NovelToon NovelToon
PEMBANGKANG SURGAWI

PEMBANGKANG SURGAWI

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Dan budidaya abadi / Budidaya dan Peningkatan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:29k
Nilai: 4.8
Nama Author: Almeira Seika

Jiwa seorang ilmuwan dunia modern terjebak pada tubuh pemuda miskin di dunia para Abadi. Ia berusaha mencapai puncak keabadian untuk kembali ke bumi. Akankah takdir mendukungnya untuk kembali ke bumi…. atau justru menaklukkan surgawi?

**

Mengisahkan perjalanan Chen Lian atau Xu Yin mencapai Puncak Keabadian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almeira Seika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4—Nyaris Tewas

Pagi-pagi sekali, sekitar jam empat pagi. Bahkan, ayam pun belum berkokok. Pria paruh baya yang mirip Chen Luo, sudah pergi ke pusat kota untuk menjual kayu. Ia membawanya dengan gerobak kayu yang di tarik olehnya sendiri. Kayu itu membentuk gunung di atas gerobak.

Sementara, wanita paruh baya itu bersiap ke kebun untuk mencari sayuran segar. Xu Liang bermeditasi di halaman belakang.

Setelah matahari menyingsing, sekitar pukul delapan pagi. Chen Lian membuka matanya. Badannya terasa remuk akibat ranjang kayu yang keras itu.

Ia mendecak. "Betapa sengsaranya orang zaman dahulu. Tidur di tempat seperti ini. Aku benar-benar tidak tahan."

Ketika mendengar suara anaknya, perempuan yang mirip Li Yi itu segera masuk. Ia memegang dahi anaknya, dan tersenyum. "Akhirnya kamu sembuh, nak."

Mata Chen Lian membulat, ia menjadi panik, "Jangan-jangan... ibu ingin aku membantu ayah pergi ke hutan?"

Wanita itu tertawa kecil, lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak, nak. Hari ini, kau akan berangkat ke Sekte Tiangu bersama pamanmu."

"Tunggu ayahmu pulang dari kota. Dia akan membawa daging, dan kita akan pesta daging hari ini." Jelas wanita itu dengan ekspresi yang hangat. Ia bergegas keluar dari kamar anaknya.

Sejak kemarin, Chen Lian merasa bahwa ibunya di dunia ini, seribu kali lipat lebih baik di banding ibunya yang ada di dunia sebelumnya. Lalu, tiba-tiba matanya berbinar dengan gembira.

"Jangan-jangan... Lu Rei dan Fu Heng juga ada di dunia ini?" gumamnya dalam hati.

Ia pun keluar dari kamar, pergi ke kamar mandi di ujung pojok rumah. Kamar mandi itu sepenuhnya terbuat dari bebatuan alam, dan berlumut. Chen Lian membasuh mukanya dengan air dingin.

Lalu, meminta izin pada ibunya untuk berjalan-jalan mengelilingi desa.

"Apakah aku boleh berjalan-jalan, Bu?" tanyanya.

Wanita paruh baya itu tertawa, "Astaga... untuk apa meminta izin? Biasanya, kamu langsung pergi begitu saja dari rumah."

Chen Lian tersenyum gembira, dan keluar dari rumah. Ia menyusuri jalanan desa yang terbuat dari tanah liat dan bebatuan. Sangat kuno. "Astaga, belum ada aspal ya di era ini." Sindirnya sambil tertawa.

Matanya menyusuri setiap sudut desa. Rumah-rumah itu, semuanya terbuat dari batu. Walau, beberapa ada juga campuran kayu dan tanah liat.

Beberapa hal yang Chen Lian suka dari dunia ini adalah... ibunya yang penyayang, udaranya bersih, dan kemungkinan kedua sahabatnya ada di sini juga. Memikirkan hal itu, es beku di hatinya, perlahan mencair.

Chen Lian berhenti di depan toko sederhana yang penuh dengan antrian. Ia melihat-lihat bentuk toko itu. "Wahhh... Pakai kendi? Kuno sekali!" ucapnya.

Membuat orang-orang yang mengantri menatapnya dengan dingin. Seorang pemuda dengan tubuh besar dan berotot menghampiri Chen Lian.

Pemuda itu tak berkata apapun, ia segera mendaratkan tinju ke wajah Chen Lian.

BUGH!

Pukulan itu membuat Chen Lian sempoyongan, pandangannya menjadi buram.

Para pemuda-pemuda desa pun mengerubungi Chen Lian, membentuk lingkaran. Mereka hanya menonton, walau pun tahu seseorang sedang dianiaya, tetapi mereka tidak peduli.

Namun, tak hanya satu tinju yang dilayangkan oleh pria besar itu. Melainkan tiga...

BUUGH!

BUUGHH!!

