NovelToon NovelToon
Assalamualaikum, Pak KUA

Assalamualaikum, Pak KUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa pedesaan / Dijodohkan Orang Tua / Pengantin Pengganti / Cintapertama
Popularitas:44.1k
Nilai: 5
Nama Author: Yulianti Azis

Di hari pernikahannya, Andi Alesha Azahra berusia 25 tahun, dighosting oleh calon suaminya, Reza, yang tidak muncul dan memilih menikahi sahabat Zahra, Andini, karena hamil dan alasan mereka beda suku.

Dipermalukan di depan para tamu, Zahra hampir runtuh, hingga ayahnya mengambil keputusan berani yaitu meminta Althaf berusia 29 tahun, petugas KUA yang menjadi penghulu hari itu, untuk menggantikan mempelai pria demi menjaga kehormatan keluarga.

Althaf yang awalnya ragu akhirnya menerima, karena pemuda itu juga memiliki hutang budi pada keluarga Zahra.

Bagaimanakah, kisah Zahra dan Althaf? Yuk kita simak. Yang gak suka silahkan skip!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Benih-benih Cinta

Salah satu pria di sisi kanan, yang sejak tadi hanya mengawasi, kini menarik busur kecil rakitan kasar. Ujung anak panahnya runcing seperti paku besar.

Busur itu diarahkan tepat ke dada Zahra.

“Zahra!” Althaf berteriak dan tanpa berpikir ia langsung bergerak.

Ia meraih Zahra, menariknya, dan memeluknya rapat melindunginya dengan tubuhnya sendiri.

Jleb!

Suara itu terdengar menyayat. Anak panah itu menancap dalam di lengan Althaf, hanya beberapa sentimeter dari dadanya.

Zahra membeku. Matanya membesar, napasnya tercekat.

“Al … Althaf! Kamu ... kamu terkena!” serunya penuh panik.

Althaf menggertakkan gigi menahan rasa sakit, namun ia tetap menatap Zahra terlebih dulu. “Kamu gak apa-apa?”

Zahra menggeleng cepat, masih syok. “Al, kamu terkena.”

“Tidak apa-apa.” Althaf berusaha tersenyum meski wajahnya kelelahan.

“Tidak apa-apa gimana!” Zahra membentak, suaranya pecah karena campuran takut dan marah.

Kemudian matanya beralih pada lima begal yang kini mencoba kabur dan sesuatu berubah di wajahnya.

Dari ketakutan menjadi murka. Mereka membangun singa betina yang tertidur itu.

Sorot matanya mengeras seperti baja. Nafasnya berat, rahangnya menegang.

“Kalian!” gumamnya pelan. Lalu berteriak. “Kalian berani menyakiti suamiku?!”

Tanpa memberi waktu pada Althaf untuk menahan, Zahra melesat maju seperti anak panah.

“Zahra, jangan—” Althaf mencoba menahan, tapi terlambat, Zahra bagaikan angin.

Dua begal di motor mencoba kabur, mesin meraung.

Zahra melompat, dua kakinya menghantam dada mereka sekaligus.

Duaaghh!

Motor mereka terguling dan kedua pria itu terpental ke tanah.

Begal yang memegang busur melarikan diri menuju mobil pete-pete kuning. Ia membuka pintu dan hendak kabur.

Zahra berlari.

Dalam satu gerakan cepat, ia meraih pintu mobil itu, membukanya paksa lalu menendang pria itu keluar hingga tersungkur ke aspal.

Bugh!

Sisa begal mencoba membantu, tapi mereka sudah ketakutan. Zahra tidak peduli. Ia mendaratkan pukulan pertama. Lalu tendangan. Pukulan bertubi-tubi. Dan tidak berhenti.

“Dasar sampah masyarakat!!” Zahra membentak laksana petir. “Harusnya kalian punah saja dari muka bumi ini!”

Kelima begal itu meraung, meminta ampun, mengangkat tangan, merangkak mundur. Namun Zahra yang wajahnya memerah karena emosi tidak menunjukkan sedikit belas kasihan pun.

“Ampun kak! Tolong maafkan kami! Aarrgghh!” jerit begal itu.

“Apa kau bilang? Kakak? Siapa kakakmu, Hah?! Heh sejak kapan bapakku dan mamakmu bersaudara,” ucap Zahra sambil terus memukuli para begal itu.

Zahra kembali berkata, “Beraninya kalian menyakiti suamiku, hah?! Kalian benar-benar cari mati sama aku ya!”

