Seorang gadis mafia bernama liu Mei-yin yang terkenal kejam dan sadis pada abad ke 22, kini harus meregang nyawa ditangan musuh bebuyutannya dalam suatu pertarungan. yang dimana dia melawan ratusan orang sementara disisinya hanya seorang diri.
Namun, itu belum sepenuhnya jalan akhir dari Liu Mei yin melainkan awal dari kisah hidup dan perjuangannya di dunia baru, untuk mencari orang tuanya dan keluarganya.
setelah kematiannya dia ditakdirkan untuk bangkit kembali, sebagai anak yang terlantar dan hidup sebatang kara di tengah hutan kematian yang penuh dengan siluman dan monster menyeramkan lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dakilerr12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab.33
Didalam ruangan Liu mei yin dan Liu zao ying duduk bersebelahan, di seberang Liu mei yin ada Shen Yuwen dan juga sesepuh keluarga Shen yang tepat bersebrangan dengan kakaknya.
Dari awal memasuki ruangan tatapan mata Shen Yuwen tak pernah teralihkan dari Liu mei yin, namun Liu mei yin sama sekali tak melihat Shen yuwen.
"Silahkan duduk," ucap sesepuh keluarga Shen dengan ramah.
Dua Liu bersaudara saling pandang, sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk duduk, walaupun Liu zao ying ragu, beda dengan Liu mei yin karena bertemu dengan orang yang dia cari.
"Cucuku, apakah ini gadis yang kau ceritakan itu?" Tanya sesepuh keluarga Shen sambil menatap Liu mei yin.
"Benar kek," ucap Shen yuwen masih menatap Liu mei yin.
"Nak, siapa namamu?" Tanya sesepuh keluarga Shen bentanya ke arah Liu mei yin dan Liu zao ying.
"Nama saya Liu zao ying," ucap Liu zao ying kaku, karena dia masih takut kejadian tadi terulang kembali, apalagi dia berhadapan dengan sesepuh keluarga Shen.
"Mei yin," ucap Liu mei yin, dirinya tak ingin menyebut marganya karena dia malas berbicara.
"Nama yang cantik, seperti orangnya," ucap seseorang dengan lirih, bahkan hanya mampu didengar oleh Liu mei yin, bukan sesepuh keluarga Shen yang berbicara, tetapi Shen Yuwen yang masih terus menatap Liu mei yin dengan tatapan dalam.
"Cih...buaya," ucap Liu mei yin cemberut, dia masih kesal karena kejadian tadi.
"Ekhem.. nak ku rasa kalian sudah mengenal saya dan ini namanya Shen Yuwen, cucu saya yang paling berharga," ucap sesepuh keluarga Shen memperkenalkan Shen Yuwen kepada Liu zao ying. Sesepuh tahu mereka belum berkenalan, kecuali Liu mei yin yang sudah dia ketahui dari cerita cucunya.
"Salam kenal, saya Liu zao ying kakak dari Liu mei yin," ucap Liu zao ying memperkenalkan diri sebagai kakak Liu Mei yin, dia sedikit menganggukan kepalanya kearah Shen yuwen begitupun sebaliknya Shen Yuwen.
"Salam kenal kakak ipar." ucap Shen yuwen namun ketika menyebut kakak ipar, dia berbicara lirih, yang hanya bisa didengar oleh Liu mei yin dan dibalas decihan oleh Liu mei yin.
"Oh iya, mohon maaf sebelumnya atas ketidaknyamanan selama berada di kediaman keluarga Shen," ucap sesepuh keluarga Shen, yang ternyata sangat ramah kepada Liu mei yin dan Liu zao ying.
Liu zao ying menatap Liu mei yin sebelum menjawab, karena dia takut jika adiknya merasa tak nyaman, tetapi di yakinkan oleh Liu mei yin dengan anggukan.
