NovelToon NovelToon
Bukan Sistem Biasa

Bukan Sistem Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Kultivasi Modern / Dikelilingi wanita cantik / Bercocok tanam / Sistem
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sarif Hidayat

Beberapa bulan setelah ditinggalkan kedua orang tuanya, Rama harus menopang hidup di atas gubuk reot warisan, sambil terus dihantui utang yang ditinggalkan. Ia seorang yatim piatu yang bekerja keras, tetapi itu tidak berarti apa-apa bagi dunia yang kejam.
​Puncaknya datang saat Kohar, rentenir paling bengis di kampung, menagih utang dengan bunga mencekik. Dalam satu malam yang brutal, Rama kehilangan segalanya: rumahnya dibakar, tanah peninggalan orang tuanya direbut, dan pengkhianatan dingin Pamannya sendiri menjadi pukulan terakhir.
​Rama bukan hanya dipukuli hingga berdarah. Ia dihancurkan hingga ke titik terendah. Kehampaan dan dendam membakar jiwanya. Ia memutuskan untuk menyerah pada hidup.
​Namun, tepat di ambang keputusasaan, sebuah suara asing muncul di kepalanya.
​[PEMBERITAHUAN BUKAN SISTEM BIASA AKTIF UNTUK MEMBERIKAN BANTUAN KEPADA TUAN YANG SEDANG PUTUS ASA!
APAKAH ANDA INGIN MENERIMANYA? YA, ATAU TIDAK.
​Suara mekanis itu menawarkan kesepakatan mutlak: kekuatan, uang,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarif Hidayat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 Hadiah dadakan dari sistem

Berikut adalah revisi yang saya sarankan, dengan catatan dan penjelasan di bawahnya:

​Setelah pembicaraan singkat tentang Koin Penukaran dengan sistemnya, Rama memutuskan untuk segera beraktivitas. Ia berjalan ke halaman, berniat membersihkan dan memotong tanaman-tanaman kecil yang mulai terlihat tidak sedap dipandang.

​Saat itu, Bu Maya sudah pergi ke pasar, Pak Suhardi ke sawah, dan Bela telah berangkat ke sekolah. Alhasil, Rama sendirian di rumah itu, tanpa tahu pasti apa yang harus ia lakukan untuk mengisi waktu luangnya.

​"Humph... Baiklah, daripada aku berdiam diri tanpa kegiatan, lebih baik aku buat halaman rumah ini menjadi enak dipandang," gumamnya. Ia lalu berjalan ke arah dapur untuk mencari alat potong tanaman.

​Di bawah sinar matahari yang mulai terasa menyengat, Rama memulai kegiatannya membersihkan seluruh halaman rumah Pak Suhardi.

​Rumah Pak Suhardi memang tidak besar, tetapi halamannya cukup luas. Apalagi di sebelah rumah ada cukup banyak tanaman singkong, sayur-mayur seperti cabai dan tomat, serta pohon pepaya. Semuanya tampak sederhana, namun nyaman, dengan udara sejuk khas desa pegunungan. Jaraknya dengan para tetangga sekitar 20-30 meter, jadi bisa dibilang letak rumah Pak Suhardi tampak menyendiri dari kebanyakan rumah tetangga lainnya yang berdekatan.

​Siang itu,

​Rama, dengan pengalaman pekerjaan serabutannya selama ini, tampak begitu menikmati kegiatannya. Ditambah lagi, perubahan tubuhnya membuatnya serasa memiliki tenaga yang besar. Ia membuka kaus oblongnya yang terasa sesak karena ukuran baju dari Pak Suhardi sudah tidak lagi pas di tubuhnya.

​"Pffh...! Sepertinya besok aku harus pergi ke pasar untuk membeli beberapa set pakaian," gumamnya sembari mengusap keringat di wajahnya.

​Tepat pukul 03.30 sore hari,

​Bela terlihat berjalan kaki, seragam SMA melekat di tubuhnya. Gadis itu tampak lesu, mungkin lelah setelah pelajaran hari ini. Namun, ketika ia melihat sosok pemuda berdiri membakar sampah-sampah dedaunan di sebelah rumahnya, kening Bela langsung mengernyit. Ia mempercepat langkah menghampiri Rama.