Kata “suamiku” itu memantul jelas di udara.

Althaf yang masih memegangi lengannya tertegun. Kata itu seperti memukul dadanya lebih keras daripada luka di lengannya. Untuk sesaat, rasa sakit di tangannya hilang digantikan rasa hangat yang tidak ia mengerti.

Sosok Zahra di hadapannya terlihat berbeda, marah, ganas, berani, dan melindunginya dengan cara yang tidak pernah ia duga.

Althaf akhirnya tersadar ketika melihat Zahra akan memukul seseorang yang sudah hampir pingsan.

Ia buru-buru berlari, menahan lengannya sendiri yang sakit. Dengan cepat ia menarik tubuh Zahra dari belakang.

“Zahra! Sudah.” Suaranya tegas meski napasnya terengah. “Ayo kita pergi.”

Zahra meronta kecil. “Belum selesai! Para pulu-pulu ini harus bertanggung jawab!”

Tanpa menunggu jawaban, Zahra berjalan ke mobil pete-pete. Matanya liar mencari sesuatu, lalu ia melihat gulungan tali tebal di jok belakang.

“Ini dia,” gumamnya.

Dalam beberapa detik saja ia menarik para begal, memaksa mereka duduk bersandar, dan mulai mengikat mereka satu per satu. Tali itu dililitkan dengan keras, bahkan beberapa dari mereka meringis kesakitan.

Setelah semua terikat rapat, Zahra berdiri dan mengibaskan rambutnya.

“Ayo kita bawa mereka ke kantor polisi.”

Althaf menatap wajah istrinya lama. Akhirnya ia mengangguk pelan. “Baik, ayo.”

*

Mobil pete-pete berwarna kuning itu melaju dengan suara mesin tuanya, dikemudikan Zahra yang wajahnya masih memerah oleh adrenalin.

Di belakang, lima begal terikat rapat, menggerutu kecil namun tak berani banyak bergerak.

Sementara di belakang mobil, Althaf mengikuti dengan motor Karel, menahan sakit tiap kali angin malam menyentuh lukanya.

Sesampainya di kantor polisi kecil yang lampunya temaram, Zahra langsung menghentikan mobil itu dengan rem mendadak. Ia turun, membanting pintu, dan menuju bak belakang.

“Cepat keluar kalian!” bentaknya sembari menarik salah satu begal yang terikat.

Dua polisi yang berjaga di depan pos langsung terkejut. Mereka saling pandang, tidak yakin dengan apa yang dilihatnya.

Seorang wanita muda menyeret begal seperti menyeret karung.

Zahra menyeret satu, lalu yang lain menyusul karena tali yang mengikat mereka tersambung satu sama lain. Mereka terseret seperti sekumpulan kambing.

“Pak. Tangkap mereka, mereka ini begal yang sudah meresahkan banyak masyarakat.” Zahra menatap para polisi itu tajam.

Kedua polisi itu tidak bergerak. Tatapan mereka kosong, bingung, seolah tidak percaya bahwa lima begal muncul tiba-tiba dalam keadaan babak belur dan diikat rapat oleh seorang perempuan mungil.

Zahra mengangkat alis, kesal. “Kalian dengar tidak? Tangkap mereka! Mereka itu begal!”

Barulah salah satu polisi tersadar. “I … iya, iya, Dek!” katanya cepat-cepat.

Mereka berdua segera menggiring kelima pria itu masuk ke dalam kantor polisi.

Zahra terengah karena emosi, tapi begitu menoleh, ia melihat Althaf turun dari motor sambil menahan lengan kirinya yang terluka.

Lelaki itu tersenyum kecil entah bangga, entah terharu, entah bingung menghadapi istrinya yang penuh kejutan.

Melihat itu, Zahra langsung menepuk dahinya. “Maaf … aku lupa lukamu,” katanya dengan suara pelan, penuh penyesalan.

“Tidak apa-apa,” jawab Althaf pelan, masih tersenyum.

“Ayo kita ke rumah sakit,” lanjut Zahra, suaranya berubah cemas.

Althaf mengangguk. Beruntung rumah sakit berada tak jauh dari kantor polisi. Zahra menuntun Althaf menuju motor, tapi karena Althaf tidak sanggup mengendarai motor dengan satu tangan, Zahra akhirnya membawa motor itu pelan-pelan, dan mereka menuju rumah sakit yang berjarak hanya 300 meter.

Di rumah sakit, setelah melalui pemeriksaan, dokter menjahit luka Althaf. Zahra berdiri di sampingnya sepanjang proses, kedua tangannya mengepal menahan rasa ingin memukul lagi para begal tadi.