"Tidak apa, kami justru berterimakasih kasih, karena memberi keadilan kepada yang benar dan yang salah," ucap Liu zao ying.
"Sukurlah jika seperti itu," ucap sesepuh keluarga Shen.
"oh iya, kalau boleh tau tujuan kalian ingin kemana?" Tanya sesepuh keluarga Shen.
"Sebenarnya Kami ingin mencari seseorang yang ada di kota Wei," ucap Liu zao yang yang menjawab, karena saat ini Liu mei yin sama sekali tak ingin berbicara. Liu zao ying sama sekali tak mengetahui bahwa orang yang dia maksud sudah ada di hadapannya.
"Oh, begitu rupanya, semoga dipermudah, jika ingin kami akan membantu mencari, supaya lebih cepat, bagaimana, "ucap sesepuh Shen menawarkan bantuan.
"Tak perlu, kami sudah bertemu kemarin," ucap Liu mei yin menjawab.
"Ah, baiklah, jangan sungkan meminta bantuan, kami dengan senang hati membantu," ucap Sesepuh Shen sambil melirik kearah Liu mei yin.
Tak beberapa lama, makanan pun datang di bawa oleh para pelayan yang ternyata lelaki semua.
"Hmm iya..... silahkan dimakan," ucap sesepuh keluarga Shen mempersilahkan untuk makan siang sebagai tuan rumah.
"Terimakasih." ucap Liu zao ying dan Liu mei yin bersamaan dan mereka mulai menyantap hidangan yang tersedia di atas meja.
Saat sedang makan Shen Yuwen tiba-tiba menaruh daging di atas piring Liu mei yin, yang membuat Liu mei yin terkejut dan menghentikan aktivitas mengambil makanannya.
"Makanlah." ucap Shen yuwen terdengar cuek namun perhatian, Liu mei yin akan marah, namun dia juga lapar, jadi dia tidak mempermasalahkan tindakan Shen Yuwen. Langsung saja Liu mei yin menyantap makanannya, tanpa memperdulikan tatap mata yang terus menatapnya dari awal.
Setelah selesai manyantap makan siang, mereka berempat berbicang ringan, lebih tepatnya hanya Liu zao ying dan sesepuh keluarga Shen yang berbincang, karena Liu mei yin justru sibuk menatap tajam kearah Shen yuwen yang dibalas dengan tatapan lembut dan memanjakan oleh Shen Yuwen.
Hal ini, membuat Liu mei yin semakin kesal dibuatnya, hingga tak memperhatikan pembahasan, bahkan saat pertanyaan yang ditanyakan oleh sesepuh keluarga Shen kepadanya tak dia hiraukan, sampai beberapa kali ditanya, dia hanya menjawab iya saja, saat pertanyaan sesepuh kepadanya sekali lagi dia menjawab iya.
"Iya," ucap Liu mei yin tanpa sadar, karena sedari awal dia saling adu tatap dengan Shen yuwen, yang saat ini tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Liu mei yin.
"Sukurlah jika kamu benar-benar setuju untuk menikah dengan cucuku ini," ucap sesepuh keluarga Shen penuh syukur.
"APA...!!" Ucap Liu mei yin sedikit berteriak, karena baru sadar arah pertanyaan yang ditujukan kepadanya, dia terkejut dengan ucapan sesepuh keluarga Shen yang mengatakan dirinya setuju menikah dengan cucunya Shen Yuwen... what?.
"Ha ha ha, imut," ucap Shen yuwen masih tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Liu mei yin.
Liu zao ying hanya menundukkan kepalanya, karena mendengar ucapan adiknya, padahal dari awal pembicaraan, dia menolak secara halus ucapan sesepuh Shen. Dia sama sekali tidak setuju dengan lamaran dari sesepuh keluarga Shen kepada adiknya, apalagi dia melamar untuk cucunya, yang Liu zao ying tahu bahwa pemuda bernama Shen Yuwen terkenal idiot.