​"Kamu sudah pulang, Bel?"

​Baru saja Bela hendak membuka mulut, Rama berbalik badan. Dengan tubuh penuh keringat dan dibantu oleh sisa sinar matahari sore, Bela langsung terpaku beberapa saat. Apalagi Rama tidak mengenakan kaus, hingga bentuk tubuh pria itu terlihat begitu jelas di depan matanya.

​Glek.

​Tanpa sadar, Bela menelan ludahnya sendiri. Ia benar-benar tidak menyangka tubuh Rama ternyata begitu atletis. Bela bahkan sampai tak menyadari bahwa Rama tengah menatapnya dengan kening berkerut.

​"Gadis kecil... Apa yang kamu lihat?" Rama menyentuh hidung gadis itu, yang mana langsung membuat Bela tersadar.

​"K-kak...!" ucap Bela tergagap. Matanya tak lepas dari memandangi Rama yang menurutnya benar-benar berbeda dari beberapa hari lalu.

​"Ada apa?" tanya Rama, merasa aneh dengan sikap gadis itu.

​"A-aku..." Bela mengerjapkan matanya lalu segera menunduk ketika pandangannya bertemu dengan pandangan Rama. "A-ku tidak apa-apa. Kak Rama lanjutkan saja kegiatannya. Bela mau berganti pakaian dulu."

​Usai berkata demikian, Bela langsung lari masuk ke dalam rumah dengan pipi yang memerah tak terkendali.

​"Ada apa dengan gadis itu?" pikir Rama. Ia kemudian menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan aktivitasnya sampai halaman rumah itu benar-benar bersih.

​Tak lama, Bu Maya pun telah kembali dari pasar. Ia turun dari ojek yang ia tumpangi, membawa beberapa kantong plastik. "Loh... Rama, sedang apa, Nak?"

​Mendengar suara Bu Maya, Rama—yang kebetulan sudah selesai dan berencana untuk beristirahat—langsung menoleh. "Bu May sudah pulang."

​Bu Maya cukup terkejut melihat halaman rumahnya tampak begitu rapi dan bersih. "Kamu yang membersihkan ini semua?" tanya Bu Maya, meski sudah jelas hanya ada pemuda itu di sana.

​"Iya, Bu. Hanya mengisi waktu luang saja. Lagipula, aku tidak mungkin hanya berdiam diri tanpa kegiatan," jawab Rama.

​"Ya sudah, sebentar ya, Ibu ambilkan minum," ucap Bu Maya. Rama sempat ingin menolak, namun wanita paruh baya itu sudah masuk ke dalam rumah.

​Kemudian Rama pun duduk di sebuah potongan batang pohon yang kini tampak bersih dan nyaman sebagai tempat beristirahat. Tak lama, Bu Maya pun keluar sembari membawa nampan berisikan minuman dan sedikit camilan ringan.

​"Kamu ini... tidak bisakah bersantai sebentar saja jika memang tidak ada kegiatan? Lagipula, Bapak sama Ibu juga tidak keberatan," ucap Bu Maya sembari menyerahkan minuman itu pada Rama.

​"Terima kasih, Bu!" Rama menerima air minum itu. "Tidak apa, Bu. Lagipula, aku menyukainya daripada berdiam diri," lanjutnya.

​Bu Maya tak bisa berkata-kata lagi. Perhatiannya kini tertuju pada badan Rama yang kini ia semakin yakin telah berubah. "Ya sudah... kalau begitu Ibu tinggal ya. Sebentar lagi Bapak pasti akan pulang dari sawah. Ibu harus menyiapkan makan malam nanti."

​Ucap Bu Maya setelah menggelengkan kepalanya sekilas. Entah kenapa, melihat tubuh Rama membuat dirinya seperti kembali berpikiran muda.

​"Iya, Bu. Terima kasih atas air minumnya," ujar Rama.

