(Warisan Mutiara Hitam Season 3)
Gerbang dimensi di atas Pulau Tulang Naga telah terbuka, menyingkap "Dunia Terbalik" peninggalan ahli Ranah Transformasi Dewa. Langit menjadi lautan, dan istana emas menjuntai dari angkasa.
Chen Kai, kini menyamar sebagai "Tuan Muda Ye" yang arogan. Berbekal Fragmen Mutiara Hitam, ia memiliki keunggulan mutlak di medan yang melanggar hukum fisika ini. Namun, ia tidak sendirian.
Aliansi Dagang Laut Selatan, Sekte Hiu Besi, dan seorang monster tua Ranah Jiwa Baru Lahir memburu Inti Makam demi keabadian. Di tengah serangan Penjaga Makam dan intrik mematikan, Chen Kai harus memainkan catur berdarah: mempertahankan identitas palsunya, menaklukkan "Istana Terbalik", dan mengungkap asal-usul Mutiara Hitam sebelum para dewa yang tidur terbangun.
Ini bukan lagi perburuan harta. Ini adalah perang penaklukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sungai Waktu di Bawah Istana
Sensasi jatuh itu tidak seperti jatuh biasa. Saat Chen Kai dan Luo Sha meluncur melewati kegelapan saluran pembuangan, mereka tidak merasakan angin yang menderu, melainkan sensasi aneh seolah-olah tubuh mereka ditarik melewati lapisan-lapisan jeli yang dingin.
"Tuan Muda! Tanganmu!" teriak Luo Sha panik saat mereka masih melayang turun.
Chen Kai melihat tangannya. Kulitnya keriput dengan cepat, menjadi tangan seorang kakek tua, lalu dalam sekejap kembali mulus seperti tangan bayi, sebelum akhirnya kembali normal.
"Jangan panik," perintah Chen Kai, suaranya tenang meski jantungnya berpacu. "Aktifkan Qi pelindungmu setebal mungkin. Kita memasuki Domain Waktu. Energi di sini tidak stabil."
BAM!
Mereka mendarat di atas tumpukan pasir putih yang sangat halus. Bukan pasir biasa, melainkan debu tulang dari ribuan tahun yang lalu.
Chen Kai segera bangkit dan melihat sekeliling.
Mereka berada di sebuah gua bawah tanah yang sangat luas. Langit-langit gua itu dipenuhi stalaktit kristal yang meneteskan air bercahaya. Namun, air itu tidak pernah menyentuh tanah; tetesan itu menguap di tengah jalan, lalu mengembun lagi di atas, menciptakan siklus hujan abadi yang terhenti.
Di tengah gua, mengalir sebuah sungai yang airnya berwarna abu-abu pekat. Sungai itu tidak mengalir ke hilir, melainkan berputar dalam lingkaran tanpa ujung mengelilingi sebuah pulau kecil di tengahnya.
Dan di atas pulau itu, melayang sebuah pecahan batu yang memancarkan cahaya keemasan redup.
Fragmen Keempat: Hukum Waktu.
"Indah..." gumam Luo Sha, terpesona oleh cahaya itu.
"Mematikan," koreksi Chen Kai. Ia menendang sebuah batu kerikil ke arah sungai abu-abu itu.
Saat batu itu menyentuh uap air di atas sungai, batu itu hancur menjadi debu dalam sekejap mata—seolah-olah jutaan tahun telah berlalu bagi batu itu dalam sepersekian detik.
"Sungai Penuaan," desis Chen Kai. "Siapa pun yang mencoba menyeberang tanpa perlindungan khusus akan mati karena usia tua sebelum mencapai pulau itu."
Tiba-tiba, suara ledakan terdengar dari lubang di langit-langit gua tempat mereka jatuh tadi.
BOOOOM!
Sesosok pria berjubah hitam dengan sulaman naga emas mendarat dengan keras di tumpukan pasir, menciptakan gelombang kejut yang menerbangkan debu tulang.
Pria itu berdiri tegak. Wajahnya tampan namun kejam, dengan sepasang tanduk naga kecil di dahinya. Aura Jiwa Baru Lahir Tahap Menengah-nya meledak, membuat udara di dalam gua bergetar ketakutan.
Ini adalah Tetua Hei Long dari Sekte Naga Teratai.
Hei Long menatap Chen Kai dengan mata vertikal seperti reptil. "Ketemu kau."
Ia tidak banyak bicara. Ia mengangkat tangannya, dan Qi hitam pekat berkumpul membentuk tombak naga yang berapi-api.
"Mati."
Hei Long melemparkan tombak itu. Kecepatannya melampaui suara. Bagi Luo Sha, tombak itu sudah menembus dada Chen Kai bahkan sebelum ia melihatnya bergerak.
Chen Kai tidak menghindar. Ia berdiri diam di pinggir Sungai Penuaan.
Tombak itu melesat.
Namun, saat tombak itu memasuki area uap di atas sungai—area yang memisahkan Chen Kai dan Hei Long—sesuatu yang ajaib terjadi.
Api hitam di tombak itu padam. Logam Qi yang membentuk tombak itu mulai berkarat. Struktur energinya terurai.