“Masih sakit?” tanya Zahra dengan suara lebih lembut dari biasanya.

“Sedikit,” jawab Althaf, meski wajahnya memucat.

Dokter akhirnya menyarankan mereka menginap karena waktu sudah dini hari. Zahra begitu lelah setelah adrenalin turun, akhirnya ia tertidur pulas di lantai yang hanya ada karpet tipis, Althaf dengan cepat mengangkat gadis itu ke ranjangnya.

Rambut coklatnya tergerai, wajahnya damai, seolah bukan orang yang hampir membunuh lima pria beberapa jam lalu.

Althaf duduk di tepi ranjangnya sendiri, meski jelas ia seharusnya berbaring. Tatapannya tak bisa lepas dari Zahra.

Ia memperhatikan bulu mata Zahra yang panjang, pipinya yang lembut, dan bibirnya merah alami yang tertutup rapat saat tidur.

Semua luka, lelah, dan rasa sakitnya seperti memudar ketika melihat sosok perempuan yang tadi begitu mati-matian melindunginya.

Perlahan, hampir tanpa sadar, tangan kanan Althaf terulur dan menyentuh rambut Zahra. Ia mengusapnya perlaha.

“Terima kasih,” bisiknya.

Namun begitu sadar apa yang ia lakukan, Althaf langsung terlonjak kecil. “Ya Allah,” gumamnya.

Pipinya memanas. “Astaghfirullah.”

Ia mengusap wajahnya sendiri, lalu berdiri sambil memegangi lengan yang diperban.

Lebih baik ia menjauh sebelum pikirannya melantur lebih jauh.

Setelah mengecek jam dinding dan melihat waktu Subuh hampir masuk, Althaf menarik napas panjang.

“Lebih baik aku berwudhu saja,” katanya pelan, menenangkan diri.

1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
nah gitu Althaf tegas dukung Zahra yg melindungi mamak mu dr mereka yg suka merendahkan dan menindas mamak mu jd mereka th diri 😤😤😤
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kapok mu kapan
vj'z tri
😳😳😳😳😳 mank mlu mau ngasih kado atau ampau berapa pengen di undang pesta pernikahan mereka 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Shee
harus tegas jadi orang jangan maklum aja, orang kalau dah di luar batas menang kali-kali harus di kasih pelajaran. mau tua mau muda ya kalau salah tetep salah
Shee
dasar g tau malu, pengin dapat mantu hasil merampas hak orang lain.

lagian altaf kalau pisah sama zahra juga emang nya altaf mau sama anak situ?🤔
Shee
dasar bandot tak tau diri, lumbung padi kebakaran gara-gara rokok dia nyalahin orang lain😒
juwita
nambah ka donk. nanggung nie🤣🤣
🏡s⃝ᴿincha f⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ◌ᷟ⑅⃝ͩ●●⑅⃝ᷟ
nambah lagi blh ga kak 🤭🤭🤭
Astrid Fera
good job Altaf you hrus trs membla istrimu jgn anida itu berhjab tapi sok alim naif Thu,,,
👑yosha💣: mantap..... kasih pelajaran buat tu warga yg asal ceplas ceplos
total 1 replies
Alona Luna
kak. boleh satu lagi ☺️ duh kok aku nglunjak ya☺️😌
zylla
Semoga nanti Ara tendang 'kaki ketiganya' Pak Samsul 🤬
zylla
astaga 🤬🤬🤬🤬
zylla
Kasih paham, Ara. 🤭
zylla
'my selep' 🤣🤣🤣🤣🤣
👑yosha💣
ya ampuun......
ortu nya Zahra kapan datang sih ke kampung Altaf, biar warga kampung pada mingkem
heran deh, bikin emosi aja😡
👑yosha💣
Zahra di bilang tamatan SMA, gak salah tu.....
kalau tau identitas Zahra, yakin deh tu Mak Mak pada melongo
Dewiendahsetiowati
Mak jleb kan rasanya yang menghina Zahra
Aditya hp/ bunda Lia
jadi pengen ngebom kampungnya Althaf...
Aditya hp/ bunda Lia
udah saling cinta yah tapi masih pada malu malu meong mereka 🤭
Mommy Ayu
deeeh.... ini warga otaknya otak udang kali ya..... belum di selidiki mau main hakim sendiri. bukannya mereka tau kalau Altaf itu petugas KUA, pasti tau lah aturan pernikahan.
🤦🤦
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!