​Bu Maya tersenyum lembut. "Terima kasih juga telah membuat halaman rumah ini begitu bersih," balasnya, lalu berbalik dan menghilang di balik pintu dapur, meninggalkan Rama sendirian.

​Rama kembali bersandar pada potongan batang pohon itu, menikmati sisa kesejukan air minum. Ia memejamkan mata sejenak, merasakan kepuasan dari kerja kerasnya.

​Tiba-tiba, sebuah suara familiar, yang hanya terdengar di benaknya, bergema keras.

​[DING!]

​[Selamat, Tuan Rumah!]

​Anda telah melakukan perbuatan yang sangat terpuji, membersihkan dan merawat properti milik tuan rumah (Pak Suhardi) di luar Tugas Sistem.

​Hadiah Dadakan telah diberikan!

​Menerima: Uang Tunai sebesar 5.000.000 Rupiah.

​Rama langsung membuka mata, terkejut. Ia menegakkan tubuh, menoleh ke segala arah, memastikan tidak ada orang lain di sekitarnya.

​"Apa-?" gumamnya, keningnya berkerut.

​Lima juta rupiah? Sebuah hadiah dadakan? Rama sama sekali tidak menyangka. Pasalnya, ia membersihkan rumah Pak Suhardi murni atas keinginannya sendiri, bukan karena menerima tugas dari Sistem.

​Kenapa aku mendapatkan hadiah ini? batin Rama, segera memanggil Sistem di kepalanya, "Sistem,Bukankah sebelumnya kau bilang aku hanya akan mendapatkan hadiah dari login harian dan juga misi resmi darimu Sistem?"

​Sistem merespons dengan nada yang selalu datar dan robotik.

[DING!

​[Respon Sistem:]

​Benar, Tuan Rumah. Hadiah Utama didapatkan melalui Login Harian dan Penyelesaian Misi Resmi.

​Namun, Sistem 'Bukan Sistem Biasa' juga memberikan insentif—atau Hadiah Dadakan—untuk setiap tindakan Tuan Rumah yang dianggap Progresif dan Positif terhadap lingkungan, sosial, atau perkembangan diri Tuan Rumah.

​Tindakan membersihkan properti tuan rumah (Pak Suhardi) adalah tindakan positif yang meningkatkan nilai dan kenyamanan lingkungan, yang mana dianggap Progresif. Oleh karena itu, Hadiah Dadakan otomatis dikeluarkan.

​Sederhananya: Sistem mendorong kebaikan, bahkan tanpa diminta.

​Rama terdiam sesaat, mencerna penjelasan itu. Jantungnya berdebar kencang, bukan karena tegang, tapi karena kegembiraan. Lima juta rupiah! Ini adalah uang yang sangat ia butuhkan.]

​"Jadi... jika aku melakukan hal baik, aku akan mendapatkan uang?" tanya Rama, memastikan.

[DING!

​[Respon Sistem:]

​Tidak selalu berupa Uang, Tuan Rumah. Jenis hadiah disesuaikan dengan tingkat kesulitan dan dampak dari tindakan progresif tersebut. Bisa berupa Koin Penukaran, Peningkatan Statistik, atau Item Khusus.

​Tindakan Anda membersihkan seluruh halaman secara sukarela memiliki dampak yang cukup besar. Oleh karena itu, hadiah uang tunai diberikan.]

​Sebuah senyum lebar perlahan merekah di wajah Rama. Konsep ini jauh lebih menarik dari yang ia bayangkan. Sistemnya tidak hanya memberikan perintah, tetapi juga menghargai inisiatif pribadi dan perbuatan baik.

"​Baiklah. Ini menarik, pikir Rama. Lima juta... cukup untuk aku berangkat ke kota nanti . Dan mungkin sedikit modal untuk memulai sesuatu." Pikirnya kemudian bangkit untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket karena keringat.

1
Andira Rahmawati
cerita yg menarik...👍👍👍
Cihuk Abatasa (Santrigabut)
Nice Thor
Santoso
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
shookiebu👽
Keren abis! 😎
Odalis Pérez
Gokil banget thor, bikin ngakak sampe pagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!