Kesadarannya nyaris hilang, gigi gerahamnya copot dan wajahnya mulai merasakan denyutan yang menyakitkan. "Apa salahku?" tanya Chen Lian dengan suara yang nyaris tak terdengar.

Pertanyaan itu tidak dijawab dengan sebuah ungkapan, melainkan dengan tendangan.

BAAAGGGH!!

Tendangan itu tepat di tengah dada. Chen Lian merasakan dadanya yang panas dan sesak, nafasnya benar-benar nyaris berhenti.

Para penonton? Mereka malah tertawa, seolah menikmati.

"Kau masih tidak tahu salahmu?" tanya salah seorang pemuda.

Wajahnya yang lebam, menatap ke arah langit cerah, menahan air mata yang ingin keluar.

Pria besar itu melanjutkan perkataan. "Kau harus tahu apa salahmu, jika tidak, maka kau akan menerima satu pukulan."

Chen Lian hanya diam. Dia tidak tahu, apa salahnya. Kemudian, satu pukulan di dada.

BAAGGHH!!

Darah segar keluar dari kerongkongan menuju ke mulut. Chen Lian memuntahkan darah itu.

"Jawab! Apa salahmu?" pertanyaan menggema seperti lantunan kematian.

"Aku tidak tahu!" jawab Chen Lian. Ia mencoba menjauh dari hadapan pria keji itu, meskipun harus berjalan sempoyongan.

Beberapa pemuda, memberi jalan. Namun, sebuah tendangan dari belakang, mematahkan tulang punggung belakangnya menjadi dua.

BUUUGGGHH!!!

Chen Lian jatuh tersungkur, tubuhnya kini benar-benar tidak bisa digerakkan. Serasa mati rasa, bahkan, pandangannya mulai menggelap.

Pria besar itu memanggul Chen Lian yang tengah pingsan di pundaknya. Pergi ke rumah orang tua sang pemilik tubuh, diikuti oleh beberapa pemuda lainnya.

Di halaman rumah sederhana itu, sebuah gerobak kayu terparkir. Pria dan wanita paruh baya itu memancarkan ekspresi bahagia.

"Xu Yin akan sangat senang memakan daging ini. Aku memilihkan daging babi terbaik di pasar, harganya memang lebih mahal. Tapi, tidak ada salahnya membuatnya senang." Tutur pria paruh baya itu.

Istrinya pun tersenyum bangga, "Aku tahu. Kau adalah ayah yang baik, dan sangat menyayangi Xu Yin. Aku sangat bangga padamu."

Suara ribut-ribut terdengar dari halaman. Suami istri paruh baya itu keluar dari rumah. Dalam sekejap, dunia mereka seakan runtuh saat melihat anaknya sudah babak belur, baju penuh darah dan tubuh terkulai lemas di tanah.

Tubuh wanita paruh baya itu terduduk lemas di tanah. "Apa yang terjadi dengan anakku?" suaranya pelan.

Pria besar itu memekik, "Xu Yin memiliki hutang padaku!"

"Haruskah kau memukulinya?" bentak pria paruh baya yang mirip Chen Luo.

"Dia berhutang sepuluh tael emas padaku saat berjudi. Kalau dia tidak bisa membayar, maka aku akan mematahkan kakinya!" teriak pria besar itu.

Wanita paruh baya itu bersujud di bawah kaki pria besar, "Apakah tuan bisa memberi kami waktu?"

Pria besar itu tertawa menggila “Sepuluh hari!”

Mata pria paruh baya berbinar, "Tu... tuan... kami tidak mungkin mendapatkan sepuluh tael emas dalam waktu sepuluh hari. Bahkan, seratus tael perak pun, hanya bisa didapat dalam waktu satu tahun."

"Aku tidak peduli!" geramnya sembari menendang wanita paruh baya yang tengah bersujud di kakinya.

BUUGH!!

Tubuh lemah wanita itu tergeletak di sebelah anaknya.

Tiba-tiba, langit yang cerah berubah menjadi kelabu. Sebuah kilatan petir memunculkan sosok pria berjubah biru muda sepuluh kaki di atas atap rumah. Tekanan udara di sekeliling menjadi kuat, dan menyesakkan nafas.

"Berani sekali kau menyakiti keluargaku!" Gema suara itu sangat menakutkan.

Pria besar dan para pemuda lain merasakan kengerian.

"Iiimmm... immortal??"

"Kenapa... sampah itu punya keluarga immortal?"

Mendengar kata-kata yang tak pantas, Xu Liang mengeluarkan kabut asap berwarna merah pekat dari telapak tangannya. Kabut itu menghampiri pria besar dan komplotannya seperti awan kematian.

Asap-asap merah itu masuk melalui hidung, telinga dan mulut. Tubuh orang-orang keji itu kempes seperti balon yang kehilangan udara.

Mereka pun, lenyap...

Suami istri paruh baya itu sangat syok. Namun, penuh rasa syukur. Orang-orang yang mengganggu anaknya, dilenyapkan dengan mudah.