Dalam jarak sepuluh meter, serangan mematikan dari seorang Jiwa Baru Lahir itu lapuk, hancur, dan berubah menjadi debu hitam yang tertiup angin sepoi-sepoi, menghilang sebelum menyentuh ujung hidung Chen Kai.
Hei Long terbelalak. "Apa?!"
Chen Kai tersenyum dingin di balik topengnya. Ia sudah memperhitungkan ini melalui Peta Mental yang ia dapatkan.
"Kau kuat, Tetua," kata Chen Kai santai. "Tapi di tempat ini, kekuatanmu tidak ada artinya melawan waktu. Seranganmu mati karena usia tua sebelum bisa membunuhku."
Wajah Hei Long berubah menjadi seringai marah. "Trik murahan! Jika serangan jarak jauh tidak berguna, aku akan merobek kepalamu dengan tanganku sendiri!"
Hei Long melesat maju. Ia berniat melompati sungai itu dengan kecepatan fisiknya yang luar biasa, yakin bahwa tubuhnya yang abadi bisa menahan efek penuaan selama beberapa detik.
"Luo Sha, mundur!" perintah Chen Kai.
Chen Kai tidak lari. Ia justru melangkah maju, masuk ke dalam area uap sungai itu.
Saat kakinya menyentuh area itu, kulitnya mulai menua dengan cepat. Rambut hitamnya berubah menjadi abu-abu. Namun, Mutiara Hitam di dalam tubuhnya berputar gila-gilaan, memompa energi kehidupan untuk melawan efek penuaan itu, menjaganya dalam keseimbangan yang menyakitkan.
Hei Long melompat masuk.
"GRAAAH!"
Kulit Hei Long melepuh dan keriput dalam sekejap. Meskipun ia seorang Jiwa Baru Lahir yang memiliki umur ribuan tahun, Sungai Waktu ini menguras ratusan tahun per detik.
"Kau gila!" teriak Hei Long, merasakan vitalitasnya tersedot. Ia mencoba meraih leher Chen Kai.
Chen Kai menatap tangan keriput yang mendekat itu. Ia tidak menggunakan pedang. Ia mengangkat tangan kanannya yang juga keriput.
Ia mengaktifkan Fragmen Ketiga (Ruang).
ZING.
Di tengah badai waktu yang mempercepat segalanya, Chen Kai menciptakan sebuah gelembung kecil Waktu Berhenti tepat di antara dirinya dan Hei Long.
Ini adalah paradoks. Percepatan bertemu dengan Pemberhentian.
KRAK!
Reaksi berantai terjadi. Ruang di antara mereka retak. Sebuah ledakan dimensi yang aneh terjadi—bukan ledakan api, tapi ledakan gaya tolak.
BAM!
Keduanya terlempar mundur.
Chen Kai terlempar ke arah pulau di tengah sungai. Ia mendarat berguling-guling, memuntahkan darah segar yang langsung berubah menjadi debu kering.
Hei Long terlempar kembali ke pinggir gua, keluar dari area sungai. Tubuhnya kembali muda seketika saat keluar dari zona penuaan, tapi ia terengah-engah hebat, kehilangan setidaknya lima ratus tahun umur kultivasinya dalam bentrokan singkat itu.
"Bocah sialan..." Hei Long memegangi dadanya, matanya menyala penuh kebencian. "Kau menggunakan anomali ini untuk melawanku?"
Chen Kai bangkit dengan susah payah di atas pulau kecil itu. Di sini, di pusat mata badai, waktu berjalan normal. Ia mengusap rambutnya yang kembali hitam.
Ia berdiri tepat di depan Fragmen Keempat.
"Terima kasih atas dorongannya, Tetua," kata Chen Kai, menyeka darah di bibirnya. "Berkat pukulanmu, aku sampai di pulau ini tanpa harus berenang."
Hei Long meraung marah, hendak menyerang lagi, tapi ia ragu. Umurnya tidak tak terbatas. Jika ia masuk lagi, ia bisa mati konyol.
"Kau terjebak di sana, Nak!" teriak Hei Long. "Kau tidak bisa keluar tanpa melewati sungai itu lagi. Aku akan menunggumu di sini sampai kau membusuk!"
Chen Kai menoleh ke arah Fragmen Waktu yang melayang di depannya. Pecahan batu emas itu berdenyut seirama dengan detak jantungnya.
"Aku tidak perlu keluar," kata Chen Kai pelan.
Ia mengulurkan tangannya menyentuh Fragmen Keempat.
"Aku hanya perlu... mengendalikannya."
Jari Chen Kai menyentuh cahaya emas itu.
Seketika, dunia Chen Kai menjadi putih.
Dan di dalam putih itu, ia tidak melihat masa depan. Ia melihat masa lalu.
Ia melihat... pemilik makam ini, Xing Tian, berdiri di tempat yang sama ribuan tahun lalu, menangis sambil memegang mayat seorang wanita.
"Demi kau... aku akan memutar balik langit dan bumi," suara Xing Tian bergema penuh keputusasaan.
Ingatan purba mulai membanjiri pikiran Chen Kai, bersamaan dengan kekuatan untuk memanipulasi detik.
Chen Ling