NovelToon NovelToon
Istri Jenderal Yang Mencuri Hatinya

Istri Jenderal Yang Mencuri Hatinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa Fantasi / Cinta Seiring Waktu / Era Kolonial / Mengubah Takdir / Cewek Gendut
Popularitas:466.4k
Nilai: 4.8
Nama Author: ICHA Lauren

Aku membuka mata di sebuah ranjang berkelambu mewah, dikelilingi aroma parfum bunga yang asing.
Cermin di depanku memantulkan sosok wanita bertubuh besar, dengan tatapan garang dan senyum sinis—sosok yang di dunia ini dikenal sebagai Nyonya Jenderal, istri resmi lelaki berkuasa di tanah jajahan.

Sayangnya, dia juga adalah wanita yang paling dibenci semua orang. Suaminya tak pernah menatapnya dengan cinta. Anak kembarnya menghindar setiap kali dia mendekat. Para pelayan gemetar bila dipanggil.

Menurut cerita di novel yang pernah kubaca, hidup wanita ini berakhir tragis: ditinggalkan, dikhianati, dan mati sendirian.
Tapi aku… tidak akan membiarkan itu terjadi.

Aku akan mengubah tubuh gendut ini menjadi langsing dan memesona.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perubahan Drastis

Wajah Elias tetap dingin, seperti patung perunggu yang tak pernah mengenal senyum.

“Aku hanya mampir sebentar,” suaranya datar, seperti orang yang ingin segera pergi. “Aku tidak bisa menjemput anak-anak sing ini. Gubernur Jenderal Roderick memanggilku.”

Nateya balas menatap sang suami sambil memegangi erat bagian atas handuknya.

“Lalu, siapa yang akan menjemput?”

“Amara.”

Nama itu keluar dari bibir Elias dengan ringan, seolah dia sudah terbiasa mengucapkannya.

"Dia yang paling dekat dengan anak-anak. Lagi pula, kau baru bangun tidur, bukan? Jadi, jangan marah atau memulai pertengkaran dengannya.”

Seketika, Nateya merasakan sesuatu berdesir di dadanya.

Amara. Nama yang bahkan dalam tubuh Seruni saja sudah membuat darahnya mendidih.

Dia tahu, di cerita novel ini, Elias selalu menghubungi Amara, cinta pertamanya, setiap ada masalah. Sedangkan Seruni hanyalah istri sah di atas kertas yang tak pernah dianggap.

Nateya memalingkan wajah, menahan tawa sinis yang akan pecah. “Oke, tidak apa-apa.”

Elias mengernyit, seperti tak percaya dengan jawaban semudah itu. “Tidak apa-apa?”

“Tentu saja.” Nateya memutar tubuhnya perlahan, menatap Elias sambil tersenyum tipis.

“Amara memang selalu bersedia jadi pembantu tanpa bayaran untukku. Kalau dia mau melakukan pekerjaan yang aku malas lakukan, silakan.”

Senyum Nateya seperti belati yang dibungkus bunga.

Elias menyipitkan mata, tubuhnya menegang. “Kau sedang merencanakan sesuatu?”

Nada curiga jelas terdengar. Dia tahu, biasanya Seruni akan mengamuk setengah mati jika Amara menyentuh urusan anak-anaknya.

Nateya tertawa ringan, menatapnya seperti melihat anak kecil yang manja.

“Astaga! Kenapa Jenderal Elias berburuk sangka pada istri sendiri? Amara itu adikku. Mana mungkin aku tega menyakiti wanita selembut itu, yang jadi idaman para jenderal,” ujarnya, menekankan kata terakhir dengan nada sindiran yang jelas.

Elias mengerutkan kening, matanya menajam. Namun, Nateya enggan berhenti.

“Justru aku akan berterima kasih. Dia mau repot-repot menjemput anakku? Bagus sekali. Biar dia juga tahu rasanya mengurus anak, tidak hanya pandai tersenyum manis di depan orang-orang.”

Dengan langkah santai tetapi penuh perhitungan, Nateya berjalan mendekat.