Xu Liang turun dari ketinggian ke tanah. Hanya dengan dua jari, ia menerbangkan tubuh Chen Lian, menaruhnya di kamar.

"Terima kasih... Xu Liang..." ucap pria paruh baya itu dengan gugup.

Xu Liang tertawa, "Bagaimana? Aku hebat kan kak?"

"Iyaa..." jawabnya singkat.

"Tenang saja, dengan sedikit mantra, aku akan menyembuhkan Xu Yin." Papar Xu Liang.

Kedua suami istri itu tiba-tiba mengepalkan tangan kedepan dan membungkuk hormat. "Terima kasih banyak..."

Xu Liang merasa tidak enak, "Haiyaahh... aku ini adik kalian... jangan sungkan-sungkan. Lagipula, ketika Xu Yin menjadi muridku nanti, dia akan jauh lebih kuat daripada aku."

Suami istri itupun tersenyum. Mereka bertiga masuk ke dalam kamar Chen Lian untuk melihat kondisi anaknya.

Xu Liang mengulurkan telapak tangan dari samping tubuh Chen Lian. Cahaya biru memancar dari telapak tangan itu dan perlahan menyembuhkan bagian-bagian tubuh yang rusak fatal dari dalam.

Perlahan, mata Chen Lian terbuka kembali. Ia terkejut dengan pemandangan di hadapannya.

Seorang pria yang mirip Chen Hu, dan dua orang yang mirip orang tuanya. Mereka bertiga menatap Chen Lian dengan kekhawatiran.

Ia terkejut bukan karena mereka tampak asing, tapi karena pemandangan seperti ini tidak akan pernah terjadi seumur hidupnya saat tinggal dunianya yang dahulu.

Dua tahun lalu, saat kecelakaan bus terjadi. Ia dirawat di rumah sakit selama satu bulan karena syok, namun, kedua orang tuanya tak sekalipun menjenguk. Hanya pamannya, Chen Hu, yang merawatnya.

Sebuah senyuman bahagia terukir di wajah Chen Lian. "Ayah... Ibu... Paman..." panggilnya, pelan. Suami istri itu saling memandang satu sama lain.

"Apa kau masih merasakan sakit?" tanya Xu Liang.

1
Donna
apakah mirip dg yg d gambar??
Filanina
maksudnya, pamannya itu pintar karena sudah golden core stlh belajar 16 tahun tapi walau pun pintar ttp blm bisa mengenali primordial keponakannya?
Filanina: tapi kurang pintar karena tidak bisa mengenali primordial kan?

soalnya kok kayak tolak belakang. dikatakan pintar tapi tidak mampu.
LaoTzy: Iya pamannya punya bakat terpendam mungkin😭
total 2 replies
Filanina
kayak orang kurang sopan nggak sih ga jawab pertanyaan. Jatuhnya bukan dingin tapi ga sopan.
LaoTzy: Bener banget
total 1 replies
Filanina
oh... berarti itu khusus pedang kendaraan ya.
LaoTzy: Iya. Terinspirasi dari novel sebelah😭
total 1 replies
B A B Y B U N N D
Uupp
༆ᴛᴀ°᭄ᴠᴇᴇʀᴮᴼˢˢ彡
Gaadsss lanjooottt thorr
Filanina
Kalau dalam novel china kayak gini emang jarang sih ngasih penjelasan... terjadi begitu saja dan diterima begitu saja.
Filanina
ini pedang terbang itu biasanya pedang yg dipakai bertempur atau bukan sih? Atau khusus kendaraan?
pedang biasa bisa apa nggak? tergantung ilmu seseorang atau tergantung pedangnya?
Filanina
lucu juga ya, siapa yang pertama kali dapat ide pedang jadi kendaraan?

mungkin padanan sapu terbang penyihir atau karpet terbang aladin. cerita2 benda terbang yg jadi kendaraan yang lebih kuno.
Filanina
mungkin diberikan bukan memberikan. kalau nggak memberikannya. objeknya diganti -nya. subjeknya ttp wanita itu.
Filanina
Thor, ini dalam narasinya bakal ditulis Chen lian terus sementara di sana namanya Xu Yin?
Filanina
owh... yang terkuat bukan yang nomor 1 ya... ?
Filanina
semnanti mungkin typo ya. apa sembari?
Filanina
kalau mau perbaiki, pakailah koma sebelum petik alih-alih titik. trus dialog tag ditulis huruf kecil.
Filanina
saya ngasih koreksian typo
Filanina
kok aneh sekali kalau sampai kedua orang tuanya seperti itu. padahal anak tunggal.
Filanina
wah, parah itu. Belum tahu apa2 langsung dihajar
Filanina
cuma basuh muka? /Shame/
Filanina
jangan2 Fu heng bakal jadi musuh...
Filanina
iya-ya
ibunya jadi hangat.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!