"Saya ti...," Ucapan Liu mei yin terputus, karena lebih dulu di tahan oleh ucapan Shen Yuwen.
"Tidak ada penolakan," ucap Shen yuwen yang sedang menatap kearah Liu mei yin dengan tatapan tajam, karena tak suka di tolak, apalagi dia tahu gadisnya dekat dengan pria lain selain dirinya.
"Tapi...."ntah kenapa lidah Liu mei yin kelu untuk berucap.
"Tuan, cepat jawab tidak, aku merasakan aura pemuda didepan tuan ini sangat berbahaya, cepatlah pergi dari sini tuan," ucap Qiulong lewat telepati.
"Aku tau naga konyol, tapi lidahku tiba-tiba tidak bisa digerakkan," ucap Liu mei yin lewat telepati.
Sama halnya dengan Liu zao ying yang tak mampu berbicara karena aura yang menekannya bahkan tidak bisa bergerak sedikitpun.
"Karena tidak ada jawaban, maka itu artinya iya," ucap Shen yuwen sambil menatap Liu mei yin dengan senyuman nakalnya.
"Ah baiklah, jika seperti itu, kapan kamu ingin menikahinya wen'er?" Tanya sesepuh keluarga Shen yang sangat senang jika cucu kesayangannya akan segera menikah dengan gadis pujaannya.
"Minggu depan kek," jawab Shen Yuwen sambil tersenyum simpul.
"Apa-apaan ini, saya tidak pernah bilang akan menikahi pemuda ini minggu depan," sergah Liu mei yin, yang sudah terlepas dari aura yang mencekam menahannya untuk bersuara dari tadi.
Sontak, penyataan Liu mei yin membuat ketiga pria beda usia tersebut, menoleh kearah Liu mei yin.
"Jadi, apakah lusa?" Tanya sesepuh keluarga Shen lagi, dia mengira jika Liu mei yin tak sabar ingin menikah.
"Apakah kalian orang tua saya? yang seenaknya mengatur hidup saya?" Tanya Liu mei yin berteriak.
"Ini..." Sesepuh keluarga Shen tampak terkejut dengan reaksi Liu ?ei yin yang sepertinya tidak suka dengan pertanyaannya, sesepuh keluarga Shen bingung tak tau harus beraksi seperti apa.
"Kakek bisakah kau membiarkanku berbicara berdua dengannya," ucap Shen yuwen.
Sesepuh keluarga Shen yang faham, lalu dia menatap kearah Liu zao ying untuk ikut serta keluar dari ruangan, agar cucunya bisa berbicara dengan gadis pujaannya.
Liu zao ying yang baru terbebas dari belenggu aura yang menahannya, masih tidak paham dengan situasi yang terjadi, karena dia masih merasakan sesak nafas dan mengatur kembali qinya.
"Ada apa sesepuh? apakah ada sesuatu yang tidak beres?" Tanya Liu zao ying, yang masih tidak paham dengan situasi, lalu dia melihat adiknya untuk bertanya tentang situasi yang terjadi.
"Ekhemm bagaimana jika kita keluar untuk melihat-lihat kediaman keluarga Shen?" Tawar sesepuh keluarga Shen mencari alasan untuk mengajak Liu zao ying untuk ikut keluar ruangan.
"Tapi.." ucapan Liu zao ying terhenti karena tepat menatap kearah Shen Yuwen, yang menatapnya dengan tatapan tajam, Liu zao ying mengalihkan tatapannya ke arah Liu mei yin, namun di hadiahi dengan anggukan oleh Liu mei yin. Akhirnya Liu zao ying mengalah dengan berat hati membiarkan adiknya sendirian.
Setelah keduanya keluar suasana diruangan menjadi hening tak ada yang memulai pembicaraan. Liu mei yin yang memandang pemandangan diluar jendela dan Shen yuwen yang masih setia menatap wajah Liu nei yin dari balik topengnya.