Elias, entah kenapa, justru mundur setapak demi setapak, seperti seekor singa yang tiba-tiba tak yakin pada kekuasaannya di wilayah sendiri. Begitu jarak mereka nyaris habis, Nateya langsung menoleh, menggeser tubuh Elias ke samping.

“Minggir. Kau menghalangi aku mengambil kebaya,” katanya datar, seakan keberadaan Elias hanyalah gangguan kecil.

Elias terdiam, memandang istrinya lama, seperti mencari celah untuk membaca pikirannya. Ia merasa Seruni sangat berbeda hari ini. Entah karena dia sedang berpura-pura menutupi kecemburuan, atau memang dia akhirnya bisa menerima kehadiran Amara.

“Kalau tak ada urusan lain, sebaiknya Jenderal Elias keluar dari kamarku sekarang,” ucap Nateya sambil meraih kebayanya. Lalu ia menoleh sekilas, bibirnya terangkat nakal. “Atau, jangan-jangan kau mau melihatku ganti baju?”

Elias tersentak, wajahnya sedikit memerah. “Aku… pergi sekarang. Tidak perlu menungguku malam ini. Aku akan sibuk melatih para tentara baru.”

Pintu pun tertutup dengan bunyi klik.

Nateya berdiri mematung sejenak, lalu bibirnya merekah lebar. Ia menjulurkan lidah sambil tersenyum puas.

“Di cerita novel, Seruni selalu memohon agar Elias tinggal,” gumamnya pelan. “Tapi kali ini… tidak. Biar saja dia berbuat semaunya. Aku akan fokus untuk mencintai diriku sendiri.”

Tanpa ragu, Nateya melepaskan handuk yang melindungi tubuhnya. Ia mulai mengenakan kebaya itu, melilitkan kain batik ke pinggang dan mengencangkan lipatan dengan gerakan yang sudah terlatih.

Di masa modern, ia kerap menghadiri acara-acara resmi, sehingga jemarinya mahir mengatur setiap lekuk kain. Kebaya itu membalut tubuh Seruni yang berisi, menonjolkan pinggang yang belum ramping, tetapi tetap memberi siluet anggun. Kain batik berwarna hitam keemasan itu seakan memancarkan aura berwibawa.

Namun, ketika Nateya menatap cermin, rambut panjangnya yang masih basah membuatnya menghela napas. Air menetes dari ujung-ujung helai rambut, membasahi bahu dan bagian punggung kebaya.

Di dunia ini, bahkan hair dryer pun belum ditemukan. Mengipasinya akan memakan waktu lama, sedangkan hari mulai beranjak siang.

Ia kemudian membuka laci meja rias, berharap menemukan sesuatu yang dapat membantunya berdandan. Namun, yang ada hanyalah bedak padat yang tersimpan di dalam kotak porselen, sisir kayu berukir, serta lipstik merah berbentuk pasta dalam wadah perak. Semua itu adalah peralatan rias wanita di zaman kolonial, indah tetapi terbatas.

Nateya mengernyit, membayangkan bagaimana caranya mempercantik wajah Seruni hanya dengan benda-benda ini. Pikirannya melayang pada masa lalu, saat ia dengan mudah meraih pouch makeup dari meja, lengkap dengan foundation, eyeshadow, hingga maskara. Kini, semua itu terasa seperti kemewahan yang jauh dari jangkauan.

Saat ia termenung, tiba-tiba cahaya menyilaukan memancar dari permukaan meja rias. Nateya terkejut dan refleks memejamkan mata. Begitu sinar itu mereda, matanya membelalak.

Di hadapannya kini terletak sebuah hair dryer modern berwarna putih, bersama kotak makeup berisi foundation, palet eyeshadow, blush on, maskara, dan lipstik matte yang cantik. Semuanya seperti baru keluar dari butik kecantikan ternama.

Senyum lebar menghiasi wajah Nateya. Degup jantungnya bertalu-talu, bukan karena terkejut, melainkan karena sebuah kesadaran mulai tumbuh dalam benaknya. Apa yang ia minta di dunia ini akan diberikan.

