeeeeeekkkkkkkkk .......hoah hoehhhh.... tarikkkkkk
Esther Lestari
Anne minta orang mengawasi kemana rombongan Marco pergi dan dia merasa mengenali Mora.
Wah bahaya ini.
Teh Yen
dua kali ketauan itu sport jantungnya luar biasa plus malunya jg sih hihiiiii
ROSMEITA HUTABARAT
Mantap 👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!