Ini hanya kisah fiktif belaka.
Nirmala merasa tidak suka ketika anak majikannya membawa kekasihnya pulang, dia nekat pergi ke dukun agar pria itu mau menjadi suaminya. Dia memuja setan agar anak majikannya, Leo mau memutuskan hubungannya dengan kekasihnya itu.
"Aku bisa membantu kamu demi mendapatkan anak majikan kamu itu, tapi kamu harus memuja setan."
"Aku bersedia," jawab Nirmala dengan yakin.
Akan seperti apa kehidupan Nirmala selanjutnya?
Apakah dia akan mendapatkan Leo?
Yuk kita baca kisahnya, buat yang suka jangan lupa kasih bintang 5 dan komen yang menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Syarat
Untuk berkomunikasi tanpa bersentuhan Indra yang ada di dalam tubuh, atau berhadapan secara langsung bisa melalui telepati. Maka, komunikasi yang dimaksud oleh si Cebol adalah berkomunikasi lewat telepati.
Namun, yang namanya setan tentu saja setiap apa yang dia lakukan untuk membantu manusia tidak gratis. Ada imbalan yang dia minta, si Cebol meminta tumbal kepada Nirmala.
Sudah sangat lama dia tidak meminum darah manusia, sudah sangat lama dia tidak mendapatkan nyawa manusia. Dia ingin merasakan nikmatnya darah manusia itu, dia ingin merasakan kembali mencabut nyawa manusia dalam perjanjiannya dengan Nirmala.
"Jadi, kamu mau bantu aku tapi harus ngasih tumbal dulu akunya?"
Nirmala kaget juga mendengar apa yang dikatakan oleh si Cebol, tapi memang setiap apa yang dia minta tidak pernah ada yang gratis. Nirmala paham, karena yang dia ambil bukanlah jalan biasa.
Namun, memang yang namanya jalan hitam itu tidak pernah sulit dalam menjanjikan keberhasilan. Tak seperti jalan putih yang akan lama dalam mendapatkan kesempatan, karena selalu ada ujian terlebih dahulu untuk kita mencapai keberhasilan.
"Ya, aku mau tumbal. Besok, gak mau lama."
Nirmala berpikir dari mana dia mendapatkan tumbal, karena saat ini rasanya Dia tidak bisa pergi ke mana-mana. kondisi tubuhnya sedang tidak baik-baik saja, malu rasanya kalau harus bepergian dalam keadaan seperti ini.
"Tapi ke mana aku harus mencari tumbal?" taya Nirmala.
"Bukannya ada pelayan yang baru lahiran?"
Si Cebol tersenyum penuh arti setelah mengatakan hal itu, Nirmala tiba-tiba saja merasakan kekhawatiran yang luar biasa mendengar apa yang dikatakan oleh si Cebol.
Setan peliharaannya itu meminta bayi yang belum lama dilahirkan oleh pelayan yang ada di kediaman Raharjo, pelayan itu memang sedang diberikan waktu untuk beristirahat selama empat puluh hari.
Namun, pelayan itu tetap tinggal di rumah belakang khusus untuk pelayan. Itulah kenapa banyak orang yang begitu menghormati juragan Bagus, karena pria itu terkenal dengan kebaikannya.
Walaupun pelayan itu dalam keadaan libur setelah melahirkan, tetapi pelayan itu tetap diberikan gaji full oleh juragan Bagus. Bahkan, pelayan itu dibelikan perlengkapan bayinya.
"Nyonya, kenapa diam saja? Aku tak boleh meminta nyawa bayi itu?"
"Bukannya tak boleh, hanya saja aku malu kalau harus keluar dari dalam kamar tetapi keadaan kulitku masih seperti."
"Gampang, asalkan mendapat persetujuan dari Nyonya, aku bisa mengambil nyawa bayi itu sendiri. Bagaimana?"
"Ya, ambil saja nyawa bayi itu. Tapi Jagan libatkan aku," uja Nirmala.
"Nyonya memang paling baik," ujar si Cebol senang karena malam ini dia akan mendapatkan makanan enak.
"Lalu, bagaimana dengan cara aku agar bisa berkomunikasi dengan Ki Ageng lewat telepati itu?"
"Gampang sekali, anda tinggal menyiapkan tempat untuk ritual."
"Tempat? Aku harus punya tempat khusus untuk ritual gitu?"
"Ya," jawab si Cebol.
"Susah sekali," ujar Nirmala.
Semua ruangan yang ada di kediaman Raharjo dirasa tidak aman untuk dijadikan tempat ritual, gudang yang ada di belakang kediaman Raharjo juga tak aman. Karena letak gudang itu dekat dengan rumah yang disiapkan oleh juragan Bagus untuk pelayan.
"Ck! Ini sulit," keluh Nirmala.
"Gampang, masih ada rumah kedua orang tua anda."
Si Cebol tersenyum-senyum karena bisa membaca pikiran Nirmala, tak lama kemudian Nirmala juga ikut tersenyum.
"Kamu benar, tapi Leo rasanya tidak akan mengizinkan aku untuk keluar dari dalam rumah ini dalam waktu yang lama."
Leo itu sudah terpengaruh pelet pengasihan, iya itu selalu saja ingin menempel kepada dirinya. Susah sekali untuk berjauhan dengan Leo, Nirmala kembali kebingungan.
"Maaf, Nyonya. Otaknya dipake dong, anda kan' lagi hamil."
Nirmala langsung menatap di Cebol dengan tajam, dia merasa terhina dengan apa yang dikatakan oleh setan peliharaannya itu. Si Cebol langsung menunduk takut lalu berkata.
"Maaf, Nyonya. Tapi kalau boleh saya sarankan, anda bisa beralasan dengan kehamilan anda."
Awalnya Nirmala merasa tidak paham dengan apa yang dimaksud oleh si Cebol, tetapi setelah lumayan lama berpikir akhirnya dia pun tersenyum.
"Kamu benar, aku bisa beralasan ngidam untuk menemui kedua orang tuaku."
"Betul itu, tapi jangan lupa untuk menyiapkan keperluan ritualnya nanti."
"Iya," ujar Nirmala.
Di saat keduanya sedang asyik mengobrol, Leo yang baru selesai salat ashar masuk ke dalam kamar itu tanpa mengetuk pintu. Karena itu sudah kebiasaannya. Si Cebol tentunya langsung menghilang setelah kedatangan pria itu.
"Assalamualaikum, Sayang."
Leo langsung mengecup kening istrinya, lalu dia meluruhkan tubuhnya dan mengusap perut istrinya. Dia bahkan membacakan surat pendek dan mengecup perut Nirmala.
Nirmala tentu saja tidak senang dengan hal itu, terlebih lagi reaksi tubuhnya terasa tidak nyaman. Namun, dia berusaha untuk bersikap biasa saja di hadapan suaminya itu.
"Tadi Mas udah ngobrol sama pak ustadz, katanya kalau habis salat itu sebisa mungkin baca surat Maryam atau surat Yusuf, biar nanti anaknya bisa cantik atau ganteng."
"Hem, nanti kalau udah sembuh aku bakal rajin salat dan juga ngaji." Nirmala tersenyum canggung setelah mengatakan hal itu.
"Istri pintar, sekarang kamu udah salat?"
"U--- udah kok," jawab Nirmala gugup.
Takutnya kalau bilang belum nanti dia disuruh untuk salat, takutnya juga Leo akan memperhatikan dirinya yang sedang salat. Dia tidak mau kalau hal itu terjadi.
"Pinter, terus sekarang kamu mau apa?"
Leo ingin menjadi suami siaga, aku takutnya istrinya itu sedang menginginkan sesuatu atau menginginkan makanan. Leo akan berusaha untuk mewujudkan keinginan istrinya tersebut.
"Ehm! Yang, aku kayaknya emang lagi pengen sesuatu."
Padahal dari tadi dia begitu berpikir dengan keras, bagaimana cara beralasan kepada Leo. Namun, dia merasa kalau semesta begitu mendukung dirinya. Ini adalah saatnya dia mengutarakan keinginannya.
"Pengen apa? Ngomong aja, selama aku sanggup pasti akan dituruti."
"Ini loh, Yang. Wajah aku kan' lagi bengkak kaya gini, aku malu kalau harus kerja atau bertemu dengan para pelayan yang ada di rumah ini."
"Hem! Terus?"
"Bagaimana kalau aku tinggal di rumah ibu aja selama 1 minggu? Atau mungkin sampai sembuh? Boleh gak?"
"Ya ampun, boleh dong, Sayang. Mau pergi kapan?"
"Besok boleh, sekarang juga boleh."
"Nanti malam aku antar, sekarang kamu istirahat aja dulu."
"Ya," jawab Nirmala.
*
Hari sudah gelap, tetapi masih ada penerangan dari cahaya bulan. Masih ada juga penerangan dari lampu yang menyala di setiap rumahnya, Nirmala sudah tiba di kediaman ibunya.
Wanita itu bahkan kini sudah tertidur dengan pulas, Leo juga memeluk istrinya itu dengan penuh kasih sayang. Keduanya nampak asik tidur saling memeluk.
Berbeda dengan keadaan di kediaman Raharjo, lebih tepatnya di kediaman para pelayan. Siti sudah merebahkan tubuhnya di samping bayinya, tetapi dia merasa tidak tenang.
Siti merasa kalau tubuhnya sejak tadi merinding semua, padahal dia merasa kalau tubuhnya itu sehat sehat saja. Dia juga sesekali akan merasakan suasana yang mencekam.
"Kok tumben malam ini serem banget ya?" tanya Siti.
Siti menatap bayinya yang sudah terlelap dalam tidurnya, suaminya belum datang karena memang Siti dan suaminya itu memiliki pekerjaan yang berbeda.
Siti merupakan pelayan di kediaman Raharjo, sedangkan suaminya itu merupakan sopir pengantar sayur. Namun, jika sudah selesai mengantarkan sayur ke pasar-pasar, suaminya itu akan pulang untuk menemani Siti.
"Kok tambah merinding? Ini lagi mas Harjo belum pulang juga, aku jadi takut." Siti mengusap kedua lengannya.
Tok! Tok! Tok!
Di saat dia sedang ketakutan, Siti mendengar pintu kamarnya diketuk. Awalnya Siti nampak ketakutan, tetapi tak lama kemudian dia tersenyum karena mengira kalau suaminya yang pulang.
"Mas Harjo?"
Siti nampak bahagia sekali, karena ternyata yang datang benar-benar suaminya. Dia tersenyum lalu seperti biasanya mencium punggung tangan suaminya itu, tak lama kemudian dahinya mengerut dengan dalam.
"Kok tangan Mas dingin banget?"
mungkin diruqyah iku si nirmala biar sembuh....
seandainya pun Nirmala tobat, tapi dia kan udah membunuh banyak nyawa. trus jiwanya udah digadaikan sama sayton. emang bisa ya lepas gitu aja,
justru anak kandungmu itu ditimbulkan sama Nirmala Loh... kok kamu biasa aja Leo... nggak marah...
padahal bagus banget. bikin geregetan.