Jika ia bisa mendapatkan ini, maka kelak alat-alat kedokterannya pun pasti akan hadir saat ia membutuhkannya. Tak disangka, dunia novel ini menyediakan celah untuknya bertahan, bahkan menang.

Tanpa menunggu lebih lama, ia segera mengambil hair dryer itu. Suara mesin yang familiar mengisi ruangan, dan dalam sekejap, rambut basahnya mulai mengering, menjadi lembut dan mengembang.

Setelah itu, Nateya mulai berdandan. Sentuhan foundation meratakan warna kulitnya, sedikit contour memberi bentuk pada wajah bulat Seruni. Eyeshadow bernuansa cokelat keemasan membingkai mata, memberi kilau yang kontras dengan kebaya hitam yang ia kenakan. Lipstik merah marun disapukan perlahan, memberi kesan berani.

Selesai dengan riasan, Nateya menyisir rambutnya, lalu memutar sebagian rambut ke belakang untuk membentuk sanggul sederhana. Beberapa helai tipis sengaja ia biarkan jatuh di sisi wajah, memberi kesan manis.

Ketika kembali menatap cermin, Nateya terkagum pada refleksi yang dilihatnya. Meski tubuh Seruni masih gendut, ada pesona baru yang memancar. Aura percaya diri membuatnya terlihat lebih hidup daripada sebelumnya.

Ia membayangkan bagaimana reaksi Amara nanti, ketika melihat penampilan ini. Adik tirinya itu pasti mengira dirinya akan menemukan Seruni yang kusut dan malas, bukan sosok yang berdiri di hadapannya sekarang. Terlebih, hari ini Amara akan datang untuk mengantar si kembar pulang.

Nateya menatap pantulan matanya sendiri, senyum samar terukir di bibirnya.

Hari ini, Seruni bukan lagi sekadar istri gendut yang mudah diremehkan. Ia akan menjelma sebagai Nyonya Jenderal yang disegani di hadapan pelakor seperti Amara.

1
restu s a
Mamaaa.hangat nya
restu s a
mantap thor /Good/ 😊
mimin mintarsih
alurnya mengasyikan
mimin mintarsih
mengasyikan alur ceritanya
Yani Cuhayanih
happy bangeeet ..buah pir..ketemu buah apel 😄
Yatz Nurhayati
lanjut thor
Yatz Nurhayati
bagus banget saya suka ceritanya nggk monoton seruni nggk lembek /kalah terus tp tegas....
igirisa domili
Nateya-nateya semua orang beranggapan bahwa itu adalah strategi seruni, tapi....
igirisa domili
itulah sekelumit penderitaan rakyat pada masa penjajahan
igirisa domili
betul memberi itu lebih mulia dari pada menerima
Dila Dilabeladila
kerennnnn
lope banyak banyak/Heart//Heart//Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
Nazwaputri Salmani
Dikasih restu nggak ya sama bapaknya aldick
snowwhite risca
tgt selera Kak, suka yg tipe pangeran atau yg tipe militer. yg klimis atau yg kumisan 🤭.
Yani Cuhayanih
Semangat 45 Aldrich ..ku tunggu janda mu akhir nya terkabul...kejarlah buah pir mu Aldrich🤣
Endang Sulistia
kok gantengan Elias ya..🤪🤪
Uthie
Apakah ada tanda Hijau dari Gubernur?? 😁😁
lin
klo misalnya ayahnya aldrich tau klo anaknya pnya rasa sm seruni kira2 direstuin gak ya? dripd jomblo mulu Krn nunggu seruni skrg kan mau jd jnda Gak apa2 lah thor klo bikin mereka bahagia, saran ya thor 🙏💪
Erna Fkpg: satu per satu keinginan seruni mulai terwujud semoga jodohnya juga segera dapat apalagi klau jodohnya aldric makin setuju thor dr pada sama elias yg plin plan
total 1 replies
Nia Nara
Ceritanya menarik, penulisannya mampu membuat orang mau terus menerus membaca
Nia Nara
Lanjut thor 👍
lin
tumben blm update thